Malangnya Nasib Tentara Perempuan di Kemiliteran AS

Tentara perempuan di dinas kemiliteran AS banyak yang menderita gangguan fisik dan mental, termasuk depresi akut, sehingga banyak yang berniat untuk disersi.

Dokumen rahasia milik angkatan bersenjata AS mengungkap hal tersebut. Dari dokumen-dokumen itu juga diketahui bahwa militer AS ternyata sangat bergantung pada tentara-tentara perempuannya, melebihi angkatan bersenjata negara manapun di seluruh dunia.

Tapi faktanya, kaum perempuan AS yang masuk dalam dinas kemiliteran ternyata lebih rentan mengalami depresi dibandingkan tentara laki-laki. Skor yang diraih tentara perempuan dalam ujian yang terkait kemiliteran juga lebih rendah dibandingkan tentara laki-laki.

Seorang reporter Arab Saudi pernah mengutip pernyataan sejumlah dokter militer AS yang bertugas dalam invasi di Irak. Dokter-dokter itu mengatakan bahwa sebagian besar pasiennya adalah tentara perempuan yang meminta tes kehamilan. Karena kalau hamil, menurut situs US-insight.com, para tentara perempuan itu akan diberhentikan dari kemiliteran.

Sebuah survei pada tahun 2003 bahkan mengungkap data mengerikan tentang kondisi tentara perempuan di dinas kemiliteran AS. Hasil survei menunjukkan bahwa 30 persen perempuan yang bekerja di angkatan bersenjata AS pernah mengalami perkosaan. Sementara survei tahun 2004 terhadap para tentara veteran yang menjalani perawatan medis akibat gangguang stress paskatrauma mengindikasikan bahwa 71 persen tentara perempuan mengalami pelecehan seksual bahkan perkosaan saat berdinas.

Ironisnya, pada tahun 2008, 62 persen tentara perempuan yang menjadi korban perkosaan dan pelecehan seksual justru dikenakan sanksi hukuman berupa teguran tertulis, skorsing sampai penurunan pangkat. Tak heran jika banyak perempuan di kemiliteran AS yang mengalami stress atau depresi berat, dan merasa ingin melarikan diri tugas mereka di kemiliteran.

Kebanyakan perempuan yang bekerja di angkatan bersenjata adalah kaum perempuan dari kelas ekonomi bawah di AS dan memiliki persoalan finansial sehingga tidak punya pilihan selain mendaftarkan diri ke kemiliteran. Tapi, pemerintah AS tutup mata atas fakta bahwa banyak tentara perempuan di angkata bersenjata AS yang kerap mengalami pelecehan, baik fisik maupun mental. (ln/prtv)