Tragedi Hamid Al-Daradji, Penerjemah Amerika yang Dibunuh Anaknya Sendiri

Sebuah tembakan menggema di sebuah hari Jumat pekan lalu. Saat itu, Hameed Al Daradji, 50 tahun, sedang tidur nyenyak. Tanpa dinyana, ia diberondong peluru panas oleh anaknya sendiri.

Itu karena, menurut polisi Iraq, ini terjadi karena Hameed menolak berhenti menjadi penerjemah AS untuk Iraq, selama tujuh tahun sejak invasi Amerika yang menggulingkan Saddam Hussein pada tahun 2003. Dia ditembak di dada sekitar pukul 3:00 pagi saat tidur di rumahnya di Samarra, sebelah utara Baghdad.

Pihak berwenang Iraq langsung menangkap anak Hameed dan sepupunya. Abdul-Halim Hameed, 30 tahun, tampaknya sangat kesal dan malu kepada ayahnya yang terus bekerja untuk pasukan asing. Abdul-Halim Hameed langsung dicap sebagai ekstremis.

Agaknya tragedi serangan Samarra ini mulai menebarkan kekhawatiran terhadap warga Iraq yang bekerja untuk Amerika, apalagi Amerika direncanakan akan benar-benar meninggalkan Iraq pada tahun depan, jika jadi.

Beberapa kelompok garis keras di Iraq dikabarkan sudah menargetkan mereka yang disebut sebagai pengkhianat. Beberapa kolaborator pasukan asing memang diduga telah dibunuh oleh sanak saudara mereka sendiri dalam beberapa tahun terakhir untuk menghapus nama keluarga.

Samarra, terletak di utara jantung Baghdad, telah menjadi salah satu daerah yang paling sulit untuk dikendalikan sejak invasi Amerika. Ini adalah lokasi pemboman Februari 2006 yang menghancurkan sebuah masjid Syi’ah berkubah emas, dan memicu gelombang kekerasan sektarian balasan yang mendorong negara itu ke ambang perang saudara. (sa/qmh)