Derita Ihsan Dababseh, Derita Semua Kaum Perempuan

ihsanIhsan Dababseh, perempuan Palestina berusia 24 tahun itu tidak akan pernah melupakan pengalaman pahit dan menyakitkan saat ia ditawan oleh tentara-tentara Zionis Israel. Apalagi jika ia menyaksikan kembali rekaman video yang memperlihatkan bagaimana tentara-tentara Zionis itu telah melecehkan dan menghinakan martabatnya sebagai manusia.

Ihsan adalah perempuan Palestina dalam rekaman video yang beredar luas baru-baru ini. Rekaman video yang menggemparkan itu membuktikan kebiadaban tentara Zionis dalam memperlakukan warga Palestina yang menjadi tawanan mereka. Dalam video tersebut terlihat tentara-tentara Israel melecehkan Ihsan dengan cara menari-nari mengelilingi Ihsan dengan kondisi mata ditutup terlihat kebingungan dan ketakutan.

Sebelum diperlakukan seperti dalam rekaman video itu, Ihsan menjalani interogasi yang melelahkan dan menyakitkan fisik dan batinnya. Semuanya berawal ketika perempuan Palestina asal desa Nuba, Hebron bagian barat itu hendak mengunjungi seorang temannya di luar Hebron.

Pukul 08.00 pagi, ia melewati pos pemeriksaan tentara Israel di Asyun dan tanpa alasan yang jelas, tentara Zionis di pos tersebut menahannya. “Mereka (tentara Zionis)menyuruh saya berdiri di luar pos di tengah guyuran air hujan yang dingin, mereka menghina saya dan memukul saya,” tutur Ihsan.

Setelah itu, ia dibawa ke ruang interogasi dan ditanyai selama empat jam tanpa jeda. Yang paling berat bagi Ihsan adalah mendengar penghinaan-penghinaan yang dilontarkan oleh para interogatornya. “Mereka mengancam akan menghancurkan rumah saya,” ungkap Ihsan.

Ia melanjutkan, “Setelah meninggalkan ruang interogasi, sekitar sepuluh tentara Israel membawa saya ke sebuah dinding, mata sata ditutup dan saya diikat selama hampir satu jam. Lalu saya mendengar suara musik dan suara tentara-tentara yang sedang tertawa, suara gaduh dan saya merasakan ada gerakan-gerakan.”

“Saya tidak tahu apa terjadi di sekitar saya. Saya berhasil menggerakan sedikit penutup mata saya dan melihat tentara-tentara Zionis itu sedang menari-nari mengelilingi saya. Saya ketakutan dan berusaha merapatkan tubuh saya ke dinding untuk melindungi diri saya,” sambung Ihsan.

Ia sempat mendekam di penjara Israel selama dua tahun. Di hari kebebasannya, rekaman video itu beredar. Ihsan mengontak sebuah organisasi advokasi untuk warga Palestina yang menjadi tawanan Israel dan mengatakan bahwa gadis yang ditutup matanya di rekaman video itu adalah dirinya.

“Secara kebetulan saya menyaksikan berita di televisi dan melihat rekaman video itu ditayangkan. Saya sangat terkejut, syok sekaligus sangat sedih karena video mengingatkan saya pada pengalaman pahit dan penyiksaan yang saya alami saat diinterogasi oleh tentara-tentara Israel. Meskipun saya sudah bebas, melihat video itu membuat hati saya sakit,” ungkap Ihsan.

Didampingi organisasi advokasi yang ia hubungi, Ihsan mengadukan tentara-tentara Zionis Israel yang telah menghina dan menyiksanya. Komite Anti-Kekerasan di Yerusalem menawarkannya bantuan hukum dan organisasi advokasi memberinya bantuan dana untuk proses pengadilan melawan tentara Israel. Namun Ihsan menolak tawaran bantuan dari organisasi hak asasi Israel, B’tselem. Ia juga menyatakan tak percaya pada penyelidikan yang dilakukan militer Israel.

“Saya menolak bantuan B’tselem dan saya tidak percaya dengan investigasi militer Israel. Investigasi yang mereka lakukan cuma ilusi, karena mereka tidak pernah menghukum pelaku kejahatan terhadap warga Palestina,” tukas Ihsan.

Ihsan mengaku senang rekaman video itu beredar, tapi tidak mau berharap para pelakunya akan dimintai pertanggung jawaban. “Dari rekaman video itu, setidaknya dunia melihat kebiadaban penjajah dan perilaku tentara-tentara Zionis yang mempermalukan, menghina dan melakukan pelanggaran terhadap hak asasi manusia serta hukum internasional,” tegas Ihsan.

Ihsan menceritakan buruknya perlakuan yang diterima warga Palestina di penjara Israel. “Para tawanan dilecehkan, ditelanjangi dan diperlakukan dengan keji sebelum dijebloskan ke penjara. Kami tidak diberi makanan yang layak dan kami bergantung pada makanan dari kantin yang harus kami beli. Kami dilarang menerima kunjungan dari anak-anak kami, kami diisolasi dari dunia agar tidak tahu apa terjadi di luar sana,” tutur Ihsan.

Ihsan cuma satu dari sekian banyak perempuan Palestina yang masih mendekam di penjara-penjara Zionis Israel. Para perempuan Palestina itu menjadi korban tentara-tentara Zionis yang kerap menangkapi warga Palestina tanpa alasan yang jelas. Semoga Allah Swt memberikan kekuatan dan kemuliaan bagi para perempuan-perempuan Palestina yang menjadi korban kebiadaban Zionis Israel itu. (ln/PalNews)