Akhir Kejayaan Zionisme – Yahudi?

Revolusi Zionis selalu bersandar pada dua pilar: Jalan dan etika kempimpinan, yang tak satupun dari keduanya bisa bertahan lama. Di sisi lain, Israel pun dibentuk di atas dasar korupsi, penjajahan dan ketidakadilan, dan kekejaman. Karena itu, sepertinya akhir dari kejayaan Zionis berada di ambang pintu. Negara Israel sudah berdiri dengan kokoh sekarang, tapi berdiri dengan perasaan aneh dan buruk.

Diaspora Yahudi adalah sesuatu yang penting dari identitas kaum ini. Selama bertahun-tahun lamanya, mereka tidak pernah mendapatkan satu halangan pun yang berarti. Mereka menggiatkan kembali bahasa Ibrani mereka, menciptakan teater dan bioskop, serta terus menguatkan mata uang nasional.

Mereka berdagang di Nasdaq, tapi apakah karena ini mereka mendirikan sebuah negara? Orang-orang Yahudi tidak bertahan hidup selama dua milenium untuk hanya sekadar menjadi pionir dalam persenjataan, atau program komputer dan menciptakan misil. Yahudi membawa misi ideologi.

2000 tahun usaha Yahudi untuk sebuah negara yang menaungi mereka, dijalankan oleh kawanan amoral dan penentang hukum yang menulikan telinga mereka. Setiap hari semakin banyak orang Israel yang paham hal itu, dan dengan hal itu pula lah mereka memberikan sebuah negara kepada anak-anak mereka kelak. Anak-anak Yahudi tentu tidak tahu akan hal ini, dan sebuah generasi Yahudi yang baru pun lahir.

Sekarang, menjadi seorang Yahudi di Tepi Barat, tepatnya di Beit El dan Ofra, sangat membuat nyaman. Tanah ini begitu menakjubkan saat ini, karena sejauh mata memandang, kita akan melihat geranium dan bougenvil tumbuh dimana-mana, bukan sebuah kependudukan.

Jalanan begitu mulus dan orang yang tak mengetahui sejarah Palestina akan mengerutkan keningnya melihat seorang Palestina diperlakukan tak selayaknya, karena ada jalanan khusus untuk orang-orang Palestina, yang diblok dan kecil tak terawat.

Satu jalan untuk si penjajah, dan satu lagi untuk yang dijajah, persis seperti apa yang dilakukan Nazi Jerman kepada mereka, sebelum kejadian Holocaust, walau Holocaust nya itu sendiri sangat dilebih-lebihkan.

Tapi sekali lagi, apakah ini berhasil? Tidak. Bahkan ketika orang Palestina menundukan kepalanya dan mengecilkan suaranya, semuanya tidak berhasil untuk sebuah negara Yahudi. Mengapa? Karena orang Yahudi sudah kehilangan moralnya.

Seandainya saja, seorang Israel memelihara seorang bayi Palestina, itu pun tidak akan menghapus kebencian orang Palestina kepada mereka.

Pun, Israel boleh membunuh ratusan pemimpin pejuang Palestina setiap hari, tapi sama sekali tidak akan memberikan satu pun kenyataan yang menjadi solusi berdirinya negara Israel di tanah itu.

Mengapa? Mengapa bisa terjadi seperti itu? Harap diingat bahwa orang Palestina itupun mempunyai mimpi-mimpi dan kebutuhan. Jika kita amati, antara Yordan dan Mediterania sudah jarang sekali ditemui mayoritas Yahudi. Dan mustahil bagi siapapun, dalam hal ini Yahudi untuk terus mendekap erat sesuatu yang bukan miliknya tanpa harus membayarkan sesuatu.

Yahudi tidak akan pernah bisa menahan rakyat Palestina dengan sepatu bootnya dan dalam waktu bersamaan terus berpikir bahwa hanya Yahudi lah satu-satunya yang mengerti akan demokrasi di Timur Tengah. Yahudi tidak akan terus bisa mempertahankan teritori itu kecuali jika bahwa Yahudilah satu-satunya yang bukan manusia dan tak punya moral.

Lantas mengapa selama ini semuanya terlihat diam saja? Mungkin ini karena bagaimana pun rakyat Palestina tengah berpikir dan berusaha bagaimana kembali merebut tanah mereka, berapa pun harganya. Bagi Palestina ini adalah harga yang hitam putih, dan tak bisa ditawar-tawar lagi. (sa/td)