Ribuan Orang di Kosovo Berdemo Menentang Larangan Jilbab

Sekitar 5.000 orang melakukan demontrasi di Kosovo pada hari Jumat kemarin (18/6) mengecam keputusan pemerintah yang melarang siswi sekolah mengenakan jilbab di sekolah-sekolah umum.

Sekitar 90 persen penduduk Kosovo adalah Muslim, tetapi bekas provinsi Serbia ini, yang menyatakan kemerdekaan pada tahun 2008, tetap menjadi negara sekuler.

Pengunjuk rasa, yang datang ke ibu kota dari seluruh negeri, mendesak pemerintah untuk menarik keputusan mereka dan meminta untuk melakukan diskriminasi terhadap umat Muslim.

"Kami akan melanjutkan protes sampai mereka membiarkan putri kami untuk pergi ke sekolah dengan penutup kepala mereka dengan jilbab," kata Halil Kastrati yang mengorganisir demo ini.

Pengunjuk rasa yang marah membawa spanduk yang bertuliskan "Jangan gunakan negara kami untuk melawan kami" dan "Komunisme sudah berakhir", mereka berbaris menuju pusat pelayanan pendidikan, yang telah menyetujui larangan tersebut.

"Ini bukan seragam tapi kewajiban agama saya. Saya menghormati agama saya tapi saya juga ingin pergi ke fakultas saya," kata seorang mahasiswi Fitore Abazi.

Kosovo sejauh ini diakui oleh 69 negara, terutama di Eropa Barat, Amerika Serikat dan beberapa negara muslim, namun belum menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Serbia menentang kemerdekaan Kosovo dan telah mengajukan gugatan ke Mahkamah Internasional di Den Haag.(fq/aby)