Pasca Tragedi Boston, Menjadi Tugas Berat Imam Webb atasi Seruan Islamphobia

Imam webb.jpg1Imam Suhaib Webb, pemimpin masjid terbesar di Boston , saat ini ia berjuang berat untuk mempertahankan image umat Islam dan selalu memberikan dakwah kepada jamaahnya pasca pemboman Boston.

“Aku  lelah,” kata Webb kepada Boston Globe pada hari Minggu, 12 Mei.

Ia seorang mualaf dan  memeluk Islam di awal 1990-an, kemudian ia menjadi Dai Islam dan Webb  bekerja untuk mendakwahkan ajaran Islam yang benar di antara jemaatnya.

Ia sangat bersemangat untuk  memenuhi tugas ini, Webb kemudian  terbang ke Timur Tengah untuk mengetahui lebih banyak tentang keyakinan barunya. Ia belajar Islam di Universitas al-Azhar, universitas terpopuler di dunia, Webb menjadi seorang sarjana hukum Islam dan saat ini ia salah satu imam yang paling terkenal di Amerika Serikat.

Delapan belas bulan yang lalu, Webb diangkat sebagai imam untuk Islamic Society of Boston Cultural Center di Roxbury.

Sejak hari pertama pengangkatannya, Webb mencoba untuk menghubungkan dengan imigran muslim dari seluruh dunia, dan juga  anak-anak muslim yang lahir di AS serta  para mualaf.

Dia juga bekerja untuk menjembatani komunitas agama di Boston, memperpanjang  persahabatan kepada komunitas agama lain, khususnya dengan beberapa pemimpin Yahudi.

Dalam waktu singkat setelah penunjukannya, Webb menjadi sumber terpercaya bagi komunitas Muslim.

Dia juga bekerja untuk mendakwahkan pemuda dan pemudi muslim  Amerika, ia berencana untuk mendirikan kembali Ella Collins Institute, salah satu seminar Muslim pertama di AS yang pernah dinamakan oleh tokoh muslim Malcolm X .

Baginya, umat Islam bisa menjalani hidup sebagai warga di Amerika, dan bahwa mereka juga memiliki kewajiban untuk berpartisipasi  di masyarakat, budaya, dan politik. Tapi pemboman bulan lalu di Boston telah menempatkan misi Webb dalam kesulitan , dengan bamyaknya serangan Islamofobia  yang menyatakan bahwa masjid adalah tempat berkembang biak bagi kebencian.

Salah satu tuduhan ini diungkapkan oleh Charles Jacobs dalam sebuah artikel USA Today di mana ia menuduh masjid menjadi tempat berkembang biak bagi kebencian dan ekstremisme di Amerika Serikat. Media dan tokoh  sayap kanan juga mulai menyulut kebencian terhadap Muslim lagi, mereka memulai babak baru Islamophobia di AS. Beberapanya , seperti Perwakilan Republik Steve King dan Kwak Gohmert, bahkan menggunakan alasan serangan bom Boston untuk meminta menghentikan rencana untuk mereformasi kebijakan imigrasi  untuk keperluan memerangi terorisme. Mereka menuduh bahwa Muslim radikal melakukan pelatihan di Meksiko untuk belajar bagaimana melakukan penyelinapan melintasi perbatasan untuk datang membunuh rakyat Amerika. Lain lagi Peter King dari partai republik juga menyerukan sudah saatnya agar seluruh komunitas Muslim harus di bawah pengawasan keamanan AS. (IO.net/Dz)