Pertama Kali Dalam Sejarah, Raja Saudi Undang Presiden Iran Berhaji

Duta besar Iran di Arab Saudi, Muhammad Husseini hari Rabu (12/12) mengumumkan undangan Raja Saudi, Raja Abdullah kepada Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad, untuk menjalankan ibadah haji.

"Raja Abdullah, hari ini mengundang Ahmadinejad untuk ikut berhaji di Makkah, " kata Husseini seperti dilansir kantor berita ISNA.Ia juga mengatakan bahwa Ahmadinejad akan berangkat ke Saudi awal pekan depan, namun tidak menjelaskan detil rencana perjalanan itu.

Dalam keterangan pers hari Selasa kemarin, Presiden Iran memang mengatakan bahwa ia akan berhaji tahun ini, jika ia diundang oleh Raja Abdullah. Sementara penasehat bidang media Ahmadinejad, Ali Akbar Javanfekr, yang sudah berada di Saudi, membenarkan bahwa Saudi mengundang Presiden Iran untuk menunaikan ibadah haji tahun ini.

"Untuk pertama kalinya dalam sejarah hubungan antara Iran dan Arab Saudi, Raja negeri ini mengundang seorang presiden republik Islam untuk menunaikan ibadah haji di tanah suci, " kata Javanfekr.

"Oleh sebab itu, kunjungan Ahmadinejad kali ini dilihat sebagai peristiwa penting dalam hubungan kedua negara, " tukasnya. Seperti diketahui, hubungan Iran yang mayoritas penduduknya Syiah dan Arab Saudi yang menyoritas penduduknya Sunni, kerap tidak harmonis. Dan jika Ahmadinejad jadi berangkat ke Saudi, maka akan menjadi kunjungan pertamanya ke Kerajaan Saudi selama ia menjabat sebagai presiden Iran.

Belum ada keterangan resmi dari kantor kepresidenan Iran, apakah undangan diterima. Namun seorang pejabat kantor kepresiden Iran mengatakan untuk saat ini besar kemungkinan Ahmadinejad berangkat ke Saudi.

Hubungan Saudi dan Iran mencapai titik paling buruk pada musim haji bulan Juli 1987, ketika 402 orang, kebanyakan warga negara Iran, tewas dalam bentrokan antara warga negara Iran dengan aparat keamanan Saudi.

Almarhum pemimpin revolusi Iran pada saat itu, Ayatullah Ruhollah Khomeini menyebut Saudi sebagai antek-antek AS yang tidak pantas menjaga Tanah Suci. Waktu itu, Saudi mendukung Irak melawan Iran dalam perang Iran-Irak antara tahun 1980-1988.

Beberapa tahun belakangan ini, hubungan kedua negara berangsur-angsur membaik, mereka sepakat untuk bekerja sama untuk mengakhiri konflik politik di Libanon dan berusaha membantu memulihkan stabilitas keamanan di Irak. (ln/Islamicity/AFP)