Perdana Menteri Italia Berlusconi Ditengah Amukan Rakyat

Gas air mata yang pekat, dan asap hitam tebal dari mobil terbakar, menandai era baru Pemerintahan Silvio Berlusconi dalam politik Italia.

Pemimpin Italia yang sudah berumur 74 tahun itu, memenangkan pemilihan di Senat dan Majelis Rendah Parlemen di tengah teriakan rakyatnya yang mengatakan, "pengecut", dan berbagai penghinaan yang dituduhkan kepada Berlusconi dari kalangan oposisi.

Berlusconi bangkit dan meninggalkan gedung parlemen ditengah kritikan dari para anggota parlemen. Gianfranco Fini, ketua majelis rendah, berusaha menghentikan perkelahian antara anggota parlemen setelah mereka dituduh menerima suap dari kaki tangan Berlusconi yang telah memberikan suara untuknya. Sementara itu, mantan hakim anti-mafia dan pemimpin oposisi Antonio Di Pietro berdiri mendapatkan tepuk tangan yang gemuruh.

Di luar gedung parlemen, protes mahasiswa terhadap pemotongan anggaran pendidikan perlahan-lahan berubah menjadi gerakan anarkis. Di antara pengunjuk rasa ada yang menyusup ke kelompok gerakan itu dengan mengenakan topeng melemparkan bom molotov.

Para pengunjuk rasa anti-Berlusconi bergabung dengan siswa, dan mereka berhadapan dengan 1.500 polisi anti huru-hara. Sejumlah polisi mengalami luka-luka, dan sejumlah demonstran ditangkap. Massa yang marah memecahkan jendela toko yang dihiasi pohon Natal, membalikkan sepeda motor kemudian dibakar, dan membuang sampah di sepanjang Via del Corso yang biasanya sibuk.

Polisi dengan menggunakan gas air mata berusaha membubarkan kerumunan massa. Namun, para demonstran terus membakari mobil di Piazza del Popolo, Via Babuino, dan sepanjang sungai Tiber, yang menyebabkan langit penuh dengan asap tebal.

Sementara Roma terbakar, Berlusconi dan partainya mulai melakukan negosiasi dengan kelompok moderat mencoba untuk membangun dukungan yang kuat. Beberapa jam sebelum pemungutan suara, ia berjanji kepada anggota parlemen bahwa jika dia berkuasa kembali, ia akan memperluas basis kekuasaannya, serta memasukkan kelompok tengah yang moderat. Di mana mereka merasa kurang nyaman mendukung oposisi kiri-tengah.

Dengan janji Berlusconi itu para pemilih akhirnya mendukungnya kembali. Tapi tak seorang pun mempunyai harapan atau ilusi bahwa ini sebuah kepercayaan kepada Berlusconi. Dengan dukungan pemerintah yang hanya selisih tiga suara mayoritas di Parlemen, hanya memerlukan waktu yang singkat untuk menggiring negara ke dalam krisis yang baru.

"Ini sangat buruk bagi Italia," kata James Walston, analis politik dan profesor di Universitas Amerika di Roma. "Ini hanyalah ketidakstabilan. Ini sama dengan ketidakpastian yang membawa Itali ke dalam krisis dalam beberapa bulan ke depan." ucapnya.

"Ini bukan kekalahan bagi oposisi," kata mantan pemimin kiri-tengah Perdana Menteri Massimo D’Alema setelah pemungutan suara. "Ini kerugian bagi negara." tambah D’Alema. (m/cnn)