Erdogan Kembali "Guncang" Sidang PBB

Sosok Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan kian hari kian menjadi pujaan dan "pahlawan" sekaligus simbol kebangkitan baru atas dunia Muslim, sekaligus simbol perlawanan yang cerdas (bukan perlawanan konyol dan bodoh ala Arab) di hadapan dunia Barat.

Sabtu (28/9) kemarin, Erdogan kembali memberikan kejutan bagi dunia. Di hadapan majlis sidang PBB di New York, Erdogan memberikan pidato sambutan yang mengguncang terkait perdamaian di Timur Tengah dan isu nuklir di kawasan.

Dalam pidatonya, Erdogan mengkritik sikap tak adil dan standar ganda yang diterapkan oleh negara-negara Barat terkait permasalahan nuklir. Di satu sisi, negara-negara Barat kini tengah berusaha sekuat tenaga untuk mengganjal langkah Iran yang tengah mengembangkan teknologi nuklir damai–yang kian hari kian berkembang pesat, namun di sisi yang lain, negara-negara Barat juga mendiamkan Israel yang memiliki senjata nuklir.

"Saya sudah bertemu dengan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, dan berbincang-bincang dengan beliau, termasuk isu nuklir negeri itu. Presiden Ahmadinejad menegaskan, negaranya sama sekali tidak berniat untuk mengembangkan senjata nuklir," terang Erdogan membela Iran.

Ditambahkan oleh Erdogan, dirinya sangat menentang keberadaan senjata nuklir di Timur Tengah, dan di seluruh belahan dunia.

"Kami tentu berpegang teguh kepada kesepakatan dunia yang menentang adanya senjata nuklir di kawasan Timur Tengah, dan juga di seluruh dunia. Tetapi, di kawasan itu ada satu negara yang memiliki ratusan rudal berhulu ledak nuklir. Negara itu adalah Israel," terang Erdogan.

Terang saja, para peserta sidang majlis PBB itu pun tersontak dengan pernyataan Erdogan. Sebagaimana maklum diketahui, pembicaraan mengenai "kepemilikan Israel atas senjata nuklir" adalah hal yang tabu untuk dibicarakan di majlis-majlis internasional seperti PBB.

"Israel bahkan telah nyata-nyata di hadapan dunia menggunakan senjata posphorus untuk menyerang Gaza. Apa ini? Ini adalah senjata pemusnah massal yang berhasil membunuh 1400 perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 5000 jiwa."

Selain menyinggung kejahatan perang Israel atas Gaza, Erdogan juga menyinggung kehancuran bangsa, negara, dan peradaban di Irak akibat perang yang dilancarkan Amerika pada 2003 silam atas negeri 1001 malam itu.

"Lihat juga di Irak. Negeri yang memiliki peradaban tua dan tinggi itu kini hancur. Lalu, apakah kehancuran itu juga diharapkan terjadi pada Iran?"

Pernyataan-pernyataan Erdogan di atas tentu sangat mengejutkan banyak pihak. Bukan sekedar karena sosok Erdogan yang berlatar belakang Islami, melainkan juga karena keberadaan negaranya, Turki, yang memiliki beberapa posisi strategis dan memegang kartu bagus di kawasan. (wb)