Ikhwan: Militer AS Harus Ditarik dari Irak dan Afghanistan Setelah Bin Ladin Tewas

Jamaah Ikhwanul Muslimin Mesir mengatakan pada hari Senin ini (2/5) bahwa tentara AS harus ditarik dari Afghanistan dan Irak setelah terbunuhnya Usamah bin Ladin, orang yang dituduh sebagai dalang serangan 11 September yang menyebabkan dua perang besar pimpinan AS.

Pemimpin Al-Qaidah itu terbunuh dalam pertempuran dengan pasukan AS di Pakistan pada hari Minggu kemarin, Presiden AS Barack Obama mengatakan.

"Dengan kematian Usamah Bin Ladin, salah satu alasan kekerasan yang telah dipraktikkan di dunia telah dihapus," kata Issam al-Arian, petinggi jamaah Ikhwanul Muslimin kepada Reuters.

"Ini saatnya bagi Obama untuk menarik diri dari Afghanistan dan Irak dan mengakhiri pendudukan AS dan pasukan Barat di seluruh dunia, di mana negara-negara Muslim begitu lama dirugikan oleh tindak tanduk AS," katanya.

AS dan negara-negara Barat lainnya memiliki pasukan yang berbasis di Afghanistan. tentara AS dilaporkan meninggalkan Irak pada akhir tahun 2011 di bawah perjanjian keamanan dengan Baghdad. Washington juga memiliki kekuatan yang berbasis di Teluk.

Ikhwan sendiri telah meninggalkan kekerasan sebagai alat perjuangan untuk mencapai perubahan politik di Mesir beberapa dekade yang lalu. Sejak Presiden Hosni Mubarak digulingkan di Mesir pada tanggal 11 Februari, Ikhwan telah menciptakan partai politik formal untuk maju dalam pemilu.

"Revolusi yang terjadi di Timur Tengah merupakan bukti bahwa demokrasi memiliki sebuah tempat di Timur Tengah dan kita tidak perlu pendudukan pasukan asing lagi," kata Arian.

Dia mengatakan mungkin ada reaksi kekerasan untuk kematian Bin Ladin di wilayah di dunia di mana Al Qaidah memiliki pijakan.

"Afghanistan, Pakistan, Maroko dan Aljazair mungkin bereaksi keras karena pengaruh al Qaidah meluas di sana."

Dia mengatakan Islam tidak boleh disamakan dengan terorisme atau jenis kekerasan yang didukung oleh Usamah Bin Ladin.

"Ini saatnya bagi dunia untuk memahami kekerasan itu dan Islam tidak terkait dan mengaitkan Islam dengan kekerasan telah menjadi kesalahan yang disengaja oleh media," tambah Arian.(fq/reu)