Obama Menang, Dunia Arab Skeptis

Ucapan selamat dari berbagai pemimpin dunia mengalir, setelah Barack Obama dinyatakan menang dalam pemilu presiden AS. Saingan Obama, John McCain mengakui kekalahannya dan ikut mengucapkan selamat atas kemenangan Obama. Begitu juga Presiden George W. Bush yang akan menyerahkan jabatannya secara resmi pada Obama pada 20 Januari 2009 mendatang, mengucapkan selamat pada Obama.

Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, selain mengucapkan selamat, menyebut kemenangan Obama "kemenangan yang brilian." Para pemimpin negara-negara Amerika Latin menyatakan dukungannya pada Obama. Mantan pemimpin Kuba yang menjadi "musuh bebuyutan" AS, Fidel Castro bahkan memuji Obama sebagai orang yang tidak diragukan lagi kecerdasannya.

"Dia lebih pintar, lebih berbudaya dan lebih tenang dibandingkan lawannya," kara Castro.

Dukungan yang sama diberikan oleh Presiden Venezuela, Hugo Chavez. Ia mengatakan, dengan terpilihnya Obama akan ada "sedikit sinar di kaki langit."

Gaung kemenangan Obama disambut meriah sampai ke Hawaii bahkan Jepang, terutama di kota yang namanya kebetulan sama dengan nama Obama, yaitu kota Obama yang artinya "pantai kecil" dalam bahasa Jepang.

Skeptis

Situasi berbeda di belahan dunia Arab, yang skeptis dengan pemilu presiden AS dan kemenangan Obama. Di Jalur Ghaza, Palestina, para pimpinan Hamas tidak yakin akan ada perubahan dalam kebijakan luar negeri AS terhadap Timur Tengah. Siapa pun presiden AS yang terpilih tidak akan membuat Washington menghentikan kebijakan jahatnya pada gerakan-gerakan perjuangan di Palestina.

Juru Bicara Hamas di Gaza, Fawzi Barhoum menyatakan, Obama dan McCain adalah pilihan yang sama buruknya. Namun, kepala biro politik Hamas yang saat ini dalam pengasingan di Suriah, Khaled Meshaal mengatakan, dirinya siap berdialog dengan presiden AS terpilih.

"Hamas siap berdialog dengan presiden AS yang baru, Obama atau McCain. Tapi kami akan tetap ketat mempertahankan hak kami. Kami mengakui AS adalah negara yang memiliki kekuatan besar, tapi kami lebih kuat di wilayah kami sendiri," tukas Meshaal.

Sementara Perdana Menteri Palestina-yang diberhentikan secara paksa oleh Presiden Palestina Mahmud Abbas- Ismail Haniyah menegaskan presiden baru AS harus mencabut embargo yang dilakukan Israel dan dunia internasional di Gaza. Haniyah juga mendesak agar pemimpin AS yang baru memutus dukungan terhadap Israel.

Di lain pihak, Presiden Palestina Mahmud Abbas mengucapkan selamat atas kemenangan Obama dan mendesak agar presiden baru AS itu mempercepat upaya untuk mencapai kesepakatan damai antara Israel-Palestina.

"Presiden Abbas mengucapkan pada presiden terpilih AS Barack Obama atas namany dan atas nama rakyat AS. Ia berharap Obama akan mempercepat upaya perdamaian," kata Juru Bicara Kepresidenan Palestina, Nabil Abu Rudeina.

Di negara-negara Arab, meski antusias masyarakatnya juga tinggi mengikuti proses pemilu presiden AS, sebagian besar dari mereka pesimis presiden baru AS akan membawa perubahan besar bagi dunia Arab. Mereka berpendapat, baik Obama maupun McCain tidak menawarkan harapan bagi perubahan kebijakan AS terhadap dunia Arab.

Polling yang dilakukan situs satisun televisi Al-Arabiya menunjukkan, 62 persen responden menyatakan apapun hasil pemilu AS tak kan membuat mereka kagum, karena kedua kandidat presiden AS adalah pendukung Israel. Namun 26 persen responden menginginkan McCain kalah, dengan alasan kebijakan-kebijakan McCain yang anti-Arab. Cuma 13 persen responden yang menginginkan Obama kalah, dengan alasan Partai Demokrat tidak punya rasa hormat terhadap agama.

Hasil polling ini hampir sama dengan hasil polling yang dilakukan lembaga survei Zogby yang dilakukan bulan Maret kemarin. Hanya 18 persen responden Arab yang meyakini Obama mampu memciptakan sedikit kedamaian di Timur Tengah, sementara keyakinan pada McCain hanya 4 persen.

Tidak seperti masyarakat di berbagai belahan dunia lainnya yang cenderung mengelu-elukan Obama, masyarakat Arab pada umumnya tidak terlalu antusias dengan Obama. Di Amerika sendiri, dukungan warga Arab Amerika yang semula tinggi, menurun drastis setelah dengan sikap Obama yang sangat menjaga jarak dengan warga Arab dan Muslim serta menghindari isu-isu yang terkait dengan Islam.

Dukungan itu makin melemah, ketika Obama di hadapan American Israel Public Affairs Committee (AIPAC)-lembaga lobi Yahudi di AS-menyatakan dukungan penuhnya pada Israel dan mengatakan bahwa Yeruslaem seharusnya menjadi ibukota bagi negara Yahudi.

Warga Arab Amerika mulai mempertanyakan perubahan macam apa yang akan dilakukan Obama-karena tema kampanye Obama adalah "Change, We Need"-setelah kasus relawan kampanye Obama yang melarang dua Muslimah berjilbab berdiri di dekat Obama, yang bisa ditangkap oleh jepretan kamera.

"Saya sangat kecewa. Apa yang saya alami sangat kontradiksi dengan tema kampanye yang diusung Obama," kata Lydia Habhab, seorang muslim AS.

Yang paling berbahagia dengan kemenangan Obama pastilah Israel. Apalagi dalam kampanyenya Obama menegaskan bahwa dirinya adalah "sahabat sejati" Israel.

"Rakyat Israel mengucapkan selamat pada dua sahabat baik Israel, John McCain untuk kampanyenya yang hebat dan Barack Obama untuk kemengannya yang bersejarah. Kami yakin, persahabatan Israel dan AS dimasa depan akan cerah," kata PM Ehud Olmert, yang bakal mundur dari jabatannya karena terlibat skandal korupsi.

Terkait dukungan Obama terhadap Israel, Juru Bicara Hamas Fawzi Barhoum mengingatkan Obama agar belajar dari kesalahan pemerintahan AS yang terdahulu. "Termasuk pemerintahan Bush yang telah menghancurkan Irak, Afghanistan, Libanon dan Palestina" tukasnya.

"Kami ingin Obama mendukung isu-isu Palestina, paling tidak, ia tidak bersikap bias terhadap penjajahan Israel di Palestina," sambung Barhoum.

Sementara itu, pemerintahan Irak menyatakan akan tetap bekerjasama "dengan tulus" namun Irak tidak mengharapkan perubahan akan terjadi dalam satu malam setelah Obama terpilih.

"Kami yakin ini adalah pilihan rakyat AS. Kami menghormati pilihan mereka. Tapi masih banyak tantangan yang akan dihadapi Obama," kata Menlu Irak Hoshyar Zebari.

"Kami pikir tidak akan ada perubahan kebijakan dalam satu malam. Banyak persoalan AS yang masih tersisa di sini," tukasnya.  (ln/berbagai sumber)