Iran dan Karzai: Mengapa AS Diam Saja?

Mengapa AS tetap diam-tenang terhadap sekutunya menerima uang dari negara yang selama ini dianggap "mensponsori terorisme"?

Lebih dari 400.000 dokumen yang baru saja dipublikasikan oleh WikiLeaks di Internet jelas memaparkan sejarah nyata keterlibatan militer AS di Irak antara 2004 dan 2009. Institusi whistle-blower itu melakukan hal yang sama untuk Afghanistan pada bulan Juli silam ketika membocorkan lebih dari 92.000 dokumen-dokumen Amerika sehubungan dengan perang di sana.

Berbeda dengan kebocoran terbaru, Afghanistan terbuat dari gelombang, meskipun memiliki sifat yang sama: tema utamanya adalah penderitaan warga sipil sebagai akibat dari kriminalitas, perang pimpinan dan korupsi dalam kedua pemerintah yang bersangkutan, dan AS menutup mata terhadap apa yang sedang terjadi.

Kebocoran tentang Afghanistan juga melaporkan keterlibatan Iran di Afghanistan, meskipun sedikit perhatian diberikan untuk ini. Iran menyangkal itu sebagai "suap," namun apapun namanya, ini adalah bukti nyata bahwa Iran adalah salah satu "pemain" penting dari konflik Afghanistan. Letaknya yang tidak jauh dari Afghanistan, namun Amerika dengan sangat bebas bertahta di sana, sudah seharusnya memberikan tanda tanya besar tentang negeri Syiah ini.

Minggu ini, Presiden Hamid Karzai mengakui bahwa kepala stafnya telah menerima "kantong uang" dari Iran tetapi melawan tuduhan di New York Times bahwa dia menerima jutaan dolar setiap bulan dari Iran. Ia juga menegaskan bahwa ini adalah murni bantuan "untuk membantu kantor presiden" dan bahwa sumbangan itu dilakukan dengan jalan legal.

Bahwa Iran ingin berteman dengan Afghanistan sudah cukup jelas; logikanya, dengan desas-desus embargo terhadap Iran oleh dunia namun Iran tak pernah semenderita rakyat miskin Indonesia yang tak diembargo siapapun misalnya, apalagi Gaza, Iran ingin membangun kekuatan untuk "berteman" dengan siapa saja. Selain itu, kepentingan Iran yang nyata adalah stabilitas dan pemerintah pusat yang ramah dan kuat di Afghanistan terhadap mereka. Afghanistan adalah tetangganya.

Lantas, mengapa bantuan itu diberikan secara tunai dalam tas tak ubahnya seperti transaksi narkoba? Normal? Jelas, menimbulkan kecurigaan. Penjelasan Karzai sama sekali tak meredam apapun yang terjadi sekarang ini.

Namun, ada aspek yang lebih menarik untuk dilihat lagi. Terlepas itu suap atau bantuan, yaitu reaksi Amerika. Washington jelas tahu apa yang sedang terjadi: pengungkapan WikiLeaks di bulan Juli menyatakan bahwa hal itu membuat semua mata menjadi sangat dekat; apa yang dilakukan Iran di Afghanistan. Bukan sesuatu yang membuat bahagia bahwa sebuah negara yang telah mengirimkan 94.000 tentara, namun kemudian mendapati kenyataan bahwa negara yang dibantunya menerima bantuan yang besar dari negara yang selalu mengobarkan "permusuhan, caci-maki, dan sumpah serapah," terhadpanya di media-media Barat.

Dalam kasus Karzai, AS mengatakan tidak banyak yang dapat dilakukan. Untuk melakukannya, akan mengundang kecaman intens dari media Amerika yang akan bertanya: apa sih sebenernya posisi Iran bagi Amerika? Menutup mata mungkin menjadi terlalu biasa bagi kebijakan AS di kedua tempat, Iran dan Afghanistan. Mungkin politis, tetapi bukan sesuatu yang akan dihargai oleh publik Amerika sendiri.

Reaksinya akan sangat berbeda jika ada laporan bahwa pemimpin Hamas, Khaled Misyaal telah dikirim segepok uang tunai dari Iran. Gelombang udara di AS akan berteriak-teriak tentang pendanaan teror dan akan menjadikan itu sebagai bukti dari "niat jahat" Iran. Sayangnya, itu tak pernah terjadi—bantuan Iran terhadap Hamas itu! (sa/arabnews)