Tamadhar Binti Amru Al-Khunsa, Semua Takdir adalah Baik

Tiada pernah menyesal apalagi menyalahkan takdir Tuhan. Semua takdir  Tuhan adalah baik. Hanyalah penilaian dan penerimaan manusia akan takdir Tuhan itulah yang terkadang buruk. Meskipun keempat putranya secara berturut-turut tewas dalam peperangan, bagi Tamadhar, hal itu tak menyurutkan langkahnya menggapai surga.

Nama lengkapnya adalah Tamadhar binti ‘Amru bin Syuraid bin Rabbah as-Salmiyyah, seorang pembesar sahabat wanita. Dia seorang wanita ahli syair yang terkenal. Bersama kaumnya, Bani Sulaim, dia mendatangi Rasulullah dan menyatakan beriman kepadanya.

Sosoknya merupakan teladan terbaik bagi para pejuang Islam. Keimanannya terus meningkat hingga pada derajat keimanan tertinggi. Pada dirinya tersimpan keberanian dalam mengemukakan pendapat, kesabaran, keteguhan hati, dan keinginan untuk terus berusaha. Pada dirinya tersimpan sikap kepahlawanan yang tercatat dalam sejarah, yaitu :

Sabar Saat Keempat Putranya Meninggal di Perang Qadisiyah

         Tamadhar ikut mengikuti peperangan Qadisiyah beserta empat orang putranya. Pada suatu malam  dia berkata kepada para putranya, “Wahai anak-anakku, kalian telah memeluk ajaran Islam  karena ketaatan, kalian telah melakukan hijrah atas pilihan kalian sendiri. Demi Allah yang tiada Tuhan selain diri-Nya, aku tidak pernah mengkhianati ayah kalian dan tidak pernah berbuat keji dengan sepupu-sepupu kalian. Aku tidak pernah merusak garis keturunan kalian dan merubah nasab kalian. Kalian telah mengetahui janji Allah kepada kaum Muslimin berupa pahala yang besar dalam memerangi kaum kafir. Ketahuilah, sesungguhnya akhirat itu lebih baik bagi kalian daripada kehidupan dunia yang fana ini. Allah berfirman  :

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negrimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (Ali-Imran (3) : 200)

Mudah-mudahan kelak kalian menjadi orang-orang yang memperoleh keselamatan. Bergegaslah menyerang musuh kalian .  Demi Allah, kalian akan memperoleh kemenangan atas musuh-musuh kalian. Jika kalian melihat peperangan sudah dimulai  dan api pertempuran telah meletus maka bersegeralah bergabung dan menyerang pemimpin musuh. Bersegeralah memperoleh keuntungan dan kemuliaan  di akhirat yang abadi.”

Setelah mendengar nasihat itu, anak-anaknya pun bertekad untuk memegang teguh perkataan ibu mereka. Ketika waktu subuh tiba mereka pun bergegas turun ke medan laga. Anak sulungnya terus maju hingga akhirnya tewas secara syahid. Berita kematiannya itu terdengar oleh ibunya.  Dengan sabar yang memenuhi jiwanya sang ibu berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah memuliakanku dengan kesyahidannya. Aku memohon kepada Allah agar dapat menyatukan diriku dengannya di bawah lindungan rahmat-Nya.”

Setelah putra pertamanya syahid, putra keduanya lalu maju ke medan pertempuran. Dengan gagah berani dia menyerang musuh seraya mengingat nasihat dan wasiat dari sang ibu. Nasihat dan wasiat ibunya telah membuat tekadnya semakin bulat untuk bertempur di medan laga. Tidak lama setelah itu Allah memuliakan dirinya dengan kematian secara syahid. Ketika berita tentang kematian anak keduanya  sampai kepada ibunya, dengan kekuatan imannya sang ibu hanya berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah memuliakanku dengan kesyahidannya. Aku memohon kepada Allah agar dapat mempersatukan diriku dengannya di bawah naungan rahmat-Nya.”

Setelah sang putra keduanya syahid, putra ketiga maju menunggang kuda perang dengan gagah berani menuju medan pertempuran. Dia kemudian turun ke medan laga dan memporak-porandakan barisan musuh hingga akhirnya dia tewas secara syahid pula. Ketika berita tentang kematian putra ketiganya ini dampai kepadanya, dia hanya menyikapinya dengan sikap keberanian dan berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah memuliakanku dengan kesyahidannya. Aku memohon kepada Allah agar mempersatukan aku dengannya di bawah naungan rahmat-Nya.”

Setelah itu putra keempatnya pun maju ke medan pertempuran .Jasad putra keempatnya pun dibawa dari medan pertempuran setelah sebelumnya dia berhasil mengobrak-abrik barisan musuh Islam.  Hatinya hanya dipenuhi dengan sikap ridha terhadap ketentuan Allah dalam melakukan peperangan itu.

Kemudian dia turun ke medan laga dan membunuh para musuh dengan keberaniannya hingga akhirnya diapun tewas secara syahid. Ketika ibunya mengetahui berita tentang berita tentang kesyahidan putra keempatnya itu, sang ibu hanya berkata,     “Segala puji bagi Allah yang telah memuliakanku dengan kematian mereka semua. Aku memohon kepada Allah agar mempersatukan aku dengan mereka di bawah naungan rahmat-Nya.”

Dengan perasaan cinta yang subur dan hati yang sabar dan ridha, Tamadhar menerima berita tentang kesyahidan mereka ini dengan keimanan dan kesabaran. . Kematian mereka bahkan semakin memperkokoh tekadnya untuk menyebarkan ajaran Islam.

Tamadhar akhirnya pergi meninggalkan medan pertempuran Qadisiyyah setelah Allah memberikan kemenangan atas kaum Muslimin. Dia kembali ke kota Madinah. Berita tentang kematian keempat putranya ini diketahui oleh Umar Bin Khaththab. Umar pun lalu menjenguknya dan memberikan bagian harta keempat putranya.

Tamadhar meninggal dunia pada awal kekhilafahan ‘Utsman pada tahun 24H. Semoga Allah memberikan rahmat-Nya dengan rahmat yang luas dan semoga Allah merahmati kita seperti Allah merahmatinya pada hari pertemuan dengan Allah nanti.

Pesan untuk Muslim dan Muslimah

         Janganlah kalian menganggap para syuhada itu telah mati. Mereka sebenarnya hidup mulia di sisi-Nya. Lebih baik mati berkalang tanah  karena mempertahankan kebenaran agama Allah daripada hidup berlumur maksiat dan dosa. Karena, jika Anda hidup dalam kondisi yang tidak produktif dan menghamba kepada kebatilan, sebenarnya Anda telah mati.