Maroko Khawatir Revolusi Tunisia dan Mesir Akan Menjalar ke Wilayah Mereka

Maroko sebagai negara Afrika Utara lainnya dengan khawatir memantau pemberontakan di Mesir, dengan peringatan bahwa kerusuhan Mesir bisa berimbas di Maroko bahkan peringatan itu berasal dari dalam kerajaan.

Maroko memang belum tersentuh, namun, oleh protes kekerasan yang telah mengakhiri pemerintahan Zine El Abidine Ben Ali di Tunisia, serta aksi massa yang mengancam Mesir Hosni Mubarak dan juga telah mengguncang pemerintahan Abdelaziz Bouteflika di Aljazair, tidak menutup kemungkinan akan menjalar juga di Maroko.

"Tapi kami tidak boleh tertipu, hampir setiap sistem otoriter akan terpengaruh oleh gelombang protes, termasuk Marokotidak terkecuali," kata sepupu Raja Muhammad VI, Moulay Hicham dalam sebuah wawancara yang diterbitkan Senin kemarin (31/1).

"Masih harus dilihat apakah pemberontakan hanya bersifat sosial atau juga politik, dan apakah partai politik juga ikut ambil bagian dan memberi pengaruh dalam peristiwa baru-baru ini," kata Pangeran Moulay Hicham kepada harian Spanyol El Pais.

Pangeran Moulay Hicham berusia masih 46 tahun, garis ketiga takhta kerajaan, yang dijuluki "Pangeran merah" karena kritiknya terhadap sistem monarki di Maroko.

Ia mengatakan, liberalisasi politik yang diluncurkan pada 1990-an setelah Muhammad berhasil menyingkirkan otoriter ayahnya Hassan II hampir berakhir, dan menghidupkan kembali hal itu yang saat ini masih menghindari tekanan radikal akan adanya tantangan besar.

Peristiwa-peristiwa di Mesir mendominasi pers Maroko tetapi pemerintah sejauh ini tidak memberikan komentar. Namun Senin kemarin (31/1) memberikan bukti bahwa situasi wilayah itu juga khawatir dengan adanya jawaban cepat atas laporan penugasan pasukan militer.

Maroko memanggil duta besar Spanyol untuk memprotes laporan di media Spanyol bahwa pasukan Maroko telah dibawa dari barat Sahara dalam kasus menghadapi unjuk rasa.

"Pemerintah Kerajaan Maroko mengeluarkan penolakan kategoris terhadap pernyataan palsu …," kata Menteri Komunikasi dan juru bicara pemerintah Khalid Naciri.

Dia menekankan kemarahan pemerintah beralasan karena "tuduhan yang tidak berdasar" media Spanyol – yang sebenarnya pertama kali berita itu muncul di halaman Facebook wartawan Maroko Ali Lmrabet – bahwa pasukan telah bergerak ke arah Casablanca dan Rabat.

"Peran pemerintah manapun adalah untuk mengambil tindakan melawan apa pun yang mungkin mendorong ketidakstabilan."

Surat kabar pro-pemerintah juga telah bereaksi keras terhadap informasi bahwa kerusuhan mungkin menyebar melintasi perbatasan Maroko, khususnya untuk sebuah wawancara dengan wartawan pembangkang Aboubakr Jamai.

Jamai meramalkan bahwa "Jika warga Maroko bereaksi , perbedaan dalam kekayaan sehingga pemberontakan akan lebih berdarah daripada di Tunisia."(fq/aby)