Geliat Muslim Di Negara Kartun Penghina Nabi

Tidak seperti di negara-negara Barat lainnya, di Denmark tidak ada pemisahan gereja dan negara. Di Denmark, gereja mempunyai kedudukan istimewa yang tidak dimiliki oleh kelompok minoritas lainnya, seperti Islam misalnya. Bagaimana Islam berkembang di negara yang pernah menerbitkan kartun penghinaan terhadap Nabi Muhammad saw ini?

Di Denmark, diperkirakan ada sekitar 3,7% umat Muslim. Mayoritas Muslim yang tinggal di Denmark adalah imigran generasi pertama dari negara-negara mayoritas Muslim. Dalam hal ini, ada tiga fase dalam imigrasi Muslim ke Denmark: para pekerja asing, pencari suaka dan orang-orang yang memeluk Islam melalui perkawinan.

Pada awal 1970-an, banyak orang Muslim beremigrasi dari Turki, Pakistan, Maroko dan Bosnia untuk mencari pekerjaan di Denmark. Denmark sendiri kemudian menghentikan kebebasan imigrasi pada tahun 1973, setelah melihat begitu meluapnya para imigran.

Selama 1980-an dan 1990-an, sejumlah pencari suaka Muslim datang ke Denmark. Pada tahun 1980 sebagian besar pencari suaka berasal dari Iran, Irak, Gaza dan Tepi Barat, dan pada tahun 1990-an sebagian besar pencari suaka berasal dari Somalia dan Bosnia. Beberapa dari mereka yang mencari suaka di Denmark biasanya mereka yang dituduh dengan alas an terorisme di negara asal mereka.

Para pencari suaka terdiri dari sekitar 40% dari populasi Muslim Denmark. Sebelumnya, mayoritas Muslim yang berimigrasi ke Denmark melakukannya sebagai bagian dari reunifikasi keluarga. Pada 2002, parlemen Denmark mengesahkan undang-undang yang menyatakan bahwa reunifikasi keluarga akan dipantau lebih mendalam lagi. Dengan undang-undang itu, maka di Denmark orang menikah harus melewati usia 24 tahun paling tidak.

Pada tahun 1967, Masjid Nusrat Djahan dibangun di Hvidovre, pinggiran Kopenhagen. Konon ini menjadi masjid pertama di Denmark. Ada beberapa masjid yang lain tetapi tidak dibangun untuk tujuan eksplisit. Memang tidak dilarang untuk membangun masjid atau bangunan agama lain di Denmark, tetapi ada hukum zonasi yang sangat ketat. Muslim Denmark sendiri tidak ingin membangun masjid dengan menggunakan uang dari luar, seperti dari Saudi misalnya.

Di seantero Denmark saat ini hanya ada tujuh pemakaman untuk umat Islam. Sebagian besar Muslim Denmark dimakamkan di pemakaman tersebut, dan sekitar 70 diterbangkan ke luar negeri untuk dimakamkan di negara asal mereka. Pada September 2006, sebuah pemakaman Muslim terpisah dibuka di Brondby, dekat Kopenhagen.

Pada tahun 2009, Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan laporan tentang kebebasan beragama di Denmark. Satu penemuan menyatakan bahwa ada beberapa insiden diskriminasi terhadap imigran, termasuk penodaan terhadap pemakaman: Ada insiden sentimen anti-imigran, termasuk grafiti, serangan tingkat rendah, penolakan layanan, dan diskriminasi kerja atas dasar ras. Di Denmark, diskriminasi masyarakat terhadap kelompok minoritas agama sulit untuk dibedakan. Pemerintah Denmark sendir mengkritik insiden-insiden itu dan segera mengadakan penyelidikan, tetapi hanya beberapa kasus saja yang dibawa ke pengadilan khusus atas tuduhan diskriminasi ras atau kejahatan kebencian.

Sekolah Islam swasta pertama didirikan pada tahun 1978 yaitu Den Islamisk Arabiske Skole (Sekolah Islam Arab) di Helsingør dan menerima siswa dari negara manapun. Saat ini ada sekitar 20 muslim sekolah, yang sebagian besar terletak di kota-kota besar. Sekolah-sekolah Muslim besar hari ini memungkinkan melayani siswa sesuai dengan negara asal mereka. Pada 1980-an, sekolah untuk mereka yang berasal dari Pakistan, Turki dan Arab didirikan. Selanjutnya, untuk orang Somalia, sekolah Palestina dan Irak didirikan pada 1990-an. Hari ini, 6 atau 7 negara mendominasi sekolah-sekolah Islam.

Sebagai negara dengan populasi yang sangat homogen, Denmark, seperti kebanyakan negara di dunia, berurusan dengan kehadiran minoritas besar dan terlihat. Sebagai imigran generasi pertama dan kedua, beberapa kelompok Muslim di Denmark dinilai belum berhasil mencapai kekuatan ekonomi dan politik yang sebanding dengan populasi mereka.

Beberapa etnis Denmark merasa terancam oleh aspek budaya Muslim. Pada September 2005, sebuah surat kabar Denmark, Jyllands-Posten menerbitkan 12 karikatur Nabi Muhammad. Kartun ini yang berisi penghinaan jelas langsung memicu kontroversi internasional, dan akhirnya mengakibatkan pemboiotan produk-produk Denmark di beberapa negara. (sa/wikipedia)