Presiden Somalia Syeikh Ahmed Sang Perekat?

Nama Presiden Somalia Syeikh Syarif Syeikh Ahmed menjadi sangat terkenal setelah ia menjadi salah satu pemimpin Union of Islamic Courts (UIC-Serikat Pengadilan Islam), yang mengendalikan sebagian besar wilayah selatan Somalia.

Lahir di wilayah tengah Shabelle pada 25 Juli 1964, Syeikh Syarif Syeikh Ahmed merupakan keturunan klan Hawiya (cabang klan Abgal), satu dari empat klan utama di Somalia dan mendominasi ibukota. Tahun 1980an, ia menghabiskan seluruh waktunya dengan menimba ilmu di dua universtias yang berada di Sudan dan Libya. Tahun 2002, ia kembali pulang ke Jowhar ketika pemerintahan Abdulkassim Salad Hassan tengah berusaha menguasai Mogadishu. Melihat kondisi itu, Syeikh Syarif Syeikh Ahmed melakukan perlawanan kepada Abdulkassim Hassan. Ia bekerja sama dengan Mohamed Dhere, seorang panglima perang yang juga merupakan teman masa kecil. Dhere kemudian menguasai Jowhar.

Karena kecakapannya, Syeikh Syarif Syeikh Ahmed ditunjuk menjadi ketua pengadilan regional di Jowhar, tapi seiring dengan itu, kerja samanya dengan Dhere selesai. Tahun 2003, Syeikh Syarif Syeikh Ahmed pergi dari Mogadishu.

Titik Balik

Di sebuah sekolah dasar di Jubba, Syeikh Syarif Syeikh Ahmed memutuskan menjadi seorang guru. Ia mengajar geografi, bahasa Arab dan Pelajaran Agama. Tapi ternyata, orang-orang yang tidak menyukainya melakukan sebuah cara yang tak ia sangka. Salah seorang muridnya diculik, dan si penculik itu meminta tebusan berupa makanan sehari-hari kepada orang tua si murid.

Kejadian inilah yang menjadi titik balik dalam kehidupan Syeikh Syarif Syeikh Ahmed. Ia merasa terganggu menyadari bahwa orang di sekitarnya akan melakukan penculikan hanya karena sesuap nasi. Dan penculikan itu terjadi di mana-mana. Ia sadar bahwa kemiskinan adalah nomor satu rakyat Mogadishu.

Bersamaan dengan itu, ia pun mendirikan sebuah pengadilan Islam, dengan ia sendiri menjadi ketuanya. Pertama kali, ia memfokuskan diri pada kasus penculikan anak yang memang menjadi bagian kehidupan Mogadsihu ketika itu. Perlhana-lahan, keberadaan pengadilan Islam ini menjadi sesuatu yang dicintai oleh masyarakat. UIC dengan serta merta merebut hati rakyat dan menguasai Somalia pusat dan selatan, dan dengan tegas menyatakan perang terhadap isu teror yang didengungkan oleh AS. Selama 6 bulan menguasai Somalia, UIC dibagi menjadi dua kubu, moderat dan garis keras. Syeikh Syarif Syeikh Ahmed menjadi pemimpin golongan yang pertama. UIC sendiri kemudian dibubarkan oleh Pemerintaha Ethiopia pada Desember 2006.

Terpilih Menjadi Presiden

Tiga pekan setelah kelompoknya dibubarkan, Syeikh Syarif Syeikh Ahmed ditangkap oleh polisi Kenya. Selama tahun 2007-2008, ia kemudian diasingkan, namun tidak lama kemudian ia menjadi Ketua Faksi Eritrea-based Alliance for the Re-liberation of Somalia (ARS), atau Alliansi Pembebasan Somalia.

PBB mempercayai Syeikh Syarif Syeikh Ahmed untuk memimpin Pemerintah Federal Transisi antara Barat dan Islam moderat di Somalia. Desember 2008, ia memimpin kelompoknya bernegoisasi dengan pemerintah Presiden Abdulahi Yusuf Ahmed dan Perdana Menterinya yang mengundurkan diri setelah pembicaraan damai.

Sebulan kemudian, Syeikh Syarif Syeikh Ahmed dan 150 rekannya bergabung dengan parlemen Somalia dan ia dipilih untuk menggantikan Presiden Yusuf. Presiden Syeikh Syarif Syeikh Ahmed mengatakan akan menjalin perdamaian dengan Ethiopia, merekrut para pejuang Islam menjadi tentara nasional dan membangun kembali infrastruktur negara. Saat ini, satu-satunya yang menjadi ganjalan bagi pemeritahannya justru datang dari kelompok Al-Shabab yang menguasai Somalia di bagian selatan dan pusat.

Di tengah carut-marutnya kondisi Somalia, apakah Presiden Syeikh Syarif Syeikh Ahmed akan menjadi solusi bagi rakyat Somalia yang menginginkan tegaknya Islam? Akankah ia bisa merekatkan semua pihak yang berkepentingan di negara yang selalu dilanda konflik itu? Hanya waktu yang akan membuktikannya. (sa/bbc)