Selamat Hari Ibu…

siluet ibuPagi yang cerah penuh keindahan, senyuman seorang ibu selalu lebih menentramkan dari indahnya cuaca pagi. Kupacu motor kesayangan yg sudah 3 tahun setia mengantarkan tubuh ini mengais rejeki dengan doa tulus seorang Ibu. Jalanan pagi nampak mulus semulus kasih sayang pemilik surga di telapak kakinya, tak lupa terimakasih pada pejabat daerah yg telah menuntaskan masalah jalanan berlubang sejak lebih 3 tahun silam tak terjamah perbaikan.

Nikmatnya perjalanan pagi terganggu, risi rasanya saat beberapa pengendara lain bergantian memencet klakson seenak hidungnya hanya karena seorang wanita dengan motor butut membonceng dua keranjang (bronjong dlm bhs jawa) di sisi kiri kanan bagian motor belakang. Dari jarak 9m di sela-sela pegendara di depan kuamati isi dari keranjang tersebut penuh dengan sayuran, bumbu dapur, kerupuk, beberapa bungkus daging dan ikan juga jajanan pasar.

Lidah dan mata ini tertuju pada jajanan pasar yg tergantung dan tertata rapi di keranjang motor yg kini tepat di depan motorku. Getuk lindri, klepon ada juga onde-onde menjadi menu utama dan sering hadir di setiap sarapan pagiku, prasangka di hati berkata bahwa dari ibu dengan motor bututnya yg tepat di depanku ini jajanan tadi dibeli. Kutambah kecepatan motorku untuk mendahului pedagang sayur keliling itu, rasanya ada bagian hatiku yg teriris saat kulirik wanita setengah baya tersebut selain menuhin motornya dgn barang dagangan juga memangku gadis kecil berseragam TK.

Semakin teraduk empati kupastikan dari kaca sepion sebelah kanan, senyum penuh semangat nan innocent terpampang dr wajah gadis kecil berusia kira-kira 5 tahunan yg amat menikmati perjalan ke sekolahnya di pangkuan bunda dan tumpukan komoditas dapur. Di lihat dari seragam anaknya dan cara berpakaian wanita penjaja sayur tersebut ku pastikan pengetahuan agamanya mumpuni. Sembari menambah kecepatan kusempatkan sekali lirikan masih dari sepion kanan, tergantung rapi nan menggoda untuk di beli beberapa jenis minuman pasar seperti susu kedelai, dawet dan semacam jamu. Entah jamu galian singset atau merk lainya aku tak tau karena persis ku amati tak logo atau merek di bungkus plastic tersebut.

Rangkain pikiran penuh tanya menjalar di sisi otak kananku, kira-kira jam berapa wanita penjaja sayur itu bangun dari tidurnya, menuju pasar melewati jalan gelap, memenuhi keranjang dengan aneka dagangan, tak lupa tawar menawar harga dengan pengepul sayuran lalu pulang melewati jalan yg entah berapa ratus atau bahkan ribu kali di lewati lalu membangunkan anak gadisnya yg TK, mengantarnya sekolah dan entah berapa banyak aktivitas lain yg tak terpikirkan. Dan hampir saja lamunanku akan berakibat fatal karenahanya hitungan cm motorku berpapasan bis yg terkenal dgn ugal-ugalannya nyaris berserempetan.

Tergiang kisah sahabat yg bertanya pada nabinya, “Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)”

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun . Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Qs. Luqman : 14). Lalu teringat seberapa sering ku panjatkan “Allahummaghfirli waliwalidayya warkhamhuma kamaa rabbayani saghira”

Entah apa yg melatar belakangi konggres wanita 85 th silam di Negara tercinta Indonesia, kini di abadikan menjadi Hari Ibu di salah satu tanggal di bulan Desember, yang jelas dapat ku artikan menjadi pengingat agar tiap saat tak lupa kita panjatkan allohumagfirly.

Dengan takzim ku sampaikan  I Love you too Ibu,

dan engkau selalu punya I Love you more

selamat hari IBU