AS-Eropa Rancang Agenda Baru Perang Melawan Teror?

Para agen intelijen AS dan Eropa mulai bergerak setelah mengklaim bahwa mereka berhasil mengendus rencana kelompok Al-Qaidah melakukan serangan teror ke sejumlah kota besar di Eropa. Sejauh ini, agen-agen intelijen Eropa belum memberikan penjelasan lengkap soal klaim tersebut, tapi para agen intelijen itu diam-diam sudah melakukan "operasi" mengintai warga negara mereka sendiri, terutama anak-anak muda muslim yang diketahui pernah atau akan bepergian ke negara-negara yang selama ini oleh Barat dicurigai sebagai "sarang" teroris Al-Qaida.

Hal tersebut diungkapkan oleh sejumlah analis dan pejabat intelijen yang mengatakan bahwa para agen rahasia AS dan Eropa sedang mengintai anak-anak muda warga negara Barat yang melakukan perjalanan ke Pakistan dan tempat-tempat lainnya, yang dicurigai akan menerima pelatihan dari Al-Qaida dan organisasi-organisasi yang menjadi aliansi Al-Qaida, lalu anak-anak muda itu akan kembali untuk melakukan serangan teror di negara-negara asal mereka (AS dan Eropa).

"Para ‘pejuang’ itu sangat mengenali target yang mereka pilih, hal itu menambah kemampuan setiap individu untuk menimbulkan kerusakan," demikian laporan yang dirilis Homeland Security Institute Universitas George Washington.

Menurut laporan itu, para militan pemilik paspor negara-negara Barat yang tidak memiliki catatan kriminal atau yang diistilahkan dengan "clear skin" bisa bergerak tanpa menimbulkan kecurigaan dan terhindar dari pemantauan otoritas yang berwenang.

Kantor Perlindungan Konstitusi Negara Federal Jerman mengklaim bahwa sekitar 200 orang warga negara Jerman dan warga negara asing yang ada di Jerman, pernah mengunjungi Pakistan dengan tujuan mengikuti pelatihan paramiliter bersama kelompok-kelompok Islamis dan otoritas berwenang di Jerman mengklaim sudah punya bukti bahwa 65 orang diantaranya memang benar mengikuti pelatihan tersebut.

Magnus Ranstorp, salah satu peneliti dari Swedish National Defence College dalam laporannya juga mengklaim bahwa tingkat ancaman terorisme di Swedia meningkat dalam sepekan ini dan menurutnya tidak ada satu pun negara di Eropa yang kebal dari bahaya teroris.

Ia mengatakan, para agen intelijen di AS dan Inggris juga mengkhawatirkan Somalia–selain Pakistan–sebagai salah satu negara yang menjadi tujuan para militan dari Barat untuk "menuntut ilmu" terorisme.

Laporan Ranstorp menyatakan bahwa aparat berwenang di Eropa seharusnya juga memburu para tokoh yang dianggap menjembatani hubungan para militan yang ada di Barat dan negara-negara yang dinilai menjadi tempat pelatihan teroris.Termasuk tokoh yang melakukan propaganda untuk merekrut para militan di negara-negara Barat. Laporan itu mencontohkan sosok Anwar Al-Awlaki yang disebut sebagai tokoh berbahaya dalam menjembatani serta menyebarkan propaganda terorisme.

Laporan ancaman terorisme versi Barat seperti yang dirilis Ranstorp ini seolah ikut menguatkan klaim para intelijen AS dan Eropa bahwa negara mereka masih menjadi target kelompok teroris dan kelompok teroris itu lagi-lagi dilekatkan pada sosok organisasi Al-Qaidah.

Para intelijen Barat terus menggulirkan perang melawan teror yang sudah usang, karena perang melawan teror yang pertama kali digulirkan oleh AS itu terbukti hanya menjadi dalih untuk menghancurkan negeri-negeri muslim, menangkapi kaum Muslimin yang tak berdosa dan menghinakan mereka di kamp-kamp penjara, seperti kamp penjara AS di Guantanamo dan kamp penjara lainnya yang dirahasiakan AS serta para sekutunya, ataukah klaim para intelijen AS dan Eropa ini merupakan agenda baru perang melawan teror?(ln/mol)