Hari Ke 13 : Inisiatif Perdamaian Mesir-Prancis, Perintah Israel

Pemimpin Ikhwanul Muslimin,Mesir, Dr.Mohamed Mehdi Akif, Rabu (7/1/2009), di Cairo, dalam jumpa pers, menegaskan, bahwa inisiatif perdamaian yang diprakarsai Mesir dan Prancis, adalah perintah rejim Zionis-Israel, tujuannya untuk menutupi kegagalan agresi militer Israel  yang ingin menghancurkan pejuang Hamas. Inisiatif yang diprakarsai Hosni Mubarak – Nikolas Sarkozy, tak lain, ingin menyelamatkan Israel, yang gagal menghancurkan Hamas dari Gaza.

Konfrensi pers yang merupakan gabungan semua kekuatan politik di Mesir, yang bergabung dalam ‘Kekuatan Nasional Mesir’, rencananya hari Jum’at ini, selain konferensi pers yang sudah dilakukannya, kelompok ‘Kekuatan Nasional Mesir’ juga akan menggelar aksi solidaritas untuk rakyat Palestina, dan akan mempertanyakan eksistensi penguasa-penguasa (rejim) Arab, khususnya Mesir, agar ikut bertanggungjawab atas kondisi yang sekarang terjadi di Gaza. Mesir harus memikul tanggungjawab atas tragedi yang sekarang terjadi di Gaza, di mana mesin perang rejim Zionis-Israel, terus-menerus melakukan penghancuran terhadap sasaran sipil yang tidak berdosa.

Pernyataan keprihatinan yang dikeluarkan gabungan ‘Kekuatan Nasional Mesir’, dikeluarkan hari Rabu sore (7/1/2009), tak lama sesudah mereka melakukan pertemuan, di Kantor Parlemen Ikhwan, di Manyal, Cairo. Pernytaan keprihatinan itu, ditandatangani sejumlah tokoh diantaranya, Mursyid ‘Aam Ikhwanul Muslimin-Dr. Mehdi Akif, Wakil Mursyid ‘Aam Ikhwanul Muslimin – Dr.Mohamed el-Sayyed Habib, NCDP (National Coalition Demokratic Party)-Samir Eleish, Sekretaris Jendral Partai Buruh – Magdi Husien, Kelompok Independent di Parlement Mesir – Gamal Zahran, Koordinator Oposisi Kefaya – Abdel Galil Mustafa,Kelompok Ilmuwan dan Hakim – Tarek el-Bishry, Pemimpin Partai Tajammu’ – Abdul Ghaffar Shukr, Duta Besar – Ibrahim Yusri, dan Wartawan Senior – Mustafa Bakry, dan sejumlah tokohnya lainnya. Dalam pernyataan itu, menegaskan para pemimpin negara-negara Arab ikut bertanggungjawab, Dewan Keamanan PBB, dan lembaga-lembaga multilateral lainnya, juga ikut bertunggjawab atas terjadinya kekejian ‘genoside’ di Gaza, yang dilakukan rejim Zionis-Israel.

Di bagian lainnya, seorang ahli hukum di Cairo, Mustafa Bakri, menyatakan, bahwa rejim Mesir, Hosni Mubarak, diibaratkan seperti hidup sendirian di tengah-tengah pulau rakyat Arab dan Islam, di mana Mesir meninggalkan rakyat Palestina sendirian dalam menghadapi kekejaman rejim Zionis-Israel. Ini sangat tidak layak dan tidak pantas, dilakukan oleh pemerintah Mesir, yang seharusnya memiliki komitement menyelamatkan muslim Palestina. Selanjutnya, pemimpin Gerakan Kefaya di Mesir, Dr.Abdel Jalil, ikut menegaskan, sesungguhnya Mesir, telah kehilangan identitas Arab dan Islamnya, karena tidak mau tahu terhadap nasib muslim di Gaza. Dalam konferensi pers itu, kelompok ‘Kekuatan Nasional Mesir’ menegaskan, memberikan dukungan sepenuhnya atas hak rakyat Palestina, yang menginginkan kemerdekaan dari rejim Zionis-Israel. Ditambahkan pula, apa yang dilakukan Israel yang melakukan agresi terhadap muslim di Gaza, bukan saja mengancam eksistensi kaum muslimin di kawasan itu, tapi sudah menjadi ancaman seluruh kawasan Timur Tengah.

