Pegawai Hotel Bernama Mohamed Dipaksa Ganti Nama

Nama islami ternyata bisa membuat orang jadi fobia, sehingga manajemen sebuah hotel di AS merasa perlu mengganti nama seorang pegawainya yang bekerja di bagian banquet dengan nama yang kebarat-baratan.

Mohamed Kobti, lelaki asal Maroko, sudah bekerja di hotel Waldorf-Astoria, New York 27 tahun lamanya. Ia tak pernah menyangka akhirnya akan bersengketa dengan manajemen hotel tempatnya bekerja, karena ia tidak terima dipaksa menggunakan nama lain yang bukan nama aslinya.

Mohamed mengungkapkan, manajemen hotel pertama kali menyuruhnya menggunakan pelat nama dengan nama berbeda–sebelumnya pelat namanya bertuliskan nama aslinya ‘mohamed’– pada 13 September 2001, dua hari setelah peristiwa serangan 11 September 2001. Pihak manajemen memaksanya menggunakan pelat nama dengan nama "John" dengan alasan agar para tamu tidak ketakutan karena dilayani oleh orang yang bernama ‘mohamed.’

"Saya syok, tapi saya tetap mengenakan pelat nama itu," kata Mohamed, dan ketika kemudian ia menyampaikan keberatannya pada manajemen hotel, pihak manajemen hotel hanya mengatakan, "Kami tidak mau membuat tamu-tamu hotel takut."

Mohamed lalu menyampaikan pengaduan "perlakuan diskriminatif" ke lembaga federal Equal Employment Opportunity Commission pada tahun 2005 dan 2009, dan akhirnya ia diperkenankan menggunakan nama belakangnya ‘Kobti’ di pelat namanya.

Tapi ia dipaksa "mengganti" namanya lagi pada bulan November 2010. Pihak manajemen hotel menyuruhnya memakai pelat nama bertuliskan "Edgar". Mohamed kembali menyatakan keberatan dan manajer hotel merespon keberatan Mohamed dengan mengatakan, "Untuk sekarang ini, Edgar lebih baik daripada Mohamed."

Akhirnya Mohamed menggugat manajemen hotel Waldorf-Astoria dengan tuduhan melakukan diskriminasi agama dan rasial. Ia juga menuding majamen hotel telah menciptakan "lingkungan kerja yang tak bersahabat" dan tidak mampu menghentikan tindakan beberapa rekan kerja Mohamed yang kerap mengolok-oloknya.

Dalam gugatanny, Mohamed mengungkapkan bahwa sejumlah rekan kerjanya berulang kali memanggilnya dengan sebutan "teroris", "Al-Qaeda boy" dan nama-nama lainnya yang terkesan mengejek latar belakang asal usulnya sebagai orang Maroko.

"Mereka mengolok-olok, seolah-olah saya bersalah, seakan-akan sayalah pelaku serangan 11 September," ujar Mohamed Kobti

Jonathan Bell of Bell & Kilada, firma hukum yang menjadi kuasa hukum Mohamed menambahkan, "Mereka (manajemen hotel) tidak melakukan apapun untuk menghentikan tindakan itu. Meski sangat menyakitkan, Mohamed tidak bisa berbuat apa-apa, karena ia punya keluarga, dan tidak bisa melepas pekerjaannya begitu saja."

Manajemen hotel Waldorf-Astoria yang dihubungi untuk dimintai penjelasan tentang kasus ini, menolak berkomentar. (ln/NYP)