‘Silent Operation’ Hilangkan Nama Yusril Dari Memori Warga Jakarta

yusril-mickey-mouse2-1Eramuslim.com – Yusril Ihza Mahendra, salah satu pengacara kelas atas Indonesia, dari Ihza and Ihza Law Firm, menghentak “Dunia Persilatan” politik DKI Jakarta, dengan menyatakan maju sebagai Bakal Calon Gubernur (Bacagub) DKI Jakarta.

Yusril yang dianggap sebagai salah satu tokoh Nasional, khususnya di bidang Hukum, cukup mengagetkan warga DKI Jakarta, karena selain pernah menjadi Menteri, Yusril juga adalah salah satu petinggi Partai Bulan Bintang (PBB).

PBB sendiri harus tersingkir karena tidak masuknya kader mereka di legislatif pusat, namun Yusril berjanji akan segera menghidupkan kembali PBB pada pemilu berikutnya, sambil memperbaiki kesalahan mereka.

Walaupun partainya “keok” Yusril tidak takut namanya ikut tenggelam karena tidak menolak menjadi menteri lagi. Bersama keahlian dan sebagai salah satu pakar hukum di bidang Tata Negara. Yusril justru merasakan adanya sebuah keganjilan pada peta politik, dengan keberadaan sikap dan keinginan majunya Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, dalam pemilihan Gubernur.

Mungkin ini masuk juga dalam kecemasan Yusril, ketika berita tentang beberapa kali diketemukannya warga negara asal China oleh petugas Pencatatan Sipil Pemprov DKI di rusun maupun wilayah perumahan menunjukkan adanya kesengajaan memasukkan para pendatang ilegal asal China.

Bahkan tidak sedikit masyarakat maupun Ormas yang melihat sendiri bagaimana para penghuni yang menempati apartemen, maupun perumahan terutama di bilangan wilayah Grogol Jakarta Barat, hingga ke Pluit Jakarta Utara, juga disekitar perumahan-perumahan di Bekasi, tidak bisa berbahasa Indonesia.

Ketua Umum Laskar Priboemi sambil berdiri bertolak pinggang, menandakan jika dirinya sangat serius, mengatakan kepada saya, “Kita sengaja dibiarkan terlibat dalam “pentas drama” yang sedang dimainkan oleh Ahok dengan produsernya para cukong dan pengusaha keturunan yang menjadi backing Ahok, sementara tanpa sadar di sekeliling kita sudah berdiri para pendatang ilegal disamping tanpa kita ketahui, lewat mana,” kata Yakub sambil memperlihatkan wajah serius yang bisa saya mengerti maksudnya, jika ucapannya tidak main-main.

Yakub menambahkan, jika saat ini Ahok seakan sengaja dibiarkan melakukan peran antagonisnya dan kitapun seakan terseret jauh masuk kedalamnya, dengan cara menanggapi dan saling beradu.

“Yang saya lihat Yusril rupanya membaca gelagat berbeda, dan tidak terseret arus Ahok dalam permainan wataknya, maka tidaklah heran kalau Yusril mengatakan ada sesuatu yang mengancam nasionalisme kita,” ujar Yakub menambahkan.

Ahok memang senang membuat gaduh, bahkan kegaduhan yang dia ciptakan dari satu adegan ke adegan lainnya, membuat kita hampir tidak bisa menemukan irama kita sendiri, bahkan kegaduhan itu diciptakan dengan cara yang sangat terbuka tanpa memperdulikan akibatnya, kalau perlu berbohong pasti Ahok lakukan bahkan kalau perlu akan di sangkal ucapannya sebelumnya, walaupun itu baru dia ucapkan dua hari sebelumnya dan itu tidak dia perdulikan sama sekali.

Yang membuat kita tidak berdaya, ketika kegaduhan itu, dia campur adukkan sambil menjalankan roda pemerintahan daerah, seakan Ahok memang sengaja dibuatkan peran sedemikian rupa, berbuat semaunya, melakukan kecurangan dan kemudian dijaga dari tangan penegak hukum, agar warga Jakarta terfokus ke satu titik,  Ahok !

