Yahudi AS Tergerus Krisis Ekonomi

Krisis ekonomi ternyata sanggup meminggirkan Yahudi dari AS. Di seluruh negeri, federasi Yahudi memangkas anggaran mereka, memecat sebagian stafnya, mencari program dadakan yang darurat untuk bisa bertahan, merebut sesuatu di depan mereka walaupun tak pasti dan mengharap situasi yang berat itu akan segera berakhir sebelum Yahudi itu memberikan pengorbanan lebih banyak lagi.

Menurut Joe Kanfer, ketua Dewan Perwalian Komunitas Yahudi di Amerika sekarang ini banyak federasi yang dimiliki oleh Yahudi harus ditutup. Hal ini menjadi sesuatu yang tak bisa dihindari, walau belum ada satupun federasi itu yang bangkrut. Sudah bukan rahasia lagi, selama ini, federasi Yahudi sangat bergantung pada suntikan dana bantuan dari pemerintah AS. Sekarang ketika bantuan itu dihentikan, apa yang dilakukan oleh Yahudi?

Joe Kanfer menjelaskan bahwa sekarang korporasi-korporasi yang dimiliki oleh Yahudi bersatu dan memberikan bantuan. Al hasil, sekolah dan pusat Yahudi masih bisa diselamatkan untuk untuk sementara waktu. "Pemasukan kami memang menurun 5, 15 sampai 20%, tapi masih ada cukup biaya untuk menjalankan federasi Yahudi." terang Joe.

Dalam beberapa bulan ini, federasi Yahudi memang mengalami hantaman besar. The United Jewish Appeal-Federation (UJA) yang berbasis di New York dan merupakan federasi Yahudi terbesar di AS, misalnya saja sudah dua kali menerima hantaman besar ekonomi yaitu dengan jatuhnya Wall Street dan Bernard Madoff’s Ponzi. "Situasinya memang mengkhawatirkan sekarang ini." imbuh Kanfer. "Semua orang Yahudi kehilangan pekerjaan dan rumah makan pun kosong. Efek krisis ekonomi ini begitu besar dan membuat semua orang menjadi stress. Dua pekan lalu, UJA memberhentikan 52 pekerjanya, setelah sebelumnya juga mem-PHK 20 staf."

Salah satu solusi yang dibuat oleh para Yahudi itu adalah dengan mendistribusikan bantuan melalui para rabbi. Ratusan rabbi yang bertugas di sinagoga sekarang dibekali uang untuk diberikan kepada orang Yahudi yang tengah dililit masalah ekonomi. Dalam beberapa waktu saja, banyak keluarga Yahudi yang jatuh miskin. Di Chicago mosalnya, 20 persen dari populasi Yahudi sudah berada dalam garis kemiskinan. "Selama ini memang, negara Israel tidak menyadari hal ini. Mereka hanya tahu bahwa komunitas Yahudi itu makmur. Tapi inilah kenyataannya." ujar Dr. Steven B. Nasatir, presiden UJA. Menurut Nasatir, program ini jelas ditujukan untuk warga Yahudi kelas menengah yang sudah morat-marit di tengah bencana ekonomi.

Berhasilkah program ini? Nasatir sendiri meragukannya. Jika hanya untuk jangka pendek mungkin ya. Tapi untuk jangka yang sangat panjang, Nasatir tidak yakin Apalagi pemerintah AS pun tampaknya tidak begitu lagi memprioritaskan bantuannya kepada komunitas Yahudi yang ada di AS. (sa/hrt)