Masihkah Umat Islam Dituduh Tidak Toleran?

Begitu massifnya kampanye di media massa, berkaitan dengan keberagaman, toleransi (tasamuh), dan inklusifisme. Tidak cukup seorang muslim/mukmin hanya menyatakan keIslamannya. Tetapi harus ditambah dengan anonim baru, yang kemudian dikenal dengan : “Keberagaman (pluralisme), toleransi, dan inklusifisme”. Seperti semuanya itu menjadi mutlak bagi seorang muslim/mukmin, kalau tidak ingin disebut sebagai golongan radikal, ekstrim, garis keras, dan bahkan teroris.

Inilah kampanye media-media sekuler yang dikendalikan oleh golongan Nashrani, yang mendompleng dengan isu terorisme, yang terus berusaha memanipulasi peristiwa dengan tujuan, agar kekuatan-kekuatan sosial politik dan pemerintah menghantam umat Islam. Sehingga umat Islam tidak bisa berbuat apa-apa, dan terpojok. Dengan kondisi umat Islam yang terpojok, dan tidak dapat berbuat apa-apa, maka golongan Nashrani dengan leluasa mereka mengembangkan agama mereka, sekaligus melakukan pemurtadan.

Kredo yang digunakan adalah kebebasan beragama, hak asasi manusia, keberagaman (pluralisme), inklulsifime, menjadi senjata yang sangat ampuh untuk mendesakkan keinginan dan tujuan mereka kepada umat Islam dan bangsa Indonesia, yang suatu saat nanti mereka menjadi kekuatan politik yang akan mendominasi seluruh arus utama politik di Indonesia. Mereka golongan Nashrani tidak akan pernah mau memberikan kesempatan kepada kaum muslimin untuk eksis dan hidup dengan nilai-nilai yang diyakininya.

Lihat yang terjadi di Eropa saat sekarang ini. Di mana hampir seluruh daratan Eropa, partai-partai kanan telah menguasai landscape kehidupan politik. Mereka tidak lain hanyalah kekuatan politik yang paranoid terhadap munculnya kekuatan baru di daratan Eropa, yaitu kekuatan Islam. Maka mereka kaum sekuler dan Nashrani bersatu dalam kekuatan politik yang sangat ekstrim dan anti para imigran (pendatang) yang mayoritas adalah muslim. Bagaimana mereka terus berusaha untuk mereduksi kekuatan kaum muslimin, yang sudah ada di daratan Eropa selama ratusan tahun.

Sementara itu, mereka terus menjajah, menduduki, menguasai kekayaan alamnya, mengeksploitasi penduduknya, dan bahkan mereka menanamkan agama Nashrani di tengah-tengah penduduk muslim. Sekarang para penguasa Barat terus berusaha mebmantu kaum Nashrani di negeri-negeri muslim, agar agama peliharan penjajah itu menguasai negeri-negeri muslim.

Dari fakta-fakta yang ada menunjukkan, kenyataannya sangat bertolak belakang antara kampanye yang dilakukan media-media yang dikendalikan golongan Nashrani dengan fakta yang ada. Tuduhan-tuduhan terhadap kaum muslimin tidak toleransi itu, tak lain,hanyalah sebuah black propaganda yang bertujuan melakukan penyesatan semata.

Bukti-bukti menunjukkan dari rentang waktu antara tahun 1977 – 2004, jumlah masjid yang semula 392,044 buah menjadi 643,834, atau naik 64,22 persen. Bandingkan dengan kenaikan gereja, di mana gereja Kristen dari 18,977 buah, mengalami lonjakan kenaikan 43,909 buah, artinya mengalami kenaikan 131,38 persen. Sedangkan gereja Katolik dari 4,934 buah, sekarang jumlahnya menjadi 12,473 buah, kenaikan jumlahnya menjadi 152,80 persen. Inilah sebuah fakta yang sangat penting.

Sedangkan agama Hindu, di mana jumlah pura 4,247 buah, sekarang menjadi 24,431 buah, mengalami lonjakan kenaikan 475,25 persen. Wihara Budha dari hanya 1,523 buah, sekarang menjadi 7,129 buah, atau mengalami kenaikan 368,09 persen.

Inilah fakta-fakta yang ada. Di mana menunjukkan, betapa negeri ini yang mayoritas pemeluk agama Islam, tidak benar umat Islam tidak memberikan ruang bagi golongan lainnya untuk eksis. Kampanye melalui media massa yang ada hanyalah sebuah ‘black propaganda’, yang tujuannya untuk menyudutkan golongan Islam.

Media ini akan terus membuka informasi kepada kaum muslimin, agar tidak terus menerus dimanipulasi oleh media-media yang dikendalikan golongan Nashrani, yang memutar-balikkan fakta.