Dalam kesempatan terpisah, Dr.Yusuf Qardawi, pemimpin Organisai Ulama Dunia, Kamis (8/1/2009) di Doha, Qatar, menyampaikan, bahwa pemerintah Mesir menolak bertemu dengan delegasi para ulama yang ingin bertemu dengan Hosni Mubarak. Di Cairo, Presiden Hosni Mubarak, menanggapi keinginan para ulama yang ingin bertemu dengannya menyatakan, waktunya belum tepat. Di Doha, Qatar, Pemimpin Ulama Dunia, Dr.Yusuf Qardawi, menyampaikan, sejumlah ulama dari : Qatar, Saudi Arabia, Syria, Jordan, Turki, dan Mesir, bermaksud ingin bertemu dengan Mubarak, yang bertujuan ingin menjadi mediator atas konflik yang sekarang terjadi di Gaza. Para ulma dari berbagai Negara itu, juga ingin menekan pemerintah Mesir, agar membuka pintu gerbang Rafah, yang sampai sekarang masih ditutup oleh pejabat Mesir, dan tidak satupun dari lembaga kemanusiaan dari berbagai Negara dapat masuk ke Gaza. Ini tindakan yang sangat luarbiasa yang dilakukan pemerintah Mesir. Para ulama itu, juga mendesak para pemimpin Arab, agar segera menyelenggarakan pertemuan darurat, dan membantu muslim Gaza, yang sekarang menghadapi tragedi.

Di Cairo, Ketua Assosiasi Dokter Mesir, menyampaikan, bahwa sampai kemarin (Kamis – 8/1/2009), bantuan obat-obatan, masih menumpuk di perbatasan Rafah, karena tidak diizinkan masuk oleh para pejabat keamanan Mesir untuk masuk ke Gaza. Dr.Abdel Mun’im Abdul Futuh, Ketua Assosiasi Dokter Mesir, menyampaikan kepada para wartawan, pemerintah Mesir juga tidak mengizinkan sekitar 50 orang doker yang ingin melintasi perbatasan Rafah. “Tak satupun dokter yang dapat masuk ke Gaza, dan melintasi perbatasan Rafah”, ujar Mun’im. Menurut Mun’im, lebih lanjut, pemerintah Mesir melarang seluruh dokter dari negara-negara Arab, yang ingin masuk ke Gaza. Tim medis dari Negara-negara Arab, yang sudah berada di Cairo, sampai sekarang tidak diizinkan masuk ke Gaza. Hal ini, juga dialami assosiasi dokter dari Yunani, yang memiliki keahlian di bidang komplikasi, yang sudah berada di Cairo, juga tidak diizinkan masuk ke Gaza. Padahal, tujuan dokter yang berasal dari Yunani ini, semata-mata kemanusiaan, tidak ada tujuan lainnya. Tapi, tetap saja pemerintah dan fihak keamanan Mesir, menolak mengizinkan mereka masuk ke Gaza.

Sampai hari ke 13, jumlah yang syahid sudah mencapai lebih dari 700 jiwa, dan sebagian besar adalah anak-anak, wanita, dan orang tua. Sementara itu, yang luka-luka jumlahnya sudah mencapai lebih dari 3300 jiwa. Jumlah ini akan terus meningkat karena mesir perang Israel terus memuntahkan peluru—peluru roket dan kendali kearah pemukiman penduduk yang padat. Hari Kamis, kemarin, lima anggota keluarga yang seluruhn ya tewas akibat serangan roket Israel. Pasukan rejim Zionis-Israel itu, semakin membabi buta, di mana orang-orang yang dicurigai sebagai anggota Hamas, di rumah-rumah mereka, ditembak begitu saja. Korban hari Kamis, yang paling banyak dari kamp Jabalia.

Dibagian lain, pemimpin Hamas, Mohamad Nazal, menyampaikan pernyataan, melalui satelit al-Aqsha, sejak perang yang terjadi,  Brigade Izzuddin al-Qassam, telah berhasil membunuh 30 tentara pendudukan Zionis-Israel, dan seorang komandan, serta mencederai 100 lebih, termasuk komandannya, dari Brigade Golani, yang sangat dibanggakan Israel. Pasukan pendudukan hari Kamis (8/1/20090), menjatuhkan bom, di 40 target, yang dicuragai tempat persembunyian Hamas. Tapi, ini semua ditolak oleh Hamas. (M/Pic).