Lagu Gaza Disensor, Penyanyi Irlandia Batalkan Konser di Israel

Musisi legendaris asal Irlandia yang juga dikenal sebagai aktivis kemanusiaan, Tommy Sands membatalkan keikusertaannya dalam "Festival Bloomsday Concert" pada hari Minggu (20/6) di Israel.

Sands membatalkan keikutsertaannya dalam konser itu setelah pihak penyelenggara di Israel memintanya untuk tidak menyanyikan lagu berjudul "Peace on the Shores of Gaza", lagu yang diciptakannya untuk mengiringi pelayaran kapal Irlandia "Rachel Corrie" ke Jalur Gaza, yang juga disergap dan digagalkan oleh tentara Zionis Israel.

Sands menambah daftar panjang musisi internasional yang membatalkan konsernya di Israel sebagai bentuk boikot pada Israel. Meski awalnya Sands tidak ikut aksi boikot itu, tapi setelah lagunya tentang Gaza disensor Israel, ia memutuskan untuk membatalkan konser tersebut. Selain di Israel, Sands juga menggelar konsernya di Palestina termasuk di Gaza. Rekan dan kerabat Sands mengingatkan agar ia mengurungkan niatnya itu setelah insiden serangan Israel ke rombongan Freedom Flotilla, dengan alasan keamanan.

Tapi Sands beranggapan bahwa penting baginya untuk datang ke Palestina untuk memberikan dukungan pada para aktivis internasional yang membawa misi kemanusiaan untuk Gaza. Dalam konsernya di Yerusalem pekan pekan kemarin, Sands diundang untuk bernyanyi dalam aksi protes yang digelar seminggu sekali oleh Syaikh Jarrah di Yerusalem Timur dan Sands menerima ajakan itu.

Di negaranya, Sands dikenal sebagai musisi yang kerap melontarkan kritik sosial atas konflik antara Irlandia Utara dan Irlandia Selatan lewat syair-syair lagunya. "Percayalah, mungkin lebih mudah bagi para musisi untuk di rumah saja dan membuat rekaman lagu-lagu. Tapi kami punya kewajiban untuk membuat kondisi masyarakat dunia lebih baik," ujar Sands soal perannya sebagai aktivis perdamaian.

Sebelum Sands membatalkan konsernya di Israel, pemerintah Irlandia juga baru saja mengusir seorang diplomat Israel terkait kasus pembunuhan komandan Hamas di Dubai bulan Januari lalu. Dari hasil penyelidikan, terbukti agen-agen Israel telah memalsukan paspor delapan warga negara Irlandia dalam operasi pembunuhan itu. (ln/palnewsnetwork)