Banjir Besar di Jeddah, Teguran Allah Untuk Pemerintah Saudi?

Ketika Tsunami 2004 terjadi di Aceh (dan beberapa daerah di Asia Tenggara) para ulama Saudi terkemuka menyatakan itu adalah hukuman Allah swt untuk percabulan dan homoseksualitas. Sekarang, banjir besar di Jeddah yang menewaskan lebih dari100 orang dan terjadi di tengah pelaksanaan ibadah haji, apa yang akan dikatakan para ulama itu? Inilah korban bencana terbesar sepanjang sepanjang masa dalam ibadah haji.

Banyak orang yang percaya bahwa banjir besar itu sebagai tanda murka Illahi. Adel Zamzami, kepala Jeddah Departemen Pertahanan Sippil Jeddah, mengatakan bahwa kematian dan kehancuran pada pekan lalu itu adalah "kuasa Allah", namun reaksi yang besar dari masyarakat Saudi telah meledak. "Apa yang terjadi adalah hasil perbuatan manusia," kata sebuah judul di Arab News, Jumat lalu.

"Kita telah berbicara tentang masalah ini selama bertahun-tahun. Semua orang tahu bencana ini datang. Kami telah melihat sesuatu seperti ini pada skala yang lebih kecil," kata Kateb Saud, seorang profesor yang merupakan pengunjuk rasa, kepada AFP. "Hanya ada satu alasan: ini karena banyaknya korupsi," katanya. "Pemerintah telah menggelontorkan anggaran yang besar untuk hal ini, namun anggaran itu raib."

Waleed pengacara Abu al-Khair, berencana mengajukan kasus ini, dan menegaskan bahwa "setiap orang yang telah terlibat dalam kekacauan ini harus dituntut," ujarnya tegas."Mereka tidak becus membuat pekerjaan drainase. Mereka telah memberitahu kami selama tiga tahun atau lebih bahwa pekerjaan telah selesai. Namun bahkan orang-orang dari pemerintah kota mengatakan ada kesalahan."

Beberapa pihak juga mengatakan bahwa bencana ini juga merupakan teguran Allah swt terhadap pemerintah Saudi yang dekat dan akrab-mesra dengan Barat—terutama Amerika. Sampai sejauh ini, belum ada komentar dari ulama-ulama besar Saudi. (sa/albaab)