Hikayat Einstein dan Bangsa Yahudi

“Bangsa Arab telah menyerang kami, ingin menghancurkan rumah kami, pekerjaan kami, membunuh dan mencuri,” tulis Chaim Weizmann di tahun 1929. Meskipun sampai sekarang, Yahudi “telah memberikan semuanya” kepada para pemimpin Arab yang “menginginkan satu hal, mengejar kami sampai Mediteranian,” tambahnya, “Kami sekarang ditekan dari berbagai arah untuk menyetujui sesuatu dari mereka.”

Weizmann bersumpah tak akan pernah menerima apapun selain Palestina sebagai bangsa Yahudi seperti Inggris untuk orang Inggris, dan Amerika untuk orang Amerika.

Tulisan Weizmann hanya satu penanda yang lain. Fred Jerome menulis jurnal “Einstein di belakang Israel dan Zionisme”—menerangkan bahwa ilmuwan yang dianggap hebat itu merupakan salah seorang yang merancang pendirian negara Israel.

Einstein menyatakan bahwa ia bukanlah seorang pemikir politik yang sistemik. Namun, idealismenya seringkali melintasi batas naif. Pandangannya terhadap negara Israel tak pernah berubah, “Saya adalah seorang manusia, seorang Yahudi, dan seorang Zionis, dan penentang nasionalisme!” tegasnya.

Eintein adalah seorang sekular, dan ia menyerukan dunia dalam demokrasi, keadilan sosial, toleransi persamaan di antara sesama mereka. Bahkan Einstein menganjurkan bahwa dengan Zionisme, orang akan mengenali diri mereka sendiri, harga diri dan solidaritas.

Ia menyatakan bahwa kerjasama dengan bangsa Arab hanya bisa dilakukan jika saja dilandasi dengan konsep pemimpin bangsa Yahudi. Tahun 1948, ia pernah ditawari menjadi presiden Israel, setelah kematian Weizmann. Namun ia menolak. Menjelang kematiannya, Einstein menyampaikan harapan besarnya akan Israel, “lebih baik daripada negara-negara lainnya.”

Di balik nama besarnya, dan harapan indahnya akan negara Israel, Einstein sendiri ternyata tak setuju dengan pendirian negara Israel di Palestina. “Judaisme tak setara dengan pendirian Negara Israel.” ungkapnya.

Ben Gurion, mantan perdana menteri Israel, mengatakan jika Einstein menjadi presiden Israel, maka akan ada bencana besar buat bangsa Yahudi. Menurut Einstein, keuntungan yang diambil Yahudi dari Holocaust hanya dijadikan sebagai investasi besar untuk menumbuhkan anti-semit di kemudian hari.

Marc Ellis, seorang profesor Yahudi di Pusat Studi Yahudi di Universitas Baylor mengatakan bahwa Einstein adalah ilmuwan besar yang terperangkap dalam pandangan radikalnya akan keberadaan bangsa Yahudi.

Einstein adalah salah satu pelaku sejarah yang hidup pada waktu terjadinya Holocaust, sehingga ia mengetahui dengan pasti, kemana seharusnya bangsanya melangkah, bukan ke Palestina dan bukan mendirikan negara di atas pembunuhan bangsa Arab.

Einstein menjadi sebuah hikayat turun temurun; sebuah contoh pada generasi awal Yahudi: barangsiapa mempersoalkan keberadaan negara Yahudi, pilihannya hanya dua: hilang atau dihancurkan. Yang mana hikayat Einstein? (sa/haaretz)