Selain Hancurkan Masjid, Diktator Bahrain Juga Serbu Sekolah dan Rumah Sakit

Aparat keamanan rezim diktator dinasti Al-Khalifa di Bahrain bukan hanya menghancurkan masjid, tapi juga menyerbu rumah sakit dan sekolah-sekolah untuk menghentikan gerakan rakyat yang menginginkan reformasi di negeri itu.

Aparat keamanan Bahrain pada Selasa (26/4) pagi menyerbu dua rumah sakit antara lain Aali Health Center di Manama, dang menangkap delapan tenaga medis dari kedua rumah sakit tersebut. Para aktivis pro-reformasi di Bahrain mengunggah foto-foto yang memperlihatkan bagaimana aparat keamanan memukuli para staf di rumah sakit tersebut.

Organisasi-organisasi hak asasi manusia menyatakan, aparat Bahrain menangkap staf, tenaga medis dan sejumlah pasien serta memecat ratusan pekerja sosial karena dicurigai ikut aksi demonstrasi antipemerintah dan para tenaga medis itu dianggap mengetahui jumlah korban luka dan tewas selama aksi protes yang diwarnai tindak kekerasan aparat. Rezim Bahrain tidak mau jumlah korban dipublikasikan pada publik.

Mantan anggota parlemen dari kelompok oposisi Mattar Ibrahim Mattar, pada Aljazeera mengungkapkan, keluarga para tenaga medis yang memberikan perawatan bagi pengunjuk rasa yang luka-luka, juga ikut ditangkap.

Selain rumah sakit, sekolah-sekolah juga menjadi sasaran penyerbuan aparat keamanan Bahrain. Sejak gerakan rakyat antipemerintah pecah pada bulan Februari lalu, aparat keamanan menyerbu lebih dari 10 sekolah di negeri itu. Para siswa sekolah yang diserbut mengungkapkan, aparat juga memukuli, menangkap sejumlah siswa dan menyiksa mereka saat berada di tahanan.

Rezim Al-Khalifa yang selama puluhan tahun berkuasa di Bahrain, juga menangkapi para wartawan serta blogger dalam satu pekan ini. Sejumlah wartawan masih mendekam di tahanan sampai hari Selasa kemarin. Selain itu, 10 wartawan yang bekerja di koran milik pemerintah, dipecat dan sebagian besar dari mereka ditahan.

Gerakan rakyat Bahrain yang mayoritas Syiah pecah pertengahan bulan Februari, yang terinspirasi oleh revolusi Mesir. Pemerintah Al-Khalifa yang berbasis Sunni merespon aksi protes rakyatnya dengan kekerasan. Sedikitnya, 30 orang tewas sepanjang aksi protes berlangsung, empat orang diantaranya tewas dalam tahanan polisi Bahrain.

Bahrain Centre for Human Rights, kelompok oposisi terbesar di Bahrain menyebutkan, lebih dari 1.000 orang ditangkap dengan tuduhan terlibat aksi antipemerintah. Tujuh pengunjuk rasa, pekan ini akan diadili pengadilan militer karena dituduh membunuh dua aparat keamanan Bahrain. Ketujuh orang itu terancam hukuman mati.

Rezim Sunni Al-Khalifa semakin berani membantai rakyatnya sendiri yang mayoritas Syiah setelah mendapat dukungan dari negara-negara sekutunya di kawasan Teluk, yang dipimpin oleh Arab Saudi. (ln/aljz)