Rusia kepada Hamas: Ingin Beli Senjata Kami? Akui Israel Dulu

Menteri Pertahanan Rusia, Sergey Ivanov, ternyata mempunyai strategi jitu untuk berupaya menundukkan sikap Hamas agar mau menerima eksistensi Israel. Beberapa waktu lalu, sejumlah negara heboh dengan sikap Vladimir Putin, Presiden Rusia, yang mengundang Hamas untuk bertandang ke negaranya. Namun kehebohan itu tidak terlalu lama, mengingat saat ini Rusia sudah mulai mengeluarkan maksud terang di balik undangannya kepada Hamas yang memenangkan pemilu legislatif secara mutlak di Palestina. Jika Palestina mau menerima bantuan persenjataan dari Rusia, maka Hamas harus mau mengakui entitas Israel. Itulah tawaran yang diajukan Rusia, setelah mereka melayangkan undangan kepada Hamas beberapa waktu lalu.

Informasi ini diambil dari kantor berita Rusia Interfax (17/2). Ivanov mengatakan, "Memberi bantuan persenjataan militer kepada Palestina tidak mungkin dilakukan kecuali dengan persetujuan Israel dan harus melewati negara Israel." Karenanya, menurut Ivanov, Rusia menawarkan penjualan dua helikopter dam 50 pesawat pengangkut pasukan untuk pemerintah Palestina. Tahun sebelumnya, pemerintah Palestina pernah berupaya membeli sejumlah peralatan militer kepada Rusia. Tapi upaya itu belum berhasil mencapai kesepakatan. Menurut Interfax, tawaran kali inipun masih menggantung dan belum mencapai kesepakatan.

Israel gembira menyambut pernyataan Rusia tersebut. Disebutkan dalam situs Islamonline, Jubir Menlu Israel Mark Ragev mengatakan, "Kami menyambut keterangan Rusia bahwa mereka siap meninjau kembali sikapnya. Mereka memandang apapun kerjasama yang akan dilakukan di masa depan harus melibatkan koordinasi Israel." Meski demikian, Jendral Yori Balyofski, kepala angkatan bersenjata Rusia mengatakan, bahwa langkah ini mungkin akan dikembangkan lagi saat pertemuannya dengan para pemimpin Hamas ke Rusia di pekan pertama bulan Maret mendatang.

Sementara itu, sejumlah petinggi Rusia mendukung undangan Putin kepada Hamas. Mereka melihat undangan itu akan memotivasi Hamas yang dituding Barat sebagai kelompok teroris, untuk tetap tunduk pada poin perjanjian pemerintah Palestina yang lalu. Hamas sendiri sejauh ini berulangkali menegaskan sikapnya yang tidak akan menerima pengakuan terhadap pendudukan Israel. (na-str/iol)