Obama dan Hu : Antara Hak Asasi dan Ekonomi

Presiden Barack Obama menginginkan agar Presiden China Hu Jintao meningkatkan kemajuan di bidang hak-hak asasi manusia. Tetapi, nampaknya Obama lebih menfokuskan pembicaraanya dengan Hu kepada perluasan hubungan ekonomi antara Cina – AS. AS menghadapi raksasa ekonomi China yang terus tumbuh dan mengancam ekonomi AS.

China telah menjadi rivalitas bagi AS, terutama dibidang ekonomi. Ekonomi China terus tumbuh rata-rata diatas 10 persen/pertahun, meskipun sekarang menghadapi krisis global. Tetapi, China tetap dapat mempertahankan pertumbuhan ekonominya.

"Kedua negara mempunyai pandangan yang sama tentang masalah dasar, yang bersifat universal antara China dan AS, seperti kebebasan berpendapat, kebebasan agama, dan kebebasan politik", ucap Obama dalam konfensi pers bersama. Tetapi, kedua pejabat itu, China dan AS, bersepakat untuk tidak saling melakukan intervensi daslam masalah masing-masing urusan dalam negeri masing-masing.

Sementara itu, Hu Jintao, mengatakan, "China mempunyai tantangan ekonomi dan sosial. Dan membutuhkan langkah-langkah bagi China menegakkan hak asasi manusia", ujar Hu. Memang, negeri ‘Tirai Bambu’ ini masih sangat membatasi aktivitas rakyatnya, dan China sangat hati-hati dibidang politik. Negeri yang berpenduduk 1.3 miliar ini, tidak serta merta membuka kran politik, secara bebas. China masih sangat membatasi kebebasan rakyatnya.

Mesikpun, perlahan-lahan China di bidang ekonomi, mulai membuka diri, ke arah sistem pasar, yang dianut sistem kapitalisme. China tidak lagi membuka diri dengan para investor Barat, yang akan melakukan investasi ke China.China terus mengalami ‘booming’ ekonominya, dan bahkan pertumbuhan ekonomi China mengakibatkan devisit perdagangan AS, yang setiap bulannya mencapai $ 5 miliar dolar. Devisit perdagangan antara AS dengan China inilah, yang menjadi fokus pembicaraan kedua pemimpin itu, selama berada di Gedung Putih.

Selanjutnya, selama diskusi antara Obama dengan Hu, sempat menjadi pembicaraan kedua pemimpin, seperti masalah Korea Utara, yang sekarang menjadi ancaman di Semenanjung Korea, akibat serangan provokasi militer ke wilayah Korea Selatan. Sementara itu, China berada dibelakang Korea Utara.

Obama secara spesifik menyinggung mengenai masalah penahanan peraih hadiah Nobel Liu Xiaobo, yang sampai sekarang masih ditahan oleh pemerintah China, bahkan dilarang untuk menerima hadiah Nobel itu. Pembicaraan mengenai Liu Xiaobo, berlangsung saat jamuan makan malam, yang diselenggarakan di Gedung Putih.

Kunjungan Hu Jintao ke Washington itu, akhirnya menyepakati kerjasama kedua negara untuk meningkatkan ekport mereka, yang diperkirakan akan mencapai angka $ 445 miliar dolar. Obama juga meminta China melindungi tentang hak paten, dan dibukanya secara luas investasi bagi para investor AS, yang menanamkan modalnya di negeri ‘Tirai Bambu". (m/nt)