Hasan Al-Banna Dan Pikiran Politik Ikhwan (3-Habis )

Selama tahun-tahun awal, Ikhwan selalu menolak kekerasan, dan terus-menerus mengadopsi pendekatan damai yang ditujukan untuk reformasi bertahap dari masyarakat melalui dua jenis ukuran. Pertama, dengan menyebarkan pesan Islam, dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu-isu sosial dan publik saat ini, dan dengan menawarkan solusi dan alternatif yang lebih baik.

Karena itu Ikhwan menempatkan pentingnya publikasi, hingga tak heran jika pada periode ini begitu banyak media yang dipunyai oleh Ikhwan; Ikhwan mengeluarkan sejumlah surat kabar dan majalah. Kedua, Ikhwan mensponsori proyek-proyek kesejahteraan sosial, seperti rumah sakit, sekolah, yayasan, dan sejenisnya.Tapi dalam satu dekade kemudian, kaum reformis Ikhwan mulai berangsur-angsur digantikan oleh kaum militan, atau konservatif. Hal ini tercermin dalam laporan Hasan al-Banna dan dalam pembentukan sayap paramiliternya juga.

Secara umum, meskipun pendekatan Ikhwan tampaknya sebagian besar bersifat damai dan perlahan, namun bukan berarti lembek. Dalam Pasal IV, bagian 2 dari peraturan dasar Ikhwan 1945, menyatakan bahwa: "Majelis akan selalu memilih kemajuan dan pengembangan bertahap …" Namun, beberapa laporan oleh pimpinan Ikhwan menunjukkan bahwa mereka cenderung untuk bertindak tegas dalam situasi seperti yang terjadi di bawah pemerintahan al-Nuqrashi Pasha. Imam Hasan Al-Banna, misalnya, jelas menegaskan bahwa ia tidak akan ragu-ragu menggunakan kekerasan jika ia dipaksa untuk melakukannya. "Ikhwan akan menggunakan kekuatan praktis bila tidak ada cara lain dan menerapkan persatuan Islam."

Meskipun keterlibatan aktif Ikhwan dalam politik Mesir sangat besar, namun Imam Hasan al-Banna tidak pernah sekalipun menempatkan gerakannya sebagai partai politik, tetapi sebagai prototipe dari sebuah masyarakat Islam. Dia juga tidak pernah mempertimbangkan partisipasi politik Ikhwan dalam konteks berbagi kekuasaan dengan pihak lain. Sebaliknya, ia percaya bahwa tahap yang paling penting dalam gerakan Ikhwan adalah melakukan pembinaan tarbiyah tanpa henti. Dalam hal ini Imam Hasan al-Banna menganggap aktivitas dakwahnya sebagai perjuangan melawan kekuatan-kekuatan yang bekerja untuk menghambat pertumbuhan dan perkembangan gerakan Islam.

Bahkan, Imam Hasan al-Banna memandang bahwa