Pedagang Muslim Hidupkan Kembali Islam di Cina

“Pemahaman saya akan Islam semakin luas dan dalam sekarang.” Papar Jin Lei, seorang muslim dari provinsi Shandong.

“Karena sering berhubungan dengan orang Islam dari berbagai negara, saya baru tahu bahwa Islam tidak hanya sebatas masjid saja. Tapi juga sebuah cara hidup.”

Jin Lei adalah satu dari sekian ribu muslim Cina yang tengah merasakan hangatnya kembali Islam di kota Guangzhou. Setiap Jumat, lebih dari 10.000 jemaah Salat Jumat memadati empat masjid yang ada di kota itu.

Dengan kondisi masjid yang tak bisa menampung semua jamaah di dalam, banyak yang kemudian terpaksa melakukan Salat Jumat sampai ke pinggir jalan di sekitar masjid. Pemandangan ini awalnya membuat banyak orang heran. Tapi sekarang mereka sudah terbiasa akan hal ini.

Guangzhou adalah kota dimana masjid banyak didirikan, termasuk Masjid Huaisheng yang terkenal. Masjid ini dibangun oleh Saad bin Abi Waqqash, salah seorang sahabat Rasul. Konon, banyak orang yang percaya jika makam Saad pun ada di kota ini. Restoran-restoran halal juga banyak tersebar terutama di daerah Ghuangzou yang memiliki penduduk muslim yang banyak. Sekarang ada sekitar 50.000 sampai 60.000 muslim di kota ini. Bandingkan dengan 10 tahun yang lalu yang hanya ada 9.838 muslim saja.

Apa yang menyebabkan Islam menggeliat di kota ini?

Para pedagang. Seperti juga seribu tahun yang lalu para pedagang memperkenalkan Islam pertama kali di Cina, sekarang pun mereka memiliki andil besar dalam kebangkitan kembali Islam di negeri itu.

Setelah Cina membuka perdagangan bebas pada tahun 1999. Ghuangzhou kontan menarik banyak pedagang muslim untuk melakukan bisnisnya di kota ini. Tercatat mereka berasal dari Timur Tengah, Afrika, Asia Selatan dan Asia Tenggara.

Kedatangan para pedagang muslim ini sendiri disambut gembira oleh banyak pihak. “Tanpa para pedagang Muslim, banyak dari kami yang cuma jadi pengangguran.” Ujar Fang Qinghao, seorang pemilik toko di Honghui International Commercial Center. “Ketika waktu salat datang, mereka kadang-kadang melakukannya di toko saya, dan saya menyediakan sajadah buat mereka.” (sa/iol)