Anggota Dewan Keamanan PBB dan Jerman Gelar Rapat Tertutup di London Bahas Nuklir Iran

Lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan negara Jerman melakukan pertemuan tertutup di London untuk membahas masalah nuklir Iran. Perwakilan negara Inggris, Cina, Perancis, Rusia, AS dan Jerman itu rencananya akan menentukan jadwal pertemuan darurat dengan 35 perwakilan negara yang duduk dalam jajaran petinggi International Atomic Energy Agency (IAEA).

Juru bicara kantor kementerian luar negeri Inggris yang dimintai keterangan tentang pertemuan tersebut, menolak untuk memberikan rinciannya dan hanya mengatakan bahwa pertemuan yang berlangsung hari ini, Senin (16/1) hanya untuk membicarakan ‘langkah selanjutnya’ terkait dengan masalah Iran.

Inggris, Perancis dan Jerman yang selama ini aktif dalam negosiasi program nuklir Iran, pekan kemarin sudah menegaskan bahwa negosiasi sudah cukup dan mereka akan membawa Iran ke Dewan Keamanan PBB.

Sumber-sumber di ibukota Austria, Wina pada AFP mengatakan bahwa Eropa akan memanfaatkan pembicaraan di London untuk meyakinkan Rusia dan Cina yang pada masa lalu memberikan dukungan pada Iran, agar kedua negera itu mendukung Uni Eropa membawa masalah nuklir Iran ke Dewan Keamanan.

Langkah itu sebenarnya sudah dilakukan AS bulan September lalu yang memaksa jajaran petinggi di IAEA untuk memberikan referensi agar Iran bisa dibawa ke Dewan Keamanan. Namun upayaitu gagal, karena Cina dan Rusia tidak setuju dan memberikan waktu bagi upaya negosiasi.

Saat ini sikap Cina terhadap Iran belum tegas. Di satu sisi Cina mengkritik pengembangan riset nuklir Iran, di sisi lain Cina beranggapan membawa masalah Iran ke Dewan Keamanan akan makin memperkeras sikap Iran.

Di pihak lain, Rusia yang tadinya menawarkan Iran untuk mengembangkan uraniumnya di wilayah Rusia, sekarang berbalik dan memberi isyarat tidak keberatan dengan niat Uni Eropa, Inggris dan AS. Para diplomat negara-negara itu mengatakan, pertemuan dengan IAEA bisa diminta sebelum akhir bulan ini.

Terkait dengan masalah nuklir Iran, Ketua IAEA Muhammad El Baradei pada Newsweek mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan verifikasi intensif selama 3 tahun belakangan ini, dan setelah 3 tahun itu ia belum pada posisi untuk membuat penilaian tentang tujuan damai dari program nuklir itu.

Sementara itu, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad menuding Barat bermental ‘zaman kegelapan’ dan mengancam akan membalas perlakuan Barat kalau mereka tidak mau mengakui program nuklir negaranya.

Ahmadinejad menegaskan bahwa negaranya adalah negara yang beradab dan tidak butuh senjata nuklir seperti yang dituduhkan Barat. Program nuklir Iran, kata Ahmadinejad akan dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik.

Dalam keterangan persnya akhir pekan kemarin, Ahmadinejad secara tersamar melontarkan ancaman bahwa Barat akan menghadapi konsekuensinya jika tidak mau mundur. "Anda membutuhkan kami lebih dari kami membutuhkan anda. Anda semua sekarang membutuhkan negara Iran," kata Ahmadinejad. (ln/aljz/theobserver)