CIA dan Gembong Narkoba Afghanistan

CIA diam-diam menjalin hubungan dengan Ahmed Wali Karzai-saudara kandung Presiden Afghanistan, Hamid Karzai-yang dicurigai sebagai salah satu gembong perdagangan narkoba di Aghanistan.

Surat kabar terbitan AS, New York Times edisi Rabu (28/10) menyebutkan, sejak invasi AS ke Afghanistan tahun 2001, bahwa badan intelejen AS, CIA (Central Intelligence Agency) secara rutin membayarkan sejumlah uang pada Wali Karzai untuk berbagai keperluan.

New York Times juga menyebutkan bahwa saudara lelaki Presiden Afghanistan itu dicurigai sebagai salah satu gembong perdagangan opium ilegal di negaranya dan melakukan perekrutan untuk keperluan pembentukan pasukan paramiliter berdasarkan pengarahan dari CIA. Wali Karzai melakukan perekrutan itu di dalam dan di luar kota Kandahar, kota tempatnya tinggal. Ia juga disebut-sebut sering membantu agen-agen CIA di Afghanistan dan sering melakukan pertemuan dengan para pimpinan Taliban.

Laporan tentang hubungan dekat agen-agen CIA dengan Wali Karzai memicu tanda tanya besar terhadap strategi perang AS di Afghanistan. Apalagi beberapa bulan belakangan ini, perlawanan para pejuang Taliban terhadap pasukan AS dan NATO makin meningkat dan mematikan.

CIA menolak memberikan komentar atas laporan tersebut. Sementara, Senator John Kerry mendesak pemerintah AS untuk meminta Kongres menyelidiki hubungan antara CIA dengan Wali Karzai atau hubungan antara CIA dengan para gembong perdagangan narkoba di Afghanistan.

"Komite yang berwenang di Kongres harus segera diberi informasi yang komprehensif dan akurat tentang informasi adanya kolaborasi itu," kata Senator John Kerry yang cukup dekat dengan Presiden Obama itu.

Menurut Kerry, para pejabat pemerintahan AS berulangkali meyakinkannya bahwa tidak ada bukti atas kemungkinan CIA terlibat dalam perdagangan narkoba dari Aghanistan. "Biar bagaimanapun, setelah membaca laporan-laporan media yang menyebutkan bahwa Wali Karzai menerima pembayaran dari CIA, saya melontarkan pertanyaan serius tentang informasi yang diterima Kongres itu," tukas Kerry yang juga mengetuai Komite Hubungan Luar Negeri di Senat AS.

Produksi opium di Afghanistan dilaporkan meningkat tajam sejak invasi pasukan AS ke negeri itu tahun 2001. Laporan kantor PBB untuk urusan Kriminalitas dan Narkoba pekan kemarin menyebutkan bahwa Aghanistan memproduksi hampir 92 persen opium dan nilai produksi opium ilegal di Aghanistan mencapai 65 milyar dollar.

Selama 10 tahun terakhir, produksi opium di Aghanistan meningkat menjadi 6.900 ton. Padahal di Afghanistan terdapat 100.000 pasukan asing yang seharusnya bisa mencegah produksi narkoba berbahaya itu. PBB mempekirakan lebih dari 15 juta orang di dunia kecanduan narkoba setiap tahunnya dan 100.000 orang diantaranya meninggal dunia. PBB juga menyatakan bahwa opium ikut berkontribusi dalam penyebaran virus HIV dan penyakit AIDS di dunia. (ln/prtv)