Jyllands-Posten Kecam Pers yang Dianggap Terlalu Mengistimewakan Islam dan Umat Islam

Pemimpin redaksi Jyllands-Posten Carsten Juste mengecam pers yang dinilainya memberikan perlakuan istimewa pada umat Islam. "Sepertinya kebebasan pers jadi hancur, lebih cepat dari saya duga. Saya melihat kebebasan pers di dunia dibatasi sementara umat Islam diberikan perlakuan istimewa," kata Juste pada surat kabar Kristen, Kristelig Dagbladet yang terbit di Denmark.

Juste menyatakan dirinya sangat gelisah melihat apa yang sedang terjadi saat ini. Ia berpendapat, krisis yang terjadi saat ini hanya akan membuat umat Islam ‘menerima hak-hak istimewa yang lebih luas.’

"Sekarang kita harus hati-hati terhadap hal ini. Kita tidak pernah berfikir bahwa kita harus hati-hati, misalnya menulis tentang penindasan kaum perempuan dalam komunitas Muslim," sambung Juste.

Argumen serupa diungkapkan editor budaya Jyllands-Posten, Flemming Rose yang sedang dinonaktifkan karena menyatakan siap mempublikasikan kartun-kartun holocaust. Rose mengungkapkan, misinya terhadap publikasi kartun-kartun Nabi Muhamamad Saw itu adalah untuk memicu perdebatan self-censorship di Denmark dan di mana saja tentang isu-isu Islam dan umat Islam.

"Ada berita yang logis yang harus kami liput dan kami memilih berita ini dengan cara yang tidak biasa," katanya sambil merujuk surat yang dikirimnya pada sekitar 40 kartunis untuk meminta mereka menggambarkan Nabi Muhammad Saw.

"Saya tidak meminta mereka untuk menghinanya (Nabi Muhammad Saw) atau membuatnya jadi bahan tertawaan," kata Rose berdalih. Ia mengklaim karikatur yang dimuat surat kabarnya tidak jauh berbeda dengan kartun-kartun yang mereka publikasikan beberapa tahun lalu, seperti kartun Yesus dan kartun keluarga kerajaan Denmark.

"Kenyataannya para kartunis hanya memperlakukan Islam dan Muslim dengan cara yang sama mereka memperlakukan orang lain, " tambah Rose yang mengakui bahwa ia memang pernah menolak kartun Yesus, namun situasinya berbeda dengan kartun Nabi Muhammad Saw sekarang. (ln/iol)