Organisasi Gereja di Moldova Tolak Komunitas Muslim

Ratusan warga Moldova turun ke jalan di kota Chisinau. Mereka memprotes pemerintah yang mengakui eksitensi komunitas Muslim di negeri kecil yang terletak di antara Ukraina dan Rumania, Eropa Timur itu.

Beberapa pengunjuk rasa menyatakan, keputusan pemerintah mengakui keberadaan Muslim di negeri mereka, akan membuka pintu bagi terorisme dan masuk Islam massal di kalangan rakyat negeri itu.

"Kami ingin menjaga perbatasan-perbatasan dan mempertahankan agama Ortodoks di sini … Orang-orang Islam itu seperti virus. Jika Anda membiarkan sedikit saja dari mereka masuk, maka jumlah mereka akan berlipat ganda dengan cepat," kata seorang perempuan yang ikut aksi protes di depan gedung pemerintahan.

Seorang perempuan lainnya yang juga ikut berdemonstrasi mengatakan bahwa orang Islam memperkenalkan poligami dan kehidupan "harem" di Moldova. Sementara, seorang pendeta dalam aksi unjuk rasa itu menyatakan bahwa "semua Muslim diperintahkan untuk melakukan terorisme."

Aksi anti-Muslim di Moldova dikordinir oleh asosiasi-asosiasi Kristen Ortodoks yang berada di bawah lembaga Moldovan Metropolitan Church, salah satu lembaga gereja yang cukup berpengaruh di Moldova. Sejak bulan Maret kemarin, lembaga itu memprotes pemerintah Moldova yang mengakui organisasi Liga Islam sebagai wadah yang mewakili komunitas Muslim di negeri itu.

Meski demikian, tidak semua masyarakat Moldova menolak keberadaan komunitas Muslim. Sebuah LSM, Moldovan Antidiscrimination Coalition, juga menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor pusat Metropolitan Chuch dan menyerukan agar organisasi gereja itu menghentikan kampanye anti-Muslim yang menunjukkan betapa tidak tolerannya sikap gereja.

Di Moldova, menurut data pemerintah, hanya ada sekitar 2.000 Muslim. Tapi Liga Islam menyatakan bahwa jumlah Muslim di Moldova mencapai 17.000 orang, tapi tidak semuanya mendatakan diri mereka sebagai Muslim karena pemerintah sebelumnya menyatakan Islam ilegal di negeri itu. (ln/RFE)