Terorisme, antara Konspirasi Barat dan Lemahnya Pembinaan Umat

Departemen Dakwah DPP Wahdah Islamiyah menggelar Tabligh Akbar dengan tema “Terorisme, antara Konspirasi Barat dan Lemahnya Pembinaan Umat” pada hari Kamis, 2 Juni 2011. Kegiatan yang dihadiri sekitar 1500 orang ini dilaksanakan di aula masjid Darul Hikmah kantor DPP Wahdah Islamiyah, Jl. Antang Raya Makassar.

Sebagai pembicara tunggal dalam tabligh Akbar ini adalah Ketua Umum DPP Wahdah Islamiyah, Ustadz Muhammad Zaitun Rasmin, Lc. MA. Pada awal pemaparan ustadz Zaitun menekankan bahwa pentingnya seorang muslim untuk mengetahui kondisi dalam masyarakat. Lebih penting lagi menurut beliau adalah seorang muslim harus tahu bagaimana menyikapi setiap persoalan dalam masyarakat. Begitupun terhadap persoalan terorisme, seorang muslim harus tahu dan bagaimana menyikapinya tentu saja sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.

Ustadz kemudian memaparkan tentang terorisme mulai dari makna, tanda-tanda dan sebab-sebab terjadinya aksi teror serta kelihaian barat dalam berkonspirasi untuk memberikan stigma teroris kepada kaum muslimin. Padahal mereka yang jelas-jelas melakukan tindakan kejahatan tidak dikatakan sebagai teroris. Beliau memberikan contoh-contoh aksi teror di luar negeri seperti Israel terhadap rakyat Palestina dan di dalam negeri seperti pengeboman masjid kantor polisi di Cirebon saat akan melaksanakan shalat Jum’at dan pengeboman di beberapa tempat lainnya. Ustadz yang juga salah satu pengurus MUI pusat ini kemudian menegaskan, “Islam bertentangan dengan terorisme, karena Islam tidak menghalalkan segala cara. Jihad atau perang di jalan Allah dalam Islam tidak bisa disamakan atau dijadikan pijakan untuk melakukan aksi teror. Jihad adalah suatu syariat agung dengan syarat dan aturan yang sangat ketat dan manusiawi.”

Diakhir materinya Ustadz Zaitun juga memberikan solusi bagaimana mengatasi masalah terorisme yang terjadi di kalangan kaum muslimin. Di antaranya adalah pemerintah dan ulama serta tokoh umat Islam harus peduli dengan masalah umat Islam di dalam maupun luar negeri. Menurut beliau ketidakpuasan sekelompok orang terhadap penanganan masalah umat bisa saja menimbulkan sikap anarkis bahkan aksi teror. Beliau mencontohkan kasus Ahmadiyah dan Syi’ah yang sekarang ini menjadi masalah di tengah umat, jika tidak segera dibubarkan bisa saja akan menimbulkan anarkisme di tengah masyarakat. Begitupun dengan masalah di luar negeri seperti Palestina dan di negara lainnya di mana kaum muslimin dizalimi.

Solusi yang lebih penting lagi dari itu menurut beliau adalah “Pembinaan Umat” yang intensif atau yang ia sebut dengan “Tarbiyah Islamiyah”. Salah satu penyebab terjadinya tindakan teror adalah pemahaman yang keliru terhadap jihad. Begitupun dengan munculnya ajaran-ajaran sesat. Ini disebabkan karena tidak adanya ulama atau tokoh yang membimbing mereka. Seyogyanya umat harus dekat dengan ulama sebagaimana umat Islam pada masa sahabat, tabi’in maupun atba’ut tabi’in, meski saat ini menurut beliau masih sulit karena kurangnya ulama yang rabbani. Namun untuk sekarang ini langkah kongkrit menurut beliau adalah dengan membentuk halaqah-halaqah tarbiyah. Di mana seseorang bisa memahami Islam dengan benar di bawah bimbingan yang intensif dari murabbi/murabbiyah-nya. Di dalam tarbiyah yang imaniyah, ilmiyah, wa’iyah (berwawasan luas) dan mutadarrijah (bertahap) inilah umat Islam dibimbing dan mengarahkan mereka kepada jalan yang benar.

Metode inilah yang selama ini diterapkan oleh Wahdah Islamiyah dalam membina umat utamanya kader-kader Wahdah Islamiyah disamping ta’lim-ta’lim, pengajian dan semacamnya. Ustadz menutup penyampaiannya dengan memberikan semangat kepada ustadz dan ustadzah Wahdah Islamiyah untuk semakin memperhatikan halaqah-halaqah tarbiyah yang menjadi amanah mereka.

Peserta sangat antusias mendengarkan pemaparan ustadz meski beberapa diantara mereka harus berdiri karena tidak kebagian tempat duduk. (af)