Pemred Reuters Hentikan Pemberitaan Kebrutalan Tentara AS di Irak

Berita-berita berisi kecaman terhadap militer AS menyusul beredarnya rekaman video aksi brutal tentara AS di Irak, berimplikasi ke meja redaksi kantor berita Reuters. Pemimpin Redaksi Reuters, David Schlesinger menolak mempublikasikan laporan salah satu reporternya yang meliput berita seputar insiden itu.

Kepala Biro Reuters di Brussels, Luke Baker mengirim banyak berita seputar peristiwa itu, berisi kecaman dan pernyataan sejumlah organisasi hak asasi internasional serta para pakar hukum internasional yang mengatakan bahwa tentara-tentara AS dalam rekaman video itu kemungkinan sudah melakukan kejahatan perang.

Tapi berita-berita yang dibuat Baker dihentikan oleh Schlesinger, dengan alasan "laporan Baker perlu komentar yang lebih banyak dari pihak kuasa hukum AS dan Pentagon."

"Dalam kasus khusus ini, saya ingin bertemu dengan Pentagon untuk menekankan perlunya mengambil pelajaran dari tragedi ini. Tidak mudah bagi kami untuk mempublikasikan untuk melibatkan diri dalam cerita-cerita ini (yang dibuat Baker). Laporan-laporan ini merupakan ujian bagi komitmen kami untuk melihat sebuah peristiwa dan perbuatan dengan obyektif," dalih Schlesinger.

"Yang jadi persoalan pada akhirnya, bukan bagaimana perasaan kami sebagi kolega dan teman, tapi yang jadi masalah adalah laporan-laporan kami dan video itu memicu perdebatan publik yang lebih luas," sambungnya tanpa peduli bahwa dua staf Reuters sudah menjadi korban kebrutalan pasukan AS.

Rekaman video yang pertama kali dipublikasikan oleh situs WikiLeaks memperlihatkan tentara-tentara AS yang menembaki warga sipil tak bersenjata di kota Baghdad pada tahun 2007. Aksi brutal itu menyebabkan belasan warga sipil Irak tewas, diantaranya adalah dua staf kantor berita Reuters, yaitu Saeed Al-Cmagh, 40, yang bekerja sebagai sopir dan asisten serta Namir Noor-Eldeen, 22, bekerja sebagai fotografer Reuters.