Pemerintahan Erdogan Menegakkan Supremasi Sipil di Turki

Turki PM Erdogan (Kiri) dan Kepala Staf Umum İlker Başbuğ (kanan)

Kepolisian Turki menangkap sedikitnya 51 perwira militer baik yang masih aktif maupun yang sudah pensiun di daerah Ankara, Istanbul dan Izmir. Penangkapan ini adalah yang pertama kalinya dalam sejarah Republik Turki. Penangkapan puluhan perwira tersebut berdasarkan temuan dokumen yang berisi perencanaan kudeta terhadap pemerintahan yang syah di bawah Perdana Menteri Recep Tayyep Erdogan. Investigasi menunjukkan bahwa dokumen tersebut benar-benar asli.

Beberapa perwira tersebut langsung ditawan dan akan diproses menurut hukum yang berlaku di Turki. Jika terbukti melakukan kesalahan mereka akan terancam hukuman yang berat.

Sontak saja panglima militer Turki Jenderal Ilker Basburg membantalkan kunjungannya ke Mesir. Selama ini ia selalu membantah keterlibatan militer dalam upaya kudeta terhadap PM Erdogan. Dengan adanya temuan baru ini sulit rasanya militer untuk membantah keterlibatan mereka pada kudeta.

Setidaknya ada tiga pejabat tertinggi militer seperti Ibrahim Firtina mantan kepala staf Angkatan Udara Turki, Saydin Ergun mantan kepala staff angkatan darat, dan Ozden Omeck mantan kepala staff Angkatan laut Turki. Melihat dari tinnginya pangkat yang mereka sandang, rencana kudeta ini bukanlah main-main.

Dalam dokumen tersebut, mereka akan memprovokasi negara tetangga Yunani dan membakar dua Masjid di Istanbul. Seperti diketahui bahwa Yunani adalah musuh tradisional Turki sejak berabad-abad yang lalu. Kedua negara terakhir berkonflik ketika bersengketa masalah Siprus. Para inisiator kudeta tersebut berencana memprovokasi agar Yunani menembak pesawat Turki di langit perairan Laut Aegean. Para pelaku kudeta berharap kedua kejadian itu akan menimbulkan kerusuhan yang akan menyebabkan menurunnya legitimasi pemerintahan Erdogan.

Ancaman kudeta dari militer tidak bisa dihiraukan mengingat pihak militer sudah empat kali melakukan kudeta di negeri ini sejak tahun 1960. Menurut konstitusi Turki, Militer adalah pihak yang mengawal garis besar ajaran sekularisme dari Mustafa Kemal. Seseorang kepala negara dapat jatuh karena tuduhan pelanggaran sekularisme di negara tersebut. Kudeta pertama tahun 1960 menumbangkan pemerintahan pro Islami Adnan Menderes. Militer menuduh Menderes ingin menjalankan pemerintahan Islami. Pihak Militer juga menghukum mati Adnam Menderes dan para wakilnya di tiang gantungan.

Sedangkan kudeta terakhir terjadi sekitar tahun 1997. Kudeta ini juga disebut kudeta post modern karena terjadi di masa modern. Kali itu, Militer melengserkan PM Najmuddin Erbarkan yang juga berasal dari kubu Islami. Militer menuduh Erbarkan yang juga merupakan guru Erdogan ingin merubah sistem sekuler dan menggantinya dengan sistem Islam. Militer juga melarang Erbarkan untuk melakukan aktivitas dan kegiatan politik.

Ancaman kudeta pada Erdogan terjadi sekitar tahun 2008. Milliter menuduh Erdogan ingin mengubah haluan negara menjadi negara Islami. Tuduhan militer menjadi mentah karena kelihaian Erdogan dalam berpolitik. Erdogan lebih lihai daripada Erbarkan dan menjauhi sikap konfrontatif dengan militer. Banyak pengamat menilai Erdogan lolos dari lubang jarum dari tuduhan penghapusan sekularisme.

Tuduhan terhadap Erdogan tentu tidak akan berhenti sampai disini. PIhak militer berusaha keras untuk menjathkan Erdogan karena Erdogan adalah batu bagi militer. Erdogan juga ingin mneghapus UU buatan KEnan Evren yang sanagat mengekang kebebasan dan hak Azasi manusia. Erdogan bertekad untuk mengubah UU tersebut dengan atau tanpa bantuan oposisi. Untuk yang satu ini, Erdogan mendapat dukungan dari oposisi terbesarnya Deniz Baykal dari Partai Rakyat Republik.

Keliahaian politik Erdogan akan membuat militer di sana akan semakin berpudar. Dengan dukungan konstituen Islam, Erdogan akan mampu mengeliminir unsur sekuler di negara Republik sekuler tersebut.

Akankah militer terdesak?

Setelah beberapa dekade mendominasi perpolitikan Turki, mungkin ini saatnya militer mulai menurun pengaruhnya. Militer tidak mudah untuk menggulingkan pemerintahan sekehndak hatinya sendiri seperti dulu kala. Militer sudah tidak sekuat dulu lagi dan ada indikasi perpecahan dalam tubuh militer itu sendiri. Militer juga akan sulit sekali menggulingkan Erdogan karena didukung oleh pendukung gerakan Islam yang berada di seantero Turki.

Sulit sekali rasanya membayangkan suatu pemerintahan sipil menahan jenderal di negara yang militernya mempengaruhi sistem politik. Baru kali ini juga seorang perwira militer diajukan dalam pengadilan karena tuduhan perencanaan kudeta. Erdogan bahkan bersumpah untuk mengadili semua yang terlibat dalam kudeta ini.

Jika Pengadilan berhasil mengadili para pelaku kudeta maka supremasi sipil di Turki benar-benar ditegakkan. Siapapun yang salah harus mendapatkan hukuman. Penegakkan demokrasi ini justru akan memberikan nilai positif bagi Turki sendiri yang berkeinginan masuk dalam keanggotaan penuh Eropa sebab salah satu syarat untuk diterimanya sebuah negara dalam Uni Eropa adalah penegakan demokrasi yang utuh menurut standar Barat.

Andri Faisal. Pemerhati Dunia Islam.