Konferensi Durban II dan Wajah Munafik AS-Eropa

Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad bikin gebrakan lagi dengan pidatonya yang membuat telingan Barat dan Eropa panas dalam Konferensi Anti-Rasisme Durban II yang berlangsung di Jenewa, Swiss hari Senin kemarin. Tapi akibat pidatonya itu, Universitas Webster di Jenewa membatalkan undangan terhadap Ahmadinejad karena mendapat tekanan dari kelompok-kelompok lobi pro-Yahudi.

Presiden Iran dijadwalkan memberikan pidatonya dan menggelar sesi tanya jawab di Universitas Webster di sela-sela acaranya menghadiri Konferensi Anti-Rasis Durban II. Tapi tekanan dari kelompok-kelompok lobi Yahudi di Swiss ternyata lebih kuat sehingga Universitas Webster membatalkan acara tersebut.

Sejak awal, Israel memang gencar menghasut sekutu dekatnya, AS dan negara-negara Eropa lainnya untuk memboikot Konferensi Durban II, karena konferensi ini salah satu agendanya bakal mengkritisi kebijakan-kebijakan apartheid Israel di Palestina menyusul agresi brutal negara Zionis itu ke Gaza bulan Januari kemarin.

Kehadiran Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad ke konferensi itu, bahkan diberi kesempatan berpidato, membuat negara-negara pro-Zionis makin antipati karena Ahmadinejad dikenal sebagai  tokoh yang selama ini paling berani mengkritik kebijakan biadab Israel.

Tekanan dan ancaman dari kelompok negara pro-Israel, ternyata tak membuat Presiden Iran itu melunakkan sikapnya terhadap Zionis Israel. Dalam pidatonya, Ahmadinejad menyebut rezim Zionis Israel sebagai "pemerintahan yang rasis, yang didirikan lewat dukungan agresi militer.

"Mereka (Israel) menggunakan agresi militer berdasarkan dalih yudaisme, sehingga membuat sebuah bangsa kehilangan tanah airnya. Mereka mengirim para imigran dari Eropa, AS dan dari belahan dunia lainnya agar bisa membangun sebuah pemerintahan yang rasis di tanah jajahan mereka di Palestina," kata Ahmadinejad dalam pidatonya.

Ia juga mengatakan bahwa rasialisme yang sangat mengerikan di Eropa-lah yang telah membawa sebuah kekuatan yang kejam dan represif itu ke Palestina.

Tak pelak, pidato itu membuat sejumlah delegasi dari Eropa yang pro-Zionis Israel langsung meninggalkan ruangan konferensi. Sementara Ahmadinejad tetap melanjutkan pidatonya dan mendapatkan sambutan meriah dari para peserta konferensi lainnya.

Ketika para delegasi Eropa pro-Zionis itu meninggalkan ruangan, tiga orang di atas podium yang diduga "penyusup" berteriak-teriak "rasis" sambil menunjuk-tunjuk Presiden Iran. Petugas keamanan lalu mengeluarkan tiga penyusup itu. Atas insiden tersebut, Ahmadinejad cuma berkomentar, "Saya minta para hadirin yang terhormat memaafkan orang-orang tadi. Mereka orang-orang yang keliru."

Dalam pidatonya, Presiden Iran juga mengatakan, arogansi dan pemaksaan adalah sumber dari penindasan dan perang. "Meskipun hari ini banyak dari mereka yang mengecam diskriminasi rasial lewat slogan dan pernyataan-pernyataan, tapi sejumlah negara-negara kuat malah diberikan keleluasaan untuk memutuskan nasib bangsa lain demi kepentingannya sendiri dan dengan kebijakan-kebijakannya sendiri sehingga mereka dengan mudahnya melanggar hukum dan nilai-nilai kemanusiaan," tukas Ahmadinejad.

Dalam keterangan persnya usai konferensi, Ahmadinejad mempertahankan pernyataan dan mengkritik negara-negara Barat dan Eropa yang telah memboikot konferensi itu. "Menurut pendapat kami, boikot itu menunjukkan arogansi dan sikap mau menang sendiri, sikap inilah yang menjadi akar persoalan dunia saat ini," tegasnya.

Konferensi Anti-Rasis Durban II sekali lagi menunjukkan kemunafikan negara-negara AS dan Eropa atas isu-isu anti rasial.  Negara-negara maju yang selama ini lantang mengklaim dirinya sebagai negara yang demokratis dan menghormati hak asasi manusia, ternyata melindungi penjahat perang dan penjahat  kemanusiaan seperti Israel yang memberlakukan kebijakan rasial di bumi Palestina. (ln/iol/prtv)