Media Massa Saudi Bela Israel

Sejumlah media massa di Arab Saudi menunjukkan pembelaannya pada Israel. Alih-alih memberikan dukungam, media massa Saudi malan mengejek pidato Presiden Iran di konferensi anti-rasisme Durban II di Jenewa yang isinya mengecam kebiadaban Israel.

Dengan sinis pemimpin redaksi Sharq Al-Awsat-surat kabar paling laris di Saudi-Tareq Al-Homayed menyebut pidato Presiden Iran ironis. "Apakah Iran mengorbankan satu satu kurma untuk Palestina? Apakah Tehran kehilangan satu saja warganya dalam pertempuran enam hari melawan Israel?," kata Al-Homayed.

Surat kabar Saudi lainnya, Al Madina dalam editorialnya menulis bahwa presiden Iran bukan orang yang berkualitas untuk mengecam rasialisme Israel. "Presiden Iran sudah melakukan hal yang benar melontarkan tuduhan rasis pada Israel. Tapi Ahmadinejad tidak pada tempatnya mengatakan hal itu," tulis Al Madina.

Editorial surat kabar itu menyatakan bahwa Israel diakui sebagai negara agresor dan rasis. "Israel melakukan serangan hampir setiap hari ke tanah dan rakyat Palestina serta dataran tinggi Golan. Tapi Iran juga telah mendudui tanah-tanah Arab dan selama lebih dari 38 tahun menempatkannya dibawah dominasi Iran," kata Al-Madina.

Surat kabar itu menyebutkan pulau-pulau seperti pula Besar, Pulau Kecil Tunb dan Pulau Abu Musa yang terletak di dekat Selat Hormuz yang berada dibawah wilayah Iran sejak tahun 1971 dan belakangan diklaim sebagai pulau milik Emirat Arab.

Surat kabar Al Riyadh memuat tulisan kolomnisnya Youssef Al Koulait yang menyebut pidato Ahmadinejad yang berapi-api telah memicu reaksi keras. Dalam kolomnya, Kouloit mengatakan bahwa Israel-lah menjadi pemernang konferensi Durban II karena kebijakan politik Israel ternyata banyak yang melindungi. Sedangkan Islam, kata Kouloit, masih tetap dipandang sebagai agama terorisme dan fasisme.

Kecaman serupa terhadap pidato Ahmadinejad juga di lontarkan surat kabar Saudi Al Hayat. Surat kabar ini bahwa memberikan posisi khusus untuk komentar Kepala Intelejen Israel Mayor Jenderal Amos Yadlin. Dalam komentarnya yang dimuat Al Hayat, Yadlin mengatakan bahwa Iran adalah ancaman bagi negara-negara Arab moderat dan bagi Timur Tengah.

Selama berminggu-minggu sebelum pelaksanaan konferensi anti-rasis Durban II, media massa Arab Saudi sudah memuat berita-berita yang isinya mengkritik negara Iran. Iran dituding berambisi untuk meluaskan ekspansinya di kawasan Teluk dan dituduh melindungi para anggota al-Qaida yang ingin melakukan serangan terorisme ke Arab Saudi.

Media massa di Saudi cenderung menjadi corong pemerintah Saudi yang lebih pro Barat dan Israel ketimbang membela kepentingan negara-negara Islam dan Muslim. Kerajaan Saudi sejak lama juga selalu melontarkan kecurigaannya terhadap negara Iran. (ln/mol)