Jangankan di Dunia Nyata, Perang di Dunia Maya pun AS akan Kalah

Sebagai negara yang selalu tampil jumawa, AS sebenarnya negara yang lemah. Di medan pertempuran Irak dan Afghanistan, belum ada tanda-tanda AS akan memenangkan perang. Dan ternyata, jika terjadi "perang" di dunia cyber alias dunia maya, AS diprediksikan juga akan mengalami kekalahan.

Mantan Direktur Intelejen Nasional AS, Michael McConnell mengingatkan hal tersebut dalam rapat dengar pendapat tentang keamanan duni cyber dengan Komite Senat Bidang Perdagangan, Sains dan Transportasi, Selasa (23/2). Menurut McConnell yang juga pensiunan angkatan laut AS ini, perang dunia maya sama bahayanya dengan ancaman nuklir Uni Soviet pada masa Perang Dingin.

"Kalau sekarang kita terlibat perang dunia maya, kita akan kalah. Kita yang paling rawan, yang paling terkoneksi, yang paling beresiko mengalami kekalahan," ujar McConnell yang sekarang menjabat sebagai wakil presiden eksekutif untuk perusahaan konsultan Booz Allen Hamilton yang bergerak dalam bisnis keamanan nasional.

Dalam rapat itu, McConnell mengingatkan, jika AS tidak segera memperhitungkan resiko ini, maka AS akan mengalami bencana.

Rapat dengar pendapat antara Komite Senat dan McConnell digelar setelah perusahaan internet raksasa di AS, Google mengungkapkan bahwa Google dan perusahaan-perusahaan AS lainnya menjadi target serangan dunia maya dengan cara canggih yang berasal dari China.

Senator dari Partai Republik yang memimpin rapat, Jay Rockfeller mengatakan, yang menjadi taruhan atas serangan dari dunia maya adalah keamanan nasional dan perekonomian AS. "Serangan fatal di dunia maya bisa melumpuhkan infrastruktur negara yang penting, seperti pembangkit listrik, lalu lintas telekomunikasi dan layanan finansial," kata Rockfeller.

Pakar keamanan internet dari Center for Strategic and International Studies, James Lewis menyatakan, kegiatan mata-mata di dunia maya dan kejahatan lewat internet merupakan ancaman terbesar yang dihadapi AS sekarang. Lewis menyebutnya dengan istilah "sumber utama yang membahayakan keamanan nasional." Untuk itu, Lewis menyarankan agar pemerintah intervensi dalam persoalan ini, mungkin dengan melakukan operasi represif di dunia maya.

Direktur US Cyber Consequences Unit, Scott Borg menambahkan, serangan di dunia maya juga bisa menimbulkan kehancuran ekonomi AS dan itu sudah dialami perekonomian AS saat ini. Kasus-kasusnya, kata Borg, bahkan lebih banyak dari yang selama ini terungkap.

"Kehancuran terbesar bagi perekonomian AS akibat serangan di dunia maya adalah pencurian informasi-informasi bisnis yang begitu masif dengan memanfaatkan teknologi internet. Berapa besar kerugiannya sulit diukur, tapi lebih besar dari kerugian yang diakibatkan dari pencurian identitas pribadi atau yang terkait dengan kasus-kasus kejahatan kartu kredit," papar Borg.

Lebih lanjut McConnel mengatakan bahwa AS butuh sebuah strategi nasional terkait dunia internet yang sesuai dengan strategi nasional yang pernah diterapkan AS pada masa Perang Dingin. Ia menilai inisiatif Presiden Barack Obama menunjuk seorang kordinator bidang keamanan dunia maya, belum cukup untuk mengantisipasi ancaman dari dunia maya di masa depan.

McConnell merekomendasikan dibentuknya National Cybersecurity Center yang modelnya mirip dengan National Counter Terrorism Center yang dibentuk AS pasca serangan 11 September 2001. National Cybersecurity Center itu cara kerjanya harus terintegrasi dengan unit Cyber Command yang diusulkan Pentagon, Departemen Keamanan Dalam Negeri, FBI, pemerintahan lokal maupun federal serta sektor-sektor swasta.

"National Cybersecurity Center nantinya akan menjadi pusat untuk berbagi informasi dan integrasi, kesadaran akan situasi dan analisis, pusat kordinasi dan kolaborasi," tukas McConnell. (ln/PakNews)