Penggusuran, Sumber Waras, Reklamasi, pembelian tanah pemda oleh pemda sendiri, semua dijadikan satu oleh Ahok, bahkan Ahok juga sebagai satu-satunya kepala daerah yang harus berurusan dengan KPK sebanyak 2 kali dalam 2 kasus yang berbeda.

Bahkan kasus pembelian tanah Cengkareng, dimana Ahok harus menghadap pihak Kepolisian, untuk diambil keterangannya, terkait dengan disposisi Ahok yang menyarankan agar tetap melakukan pembelian.

Namun sekali lagi, Ahok kembali lolos, akibat Presiden Joko Widodo mengeluarkan ultimatum agar Kepolisian dan Kejaksaan tidak mengganggu kepala daerah yang sedang bekerja. Dan adegan pada “Babak Cengkareng” kembali mencapai klimaks berupa cibiran dari para penonton. Namun seperti biasanya Ahok masa bodoh dengan semua itu. Walaupun semua sudah berusaha untuk “mengumpat dan membully” presiden akibat “sabdanya” kepada Kepolisian dan Kejaksaan, namun tidak juga ada sedikitpun perubahan.

Harapan masyarakat agar kasus per kasus tetap berlanjut hanya tinggal harapan kosong, istilah anak muda jaman sekarang, Masyarakat Indonesia kembali di PHP-in oleh penegak hukum.

Bahkan kasus BLBI dengan tersangka Samadikun Hartono yang berhasil “ditangkap” dan dikawal sendiri oleh Kepala BIN Sutiyoso, hingga disambut dengan meriah bagaikan seseorang yang baru saja berhasil bebas dari penculiknya, hingga Kepala Kejaksaan Agung harus turun sendiri menyambut Samadikun. Sampai hari ini tidak terdengar kabarnya, kecuali ucapan Jaksa Agung, Muhammad Prasetyo yang terkesan berkelit, mengatakan jika saat ini pihaknya senang dengan adanya Samadikun di tangan mereka, karena paling tidak ada cara agar uang tersebut dikembalikan, namun anehnya Prasetyo sama sekali tidak menyinggung soal pemeriksaan Samadikun.

Apakah ini yang dimaksud oleh Yusril dengan negara kita sedang terancam hingga akhirnya memaksa Yusril harus ikut turun gelanggang dengan mengawali memperebutkan kursi Gubernur DKI Jakarta, yang jika dibandingkan dengan penghasilannya sebagai pengacara jauh melebihi gaji dan pendapatan lainnya seorang Kepala Daerah.

Selain sebagai pengacara terkenal, Yusril juga adalah salah satu Ketua Umum Partai, dan langkah serta analisa politiknya tentu berjalan, dan salah satu yang dilakukannya untuk mencegah Ahok tidak sewenang-wenang, maka Yusril merasa wajib maju, walaupun itu harus dengan mengorbankan “tingkat” dirinya.

Karena Yusril sendiri sempat menolak ketika ditawarkan menjadi menteri dalam kabinet Jokowi, namun untuk kelas Gubernur justru Yusril turun dan memilih untuk bertarung melawan sang aktor antagonis Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Rupanya langkah Yusril untuk maju dan serius untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta, dibuktikan dengan membela para warga yang sedang meradang akibat ancaman Ahok yang ingin menggusur mereka, dari tanah yang sudah mereka diami selama puluhan tahun, bahkan ada yang ratusan tahun lalu yang diawali oleh kakek dan nenek buyut mereka yang sudah bercokol di wilayah yang akan terkena rencana gusuran.

Namun sekali lagi, Ahok yang dibela oleh dana dari para cukong dan hasil mengutip dari sana sini melalui proyek yang beberapa diantaranya dikendalikan oleh istri dan adiknya, yang juga sampai ikut rapat dengan dinas terkait untuk mengatur perencanaan proyek.

Menggunakan pasukan buzzernya di sosial media, mereka dikerahkan untuk menghantam Yusril yang dianggap berdiri dihadapan warga sebagai penghalang, apalagi Yusril juga menyatakan akan ikut pilkada, dan melakukan pembelaan kepada warga yang akan digusur hanya untuk mencari sensasi saja, karena Yusril diketahui sebagai salah satu pengacara di Indonesia yang mematok harga tinggi untuk sebuah kasus, tapi mau menjadi lawyer warga Luar Batang juga Bukit Duri.

