Turki Setapak Menjadi Negara Adidaya?

Turki telah melangkah keluar dari bayang-bayang, dan sekarang menuju sebagai adi daya (super power) di panggung dunia yang pernah dipegang oleh pendahulunya, Khilafah Otsmaniyah.

Di masa lalu, Turki bahkan tidak memenuhi syarat sebagai bagian dari kelompok regional yang mempunyai pengaruh di masa depan, yaitu kelompok kwartet ‘BRIC’ seperti Brasil, Rusia, India dan Cina. Turki tetap berusaha keras menghadapi tantangan budaya Barat, yang telah mengharu-biru akar budaya Turki yang Islam.

Ditambah semakin banyaknya para pendatang dari negara-negara Barat ke Turki, yang pasti mempunyai pengaruh terhadap kehidupan mereka. Tetapi, negeri yang dirubah menjadi republik sekuler oleh Kemal At-Turk, tetap tidak dapat menghilangkan akar budaya Islam.

Turki dengan populasi (penduduk)nya, dan dengan budayanya, serta latar belakang sejarahnya, yang pernah menjadi Khilafah, Turki akan segera berpeluang menjadi negara adi daya di masa depan. Ia memiliki ekonomi terbesar diantara 17 negara di dunia. Menurut proyeksi Goldman Sachs, ekonomi Turki dapat menembus 10 besar dunia, tahun 2050. Kekuatan ekonominya terus tumbuh dengan baik. Selanjutnya, setelah dalam beberapa dekade mendapat bantuani (NATO), militer Turki saat ini merupakan kekuatan regional terbesar di Timur Tengah.

Mungkin yang paling strategis, posisi geopolitik Turki yang berada dipersilangan antara Eropa, Timur Tengah dan Asia Tengah. Turki negara mayoritas muslim (99 persen) yang berdiri di atas reruntuhan Byzantium, dan nampaknya dapat menjembatani tradisi Islam dan Yahudi-Kristen, bahkan saat ini Turki duduk bersama dengan kekuatan dunia lainnya menghadapi masalah-masalah global.

Ibaratnya semua jalan menuju ke Roma terbuka sekali bagi Turki. Turki sekarang membangun jaringan pipa gas terbesar, dan akan menjadi sebuah kekuatan ekonomi dunia. Kerjasama antara Turki dengan Rusia, yang akan mengekplorasi gas alamnya, dan mensuplai Turki, maka Turki menjadi kekuatan ekonomi dunia di masa depan. Dan, jika posisi adikuasa hanya dikaitkan dengan pembangunan real estate – posisi stretragisnya – Turki sudah pasti akan berada di atas negara-negara lainnya di kkawasan itu.

Sebagai kekuatan politik terus mengalami kebangkitan, dan Turki tidak ragu-ragu lagi untuk menempatkan dirinya di tengah kontroversi besar. Pada bulan lalu saja, upaya mediasi Turki ikut mengatasi krisis nuklir Iran, dan Ankara mendukung armada yang baru-baru ini mencoba untuk memecahkan blokade Israel di Gaza, secara langsung ikut menaikkan posisi tawar Turki di antara negara-negara dunia.

Dengan gaya politiknya para pemimpin Turki profilnya sangat tinggi, Turki telah melangkah keluar dari bayang-bayang dan sekarang memposisikan dirinya lebih menonjol di panggung dunia yang pernah dipegang oleh pendahulunya. Pada abad ke-17, Kekaisaran Ottoman, merupakan kekuatan yang sangat diperhitungkan, penyebaran pengaruhnya melalui Balkan sampai ke gerbang Wina, sebelum mengalami kemunduran selama 200 tahun, yang menjadi "Orang sakit di Eropa".

Hari ini, semangat neo-Ottoman Turki menjiwai kembali secara dinamis dikalangan rakyat dan para pemimpin Turki. Setelah kegagalan dan kekalahlan kaum sekuler, bayang-bayang Ottoman mulai mewarnai corak demokrasi Islam yang moderat. Setelah Turki didominasi oleh militer, maka sekarang para pemimpin militer harus tunduk dengan aturan hukum. Militer Turki tidak lagi menjadi sangat mudah membubarkan partai politik yang dituduh ingin mengancam konstitusi Turki,yang masih sekuler, tetapi perlahan-perlahan bergerak ke arah yang lebih jelas, menuju kehidupan yang Islami. Tetapi, semuanya berjalan secara alamiah.

Setelah ekonomi melemah dalam beberapa dekade, kini Turki akan menjadi sebuah negara Islam yang lebih mirip kaum ‘Calvinis’. Sekarang Turki memainkan peranan sangat penting dalam kebijakan luar negeri nya. Ini sebagai akibat dari ketundukan dan menjadi pengikut setia Amerika Serikat selama dalam beberapa dekade. Kini, Turki dengan Menlu Ahmed Davotuglu dan Perdana Menteri Tayyib Recep Erdogan, justru menjadi isiator politik dan mempunyai peran yang sentral dalam isu regional. Ini Turki yang baru. Sehingga, dalam percaturan politik, posisi Turki yang secara geopolitik sangat strategis, berhasil dimanfaatkan secara cerdik oleh para pemimpinnya untuk kepentingan nasionalnya, dan sekaligus menciptakan lingkungan strategis, yang lebih kondusif.

Kebangkitan Turki tidak berarti telah mulus. . Sekuler Turki telah merasa tidak nyaman dengan ekspresi lebih tegas baru dari identitas Muslim, terutama jika didukung oleh kekuasaan negara. Kurdi negeri ini masih warga kelas kedua, dan meskipun militer telah kehilangan beberapa gigi, ia masih memiliki gigitan untuk pergi bersama dengan kulitnya.

Turki mengarahkan kebijakan politik luar negeri kek Timur Tengah, dan ini dapat menggerogoti posisi Amerika Serikat, yang selama ini telah menjadi ‘payung’ di Timur Tengah. Politik di Timur Tengah secara tradisional selalu dibawah pengaruh Washington, dan tidak pernahb berubah. Dan, sekarang Turki mencoba lebih mendekat kepada Timur Tengah, sebagai langkah untuk mengubah keseimbangan. Nampaknya, pada abad ke-21, model Turki sebuah transisi dari pemerintahan otoriter, yang menuju demokrasi sambil memfokuskan pada pertumbuhan ekonomi dan nilai-nilai sosial yang bersumber dari Islam, dan memiliki daya tarik yang cukup besar ke negara-negara di dunia berkembang (Dunia Islam).

Konsensus "Ankara" suatu hari nanti bisa bersaing baik melawan Beijing, dan pembangunan politik dan ekonomi versi Washington. Model Turki, bagaimanapun, juga mendapat dorongan sayap kanan (Islam), dan Barat sangat kawatir tentang ancaman Islam fundamentalis baru yang muncul di tepi Eropa. Seorang tokoh cendekiawan Neo-konservatif Liz Cheney bahkan menciptakan sebuah versi baru dari "mantan Presiden AS George W Bush poros jahat", di mana Turki, Iran dan Suriah telah menjadi trinitas jahat. Kelompok Neokons sangatlah panik dengan perubahan di Turki, yang sangat tidak ramah kepada Israel.

Turki akan melampaui negara-negara Eropa lainnya, yang sekarang ini bersaing dengan kekuatan baru bernama : Turki. Turki memiliki kebesaran sejarah masa lalu, yang terus memompa semangat anak bangsanya, untuk kembali menguasai dunia, seperti yang pernah dilakukan para kakek moyang mereka,yaitu imperium Turki Otsmani. (m/fp)