Gaza: Kebohongan Pertama Obama

Bom dan rudal Israel yang terus menggempur langit Gaza sebenarnya bukan hanya kematian dan terror terhadap rakyat Palestina di tahun 2009 ini, tapi juga merupakan sebuah kelanjutan dari rentetan peristiwa berdarah  di masa lalu. Mulai dari tragedi Nakba yang terjadi mulai tahun 1948 sampai perang tahun 1967, invasi Israel ke Lebanon 1982 dan 2006, sampai holocaust di Jenin. Dan serangan Israel ke Gaza pada akhir 2008 dan awal 2009 merupakan bentuk pertama  Barack Obama, tentang bagaimana sebuah kebohongan dimulai.

Sebelum menduduki kekuasaannya di Gedung Putih, Obama harus menghadapi kenyataan bahwa puluhan dan bahkan ribuan orang di Kairo, Beirut, Amman, Doha, Paris, Athena , London, Berlin, Paris, Roma, Istanbul, Sydney dan ibokota negara lainnya turun ke jalan, dengan kemarahan yang sama terhadap AS. Tidak seperti presiden AS lainnya yang setidaknya untuk basa-basi mengkritisi Israel. Obama diam seribu bahasa. Kalimat pendeknya, “Tewasnya warga sipil Gaza merupakan sumber dari perhatian kita,’ ujar Obama. Lalu, Obama dicerca dan dipandang hina dina,dan dikritik  habis-habisan oleh hampir semua orang dan media di negeri itu.

Yang paling buruk adalah komentarnya ketika ia berkampanye di Sderot Juli 2008 silam, “Jika ada yang menghujani roket ke rumah saya, dan ketika itu kedua orang puteri saya tengah tertidur, saya akan melakukan apa yang saya bisa untuk menghentikan mereka.”,ucap Obama.  Ucapan ini diartikan sebagai lampu hijau dari Obama bagi Israel untuk melakukan pembantaian di Gaza. Lewat Hillay Clinton—Menteri Luar Negeri AS yang akan datang—Obama mengatakan, “Saya mengerti dan sangat bersimpati terhadap niat Israel dalam mempertahankan diri dalam situasi seperti ini”. Banyak pengamat memprediksi bahwa inilah potret sejati dari sang presiden AS yang baru. Ia tak lebih merupakan ‘pion’ baru Zionis-Israel. Apalagi, pos-pos strategis di pemerintahan diserahkan  kepada tokoh Yahudi, yang dulu duduk  di kabinet Bill Clinton, termasuk Lawrence Summer, yang menduduki posisi sebagai Ketua Dewan Ekonomi Nasional (NEC).

Namun, jika Obama bermaksud untuk  mempertahankan kepercayaan pemilihnya, bahwa kepemimpinannya adalah perubahan besar untuk AS dan dunia, dia harus mampu membuat AS meyakinkan dunia. Obama harus memberikan sinyal dan perintah tegas, kekejaman Israel harus dihentikan. Dia harus berbicara jujur bahwa sejarah bangsa Yahudi hanya selalu menciptakan permusuhan dan pembunuhan. Dan, nampaknya Obama akan menjadi ‘pion’ baru Zionis-Israel, yang akan ikut menciptakan kekacauan baru di  dunia.

(Sa/Plstin/Thk-Thk)