H. Nuzli Arismal: Sukses Kembangkan Usaha dengan Pendekatan Ibadah

Pengusaha Muslim yang juga Ketua Umum KOPPAS Syariah-BMT- Fajar Siddiq, H. Nuzli Arismal menyatakan, kunci sukses lancarnya suatu usaha bila dilandasi dengan semangat beribadah, sehingga apa yang kita dapat bukan hanya keuntungan berupa materi tetapi juga imbalan dari Allah. Langkah-langkah menjalani usaha yang berpegang pada syariah ini, ia tularkan pada para pengusaha kecil lainnya yang banyak ia bantu. Bahkan sudah ia tanamkan pada putranya yang masih kuliah di negara China.

Kiprahnya sebagai pengusaha yang sukses dan kepeduliannya pada pembinaan pengusaha kecil Muslim, menjadi salah satu alasan eramuslim memilihnya sebagai salah seorang penerima penghargaan Eramuslim Award 2006.


H. Nuzli Arismal (paling kanan)

Sejak kapan anda mulai berwiraswasta?

Saya mulai berdagang di Pasar Tanah Abang ini sudah lama sekali, sejak tahun 70-an, namun kalau mencoba berbisnis saya sudah lakukan sejak usia 5 tahun dengan berjualan kue serabi. Untuk bisnis pakaian di Tanah Abang ini, saya rintis sejak tahun 1977, mulai dari pedagang eceran, sampai pada tahun 1983 saya mempunyai konveksi pakaian.

Kesulitan apa yang anda alami di awal meniti bisnis ini?

Ya pasti ada, tetapi di mana ada kesulitan di situ pasti ada jalan, awal tahun 1977-1983 saya membuka konveksi kecil (garmen), kemudian berangsur menjadi besar. Mulai dari 3 unit mesin jahit Butterfly, kemudian bertambah pada tahun 1986 menjadi 150-an mesin jahit dan waktu itu sudah menjadi sebuah industri. Dari situlah kemudian mengembangkan sistem pembinaan atau sistem anak angkat, yang dikembangkan di Jakarta dan Bandung. Dengan cara memberikan bahan baku, mesin dan kemudian mereka yang menjahitkan.

Sampai sekarang sudah berapa orang anak angkat yang lahir dari sistem yang anda terapkan?

Sampai sekarang sudah banyak sekali, kalau awalnya dulu hanya ada 6 tempat konveksi yang rata-rata di dalamnya terdapat 15-20 orang penjahit di wilayah Jakarta, Bandung, untuk saat ini jumlahnya sudah bertambah lagi dan dikembangkan di daerah Pekalongan. Untuk produk yang dihasilkan, awalnya hanya celana untuk pria dan wanita, namun sekarang produksi ditingkatkan pada pakaian muslim untuk wanita.

Ke mana saja anda pasarkan hasil produksi tersebut?

Sebagian ada yang diekspor, tetapi untuk saat ini paling banyak untuk konsumsi masyarakat lokal di dalam negeri seluruh Indonesia.

Apa duka yang anda alami selama menjadi seorang pengusaha konveksi?

Suka duka banyak sekali, namanya saja mengurus orang banyak. Memang benar manajeman yang paling sulit itu adalah me-manage orang banyak, sebab kalau salah-salah, orang bisa lari dari kita. Karena itu saya mencoba melakukan manajemen itu dengan pendekatan agama, sehingga menguntungkan semuanya, semua merasa selalu beribadah. Kita di sini mencoba membangun pola rahmatan lil alamin, penjahit bekerja karena menginginkan mendapat rahmat, dengan begitu kitapun akan dengan ikhlas memberikan ongkos yang lebih baik.

Anda belajar bisnis ini dari mana?

Sebenarnya itu semua datang karena karunia Allah, dulu saya tidak pernah membayangkan untuk menjahit, tetapi sekarang saya bisa memberikan arahan model ataupun ukuran bagaimana yang cocok untuk dikenakan oleh orang.

Pernah mendapat komplain tidak dari konsumen?

Alhamdulillah sampai saat ini kita tetap mengutamakan kualitas, sehingga tidak ada yang komplain. Selain itu saya merasa memberikan pakaian kepada orang lain itu dalam rangka beribadah juga, apabila pakaian itu dapat menyenangkan, enak dipakai serta tidak mengecewakan yang menggunakannya.

Saya tegaskan kembali apapun yang kita buat, seperti halnya komitmen ketika sholat “innasholati waanusuuki waamahyaya waamamati lillahirabbilalamin”, apapun yang kita perbuat atas landasan beribadah pada Allah, ini akan membuat bahagia.