Namun semuanya terbantahkan, ketika Kasus di Pelindo II, dengan tersangka RJ Lino yang meminta Yusril untuk menjadi pembelanya, namun biaya yang sudah disanggupi oleh RJ Lino untuk membayar Yusril sebagai pengacara, diketahui oleh Yusril, jika biaya untuk membayarnya menggunakan anggaran milik PT. Pelindo II, dan dengan tegas Yusril menolak dan mundur.

Melihat celah untuk masuk menghantam Yusril tidak juga diketemukan, akhirnya para Kecebong (sebutan untuk pendukung Ahok dan juga Jokowi) menyerang pribadi Yusril yang menikah untuk kedua kalinya, dengan seorang wanita yang berasal dari Philipina, namun sudah berkebangsaan Indonesia.

Serangan tersebut juga tidak berpengaruh banyak, bahkan Yusril akhirnya lebih banyak diam, yang akibatnya para cebong ketika saking stressnya akhirnya menghujat kehidupan pribadi Yusril dengan istrinya melalui kata-kata kotor dan tidak pantas.

YUSRILYusril sendiri akhirnya mendapatkan tempat tersendiri di kalangan para netizen sosial media Twitter, bahkan ada sebuah kelompok yang terbentuk di sosial media yang menamakan diri Jempol Rakyat, yang awalnya tidak mendukung siapapun, selain menjatuhkan Ahok, mulai berbalik mendukung Yusril.

Salah satu personil Jempol Rakyat mengatakan jika Yusril rupanya berbeda dengan yang selama ini diceritakan orang, jika Yusril seorang yang gampang marah dan sombong, bahkan menurutnya, Yusril seseorang yang berbeda dengan para tokoh nasional lainnya, yang lebih suka bergaul dengan kelasnya sendiri, tanpa memperdulikan yang warga kecil.

Bahkan Yusril dengan dibantu warga Luar Batang yang akan digusur oleh Ahok, berdiam diri dilokasi Luar Batang, selain menjadi dan menjaga warga Luar Batang, Kantor Pengacara Yusril, Ihza and Ihza Law Firm, yang beralamat di Kota Kasablanka, juga bersedia ketika diminta warga Bukit Duri untuk membantu mereka dalam persidangan PTUN, yang akhirnya dimenangkan oleh Warga Bukit Duri.

Namun Yusril masih harus menguji kesabarannya sekali lagi, ketika mobil miliknya disirami cat berwarna kuning oleh orang yang tidak dikenal ketika menghadiri syukuran usai memenangkan gugatan terhadap pemprov di PTUN Jakarta.

Perbuatan dan sikap yang ditunjukkan oleh Yusril rupanya mendapat simpatik warga, bahkan tidak sedikit yang langsung menyatakan mendukung Yusril sebagai Gubernur DKI bahkan hal itu ditumpahkan dalam sebuah spanduk dukungan.

Menang di beberapa wilayah di Jakarta secara mutlak, Yusril juga menjadi jawara di dunia maya, dengan selalu menjadi pemenang sebuah Poling, bahkan yang paling lucu ketika Poling pertama antara Yusril dan Ahok yang dibuat oleh salah satu pendukung Jokowi dan juga pendukung Ahok, Rustam Ibrahim.

Awalnya hasil poling masih dimenangkan oleh Ahok, merasa tidak jujur, Ajeng Cute, salah satu anggota Jempol Rakyat, berhasil membujuk Rustam untuk membuka blokir teman-temannya agar bisa ikut poling. Dan hasilnya Head to Head antara Yusril dan Ahok, dimenangkan oleh Yusril dengan perbedaan yang sangat mencolok.

Rustam yang kaget dan tidak menyangka jika polingnya justru menjadi hancur berantakan, akhirnya Ajeng Cute, yang baru saja didaulat oleh rekannya di Jempol Rakyat, sebagai Ketua Umum JR, dikejar oleh Rustam yang penasaran dengan komunitas Jempol Rakyat ini, namun jawaban yang diberikan tidak memuaskan.

Kesal dengan jawaban yang tidak memuaskan, Rustam akhirnya kembali memblokir akun-akun yang dianggapnya tidak pantas untuk memposting sesuatu kepada dirinya. Apalagi akun tersebut ternyata yang membuat Rustam malu karena jagoannya, Ahok, harus menelan kekalahan di kandang sendiri.

Selain Poling yang dibuat secara terus menerus baik oleh Jempol Rakyat maupun para kecebong, sekitar 98 persen poling tersebut dimenangkan oleh Yusril, bahkan Partai Demokrat sempat ikutan membuat poling untuk menjaring keinginan kader partainya dan juga pengikutnya, juga dimenangkan oeh Yusril.

Walaupun sukses di dunia maya twitter yang memiliki jutaan pemakai di Jakarta saja, bukan berarti perhajalanan Yusril mulus seperti halnya poling dan hestek.

Yusril harus sedikit kembali bersabar untuk mencari “Perahu” yang akan dipakai sebagai persyaratan untuk mengikuti pemilihan Gubernur. Karena sampai berita ini diturunkan, nama Yusril yang tersebar mengikuti tahapan calon di Partai Politik yang mengisi kursi legislatif DPRD DKI Jakarta, belum juga mengambil sikap.

Sementara baru Muhaimin Iskandar, Ketum PKB, yang memberikan signal jelas kepada Yusril dan pendukungnya, dengan mengatakan jika dirinya dan Yusril sudah saling mengenal baik dan cukup lama. Bukan hanya itu, Muhaimin juga mengatakan jika hasil dari penggodokan nama Cagub, mengerucut menjadi dua nama saja, Yusril Ihza Mahendra dan Sandiaga Uno.

Sementara itu, berita saling klaim atas PDIP sebagai satu-satunya partai yang boleh memilih calon mereka sendiri tanpa harus koalisi, yang bertebaran di berbagai timeline, baik Facebook maupun Twitter, tidak lagi bisa dipegang keakuratannya.

Karena pastinya Ahok sudah memiliki pendukung di partai untuk memberikan keterangan untuk mengubah persepsi warga Jakarta, jika partai ini dan itu juga ikut mendukungnya.

Menurut penulis, persoalan dukungan kepada Yusril susah-susah gampang dilakukan oleh partai, istilah Warkop, “Maju Kena Mundur Kena”.

Penolakan terhadap Ahok yang dipasang oleh warga di beberapa wilayah masing-masing, baik di Jakarta Utara, Selatan dan Timur, hingga turut melibatkan Ahmad Dhani selaku satu-satunya musisi yang tidak berhasil di gaet oleh Ahok dan Teman Ahok untuk mendukung mereka, ikut menyatakan dan sekaligus membentuk relawan “Jakarta Selatan Menolak Ahok”

Hal inilah yang membuat partai-partai tidak bisa menutup mata, namun juga tidak bisa membuka diri dengan jujur, jika Yusril Ihza Mahendra saat ini memiliki elektabilitas tertinggi sebagai Cagub Jakarta, dan hal itu membuat seluruh pengikut dan pasukan Ahok dan termasuk Ahok sendiri, berupaya keras agar nama Yusril tidak terlalu sering muncul ke permukaan, maka dibuatlah beberapa berita, yang membawa-bawa nama Risma, Walikota Surabaya, akan maju sebagai Cagub DKI, sementara Risma sendiri tidak pernah menyatakan demikian.

Selain Risma, juga nama Sandiaga Uno dipasang oleh media-media milik bos Ahok untuk mengangkat nama Sandiaga Uno sebagai cagub, bahkan penting agar juga dibawa ke stasiun, lalu dibuatkan sebuah tema tersendiri yang khusus memperlihatkan dan memperkenalkan siapa Sandiaga Uno sebenarnya.

Pelan namun pasti Yusril seakan tidak mendapat tempat di media, dan ini seakan mengikuti “perintah” Ahok didepan wartawan beberapa waktu lalu, agar “Yusril jangan diberikan panggung (kesempatan untuk muncul),”

Namun tidak bagi seluruh anggota Jempol Rakyat, walaupun tidak memiliki informasi akurat, soal bisa dan tidak Yusril akan maju dengan partai apa, namun hestek dukungan buat Yusril tetap dijalankan, bahkan hestek selalu masuk dalam lima besar Trending Topik Indonesia, bahkan tidak jarang menjadi Top Trending Topik, dan tanpa lelah hampir setiap hari, bahkan terkadang dalam satu hari dua hestek dimainkan secara bergantian.

Kembali ke urusan Partai, mereka sepertinya memiliki sebuah alsan yang sangat krusial dan ini menjadi alasan paling mendasar, khususnya bagi Gerindra dan PDIP yang melihat langkah Yusril justru akan membuat keduanya sedikit kesulitan ketika memasuki masa Pemilihan Presiden 2019 nanti.

Karena dengan jadinya Yusril sebagai Gubernur DKI (pasti jadi Gubernur DKI) dipastikan Yusri tidak akan berhenti sampai disitu saja, sesuai dengan keinginan agar NKRI tetap terjaga, maka satu-satunya jalan adalah dengan menjadi Presiden dan artinya Yusril akan ikut dalam pertarungan kursi presiden.

Para petinggi partai dipastikan sudah mengetahui sejak awal, bahkan Yusril sendiri sempat mengucapkan itu, karenanya dengan mengusung Yusril maka harus ada sebuah perjanjian tertulis dan itu harus komitmen dengan jujur dan berani dilaksanakan nantinya isi perjanjian tersebut baik oleh Yusril dan kedua partai atau dengan partai lainnya juga.

Sementara itu beberapa rekan penulis di partai, juga mengakui jika nama dan elektabilitas Yusril memang cukup tinggi bahkan ada partai yang mengakui jika Yusril tertinggi dibandingkan dengan calon lainnya. Akibatnya jika partai tidak mengikuti hasil survei yang dilakukan oleh mereka sendiri secara diam-diam, maka dipastikan partai akan semakin terpuruk.

Menurut Dapit Jempol Rakyat, tidak diberikan panggung oleh Televisi, sesuai dengan paksaan Ahok kepada wartawan yang dia katakan langsung, tapi Yusril tetap tertinggi, apalagi ada di televis, bisa dipastikan Ahok pasti akan menyerah sebelum bertanding.

Saat ini Yusril justru memiliki pendukung yang secara terang-terangan menyatakan dukungan mereka, dan sangat berbeda jauh dengan Ahok. Dan ini juga diketahui oleh partai lainnya, jika keberadaan Ahok saat ini sudah mulai membuat warga DKI muak melihatnya, dan itu tercermin pada spanduk penolakan terhadap Ahok terpampang dimana-mana, namun sayangnya hal tetsebut tidak mendapat tempat di media televisi.

“Kalau partai lebih mengutamakan kepentingan mereka, ketimbang melihat kerusakan bangsa ini yang sudah semakin akut, maka semuanya akan terseret arus oleh para “Produser” dan “Sutradara” yang bersama cukong dan mafia, dan kita rakyat yang harus menanggung penderitaan dan sakitnya,” Yakub mengatakan kepada saya ketika duduk dalam sebuah ruangan Sekretariat HUT Ke-I Partai Priboemi di daerah Tebet Jakarta Selatan.

Yang tidak kalah pusingnya dengan tingginya elektabilitas Yusril dan penolakan warga terhadap Ahok secara terang-terangan di berbagai wilayah di Jakarta, adalah Partai Golkar. Beberapa petinggi Golkar terutama di jajaran senior dan anggota elit Golkar mulai meminta agar jajaran DPP untuk mempertimbangkan kembali dukungan kepada Ahok, dan keinginan para senior dan elit Golkar ternyata juga di dukung oleh pendukung Golkar khususnya di jajaran DPD I hingga ke DPC.

Bahkan penulis mendengar sedikit isu terkait adanya anggaran yang berbunyi hingga ratusan milyar yang diserahterimakan di Singapura antara Petinggi DPP Golkar dengan salah satu penyokong dana Ahok. Dan dana tersebut juga akan dibagikan kepada jajaran DPD I, DPD IIdan DPC se-Kota Jakarta untuk “tutup mulut” dan mengikuti kemauan DPP agar tetap mendukung Ahok. “Memang Benar Adanya, Tidak Ada Makan Siang Yang Gratis”(ts/pb)