Menertawakan 500 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia

Ketika buku "500 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia" di tahun 2009 diterbitkan, sejenak hal ini menyedot perhatian dunia—khususnya orang-orang Islam. Buku ini diterbitkan oleh The Royal Islamic Strategic Studies Center.

Namun satu pekan kemudian, buku ini, terutama karena pemilihan orang-orangnya yang patut dipertanyakan, menjadi bahan cibiran dan tertawaan.

Berbagai pertanyaan dari berbagai media massa, seperti The Guardian, dan tentu saja forum-forum di internet, mencuat—jika tidak bisa dikatakan menertawakannya.

"Kami telah berupaya untuk menyorot orang-orang yang berpengaruh sebagai muslim, yaitu, orang-orang yang pengaruhnya berasal dari perbuatan mereka sebagai orang Islam atau dari kenyataan bahwa mereka adalah Muslim," begitu pendahuluan buku setebal 202 halaman itu.

Banyak tokoh dunia yang bermasalah dengan umat Muslim sendiri yang dimasukkan kepada kategori ini. Misalnya ada Zaha Hadid, arsitektur asal Iraq yang ditengarai tak jelas keberpihakannya kemana. Ada David Chapelle, seorang komedian asal Amerika. Bahkan ada sebuah sindiran, mengapa Ronnie O’Sullivan tidak sekalian dimasukkan saja? Sullivan adalah seorang pemain snooker asal Inggris. Ada juga Aminah Wadud, perempuan yang menghalalkan diri menjadi imam untuk shalat berjamaah.

Jika memang berpengaruh, Guardian misalnya mempertanyakan, mengapa tidak ada nama Usamah bin Laden? Dan yang paling mengejutkan adalah posisi nomor satu orang paling berpengaruh tersebut, tiada lain, tiada bukan: Raja Abdullah dari Arab Saudi.

Apa pengaruh Raja Abdullah? Ia berkuasa di atas cadangan minyak mentah 25% dari cadangan minyak dunia, membuatnya menjadi pemain kunci dalam industri minyak bumi global.

500 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia, ketika dunia Islam diacak-acak dan dibelah sedemikian rupa, Palestina masih terjajah dan Afghanistan terabaikan, dan sebagian besar umat ini kelaparan, apakah penting? (sa/guardian)