Bagaimana cara anda membangun interaksi yang baik dengan bawahan atau para penjahit anda?

Ya kembali lagi pendekatan agama yang dibina, dengan cara mereka kita berikan pengajian-pengajian, dan saya sendiri yang sering memberikan atau mengisi pengajian itu. Sebagian besar mereka mau ikut dalam perkumpulan itu, jarang di antara mereka yang tidak ikut, karena mungkin ada rasa malu juga dengan yang lain. Tapi saya mencoba keikhlasan mereka untuk ikut bergabung, sebab kalau hanya dengan alasan malu berarti tidak akan dapat apa-apa dari Allah sebagai imbalannya.

Jangan sampai ini menjadi sebuah keterpaksaan, membangun diri untuk dapat menikmati semuanya lahir batin, kamu bisa dapat ongkos (maisyahnya), kemudian batinnya juga puas dapat bimbingan dan makanan jiwa.

Menjelang Ramadhan dan hari raya Idul Fitri apakah ada peningkatkan produksi?

Alhamdulillah ada saja, tahun ini cukup bagus permintaannya, tetapi untuk jumlahnya yang lebih mengetahui bagian pembukuan.

Dengan jadwal produksi ketat bagaimana mempertahankan agar ibadah tetap berjalan dengan baik?

Dengan bimbingan yang diberikan itu, mereka umumnya sudah memiliki kesadaran agar dapat beribadah tepat pada waktunya, seperti contohnya ketika waktu sholat datang toko biasanya ditutup. Pembinaan yang teratur yang telah dilakukan bersama-sama insya allah bisa menuai rahmat, kita semua akan memperoleh untungnya.

Selama ini ada tidak tidak di antara bawahan anda yang suka mengeluh?

Ya itu pasti ada saja, misalnya penghasilan kurang mencukupi, kemudian kita berupaya untuk mencukupinya, tetapi kalau mereka tetap mengeluh mungkin karena biaya hidup yang besar lantaran harus menyekolahkan anak yang sedang kuliah, saya berusaha untuk mencarikan alternatifnya.

Kabarnya anda memberikan kios-kios gratis kepada pedagang kecil, apa yang melatarbelakangi dan tujuan anda melakukan ini?

Sebagaimana diketahui pada umumnya orang takut untuk mulai usaha dengan mengontrak tempat, takut kalau-kalau nanti usahanya tersebut rugi. Karena alasan itu, maka kita berikan kios, dengan batasan sampai mereka mendapatkan untung, kalau sudah untung ya bisa dimulai dengan membayar kontrak. Jadi saya menginginkan pengusaha muslim ini bangkit dan mampu berjalan bersama dengan yang lain.

Saya sudah mulai mencoba memberikannya, dan itu bisa dikatakan tidak gratis. Kita bayarkan dulu, namun akan dibayarkan setelah pengusaha memperoleh hasilnya, ini dilakukan untuk mendidik agar kita manusia agar selalu berharap kepada Allah.

Ada berapa jumlah yang sudah ikut terdaftar dalam pembinaan?

Ya itu tidak bisa disebutkan, “karena kalau tangan kanan sudah memberi, sebisa mungkin tangan kiri tidak boleh tahu."

Apa yang menjadi harapan anda kedepan dan apa usaha lain yang akan anda kembangkan?

Insya allah di bidang properti, saya juga akan membuat pasar syariah. Sedangkan harapan saya mencari ridha Allah, sehingga dari sini akan muncul pengusaha-pengusaha muslim yang lebih banyak dan kuat.

Kalau orang muslim kaya, harta itu tidak hanya berada di antara orang-orang kaya saja, karena mereka akan berinfak, bersedakah, serta berzakat, jadi akan timbul kasih sayang antara si kaya dan si miskin tidak seperti sekarang timbul jurang pemisah antara sikaya dan simiskin.

Seperti kita lihat terjadi di jalanan ada bis kota yang isi penuh berjejalan, sementara di sebelahnya ada mobil mewah bos-bos atau cukong yang harganya milyaran, di situ terlihat kesenjangan, bahkan yang lebih mengenaskan lagi mereka tidak pernah membantu rakyat miskin, malahan menguras uang rakyat melalui kredit di bank. Di sini dapat dikatakan, orang kaya sangat haram hidup bergelimang harta, kalau dikanan kirinya masih ada yang kelaparan. (novellisa)