Muslimah University of South Florida Gelar Tanya Jawab Jilbab

Organisasi mahasiswi "Sisters United Muslim Association" (SUMA) di University of South Florida menggelar acara tanya jawab tentang jilbab. Acara itu, bukan hanya memberikan penjelasan seputar jilbab, tapi juga memberi kesempatan bagi para peserta tanya jawab untuk mencoba mengenakan jilbab.

Acara yang berlangsung pada Rabu (20/10) itu sekaligus kampanye untuk menepis stereotipe negatif tentang jilbab yang masih terjadi di kalangan masyakarat Barat. "Kami tahu, masyarakat memiliki rasa ingin tahu tentang jilbab. Tapi kami juga ingin mereka memahami mengapa kami mengenakannya dan mengerti bahwa mengenakan jilbab adalah pilihan kami sendiri," kata Ala Gebarin, presiden SUMA yang mengkordinir acara tersebut.

Organisasi SUMA sudah ada di University of South Florida sejak 16 tahun yang lalu. Uniknya, organisasi ini didirikan dan dikelola bersama oleh mahasiswi Muslim dan Kristen untuk mengonter pandangan-pandangan negatif tentang Islam. Diantara berbagi kegiatan yang pernah mereka lakukan, acara tanya jawab tentang jilbab ini baru pertama kali digelar.

Salah seorang aktivis SUMA Layla Aysheh mengungkapkan, banyak kaum lelaki non-Muslim yang menanyakan tentang jilbabnya. Ia bahkan pernah mendapat pertanyaan aneh, apakah ia juga harus mengenakan jilbab di depan hewan yang berjenis kelamin laki-laki? Sambil tersenyum Asyesh tentu saja menjawab "tidak".

Aktivis SUMA lainnya, Safia Khawaja pada para peserta tanya jawab menjelaskan bahwa jilbab artinya kain yang menutupi kepala. Kata itu merujuk pada perintah dalam Al-Quran agar perempuan tidak memperlihatkan "aurat"nya di hadapan orang lain, kecuali anggota keluarga terdekatnya.

Ia juga mengatakan bahwa mayoritas negara-negara muslim Arab mewajibkan kaum perempuannya berjilbab. Tapi ada negara yang mayoritas penduduknya muslim tapi melarang jilbab, misalnya Turki.

Lebih lanjut Khawaja menjelaskan bahwa, mau mengenakan jilbab atau tidak adalah pilihan pribadi perempuan yang bersangkutan. "Yang paling penting, seorang muslimah harus memiliki karakter yang baik. Saya mengenak banyak perempuan yang tidak berjilbab tapi memiliki karakter yang baik. Ada juga muslimah berjilbab tapi karakternya kurang baik," ungkap Khawaja.

"Kita tidak boleh menghakimi perempuan yang tidak berjilbab, tapi mengenakan jilbab membutuhkan komitmen yang kuat," sambungnya.

Khawaja sendiri mengenakan jilbab ketika ia di bangku sekolah menengah pertama di sebuah sekolah Islam. Sementara Aysheh mengenakan jilbab ketika duduk di kelas delapan sebuah sekolah negeri di Ocala.

Pertama kali mengenakan jilbab, Aysheh sering diolok-olok teman sekolahnya. Seorang siswa misalnya mengoloknya "mau ke pesta pernikahan atau mau membom" ketika melihat Aysheh mengenakan jilbab. Tapi Aysheh tetap mengenakan jilbabnya hingga makin banyak siswi muslim di sekolahnya yang mengenakan jilbab. (ln/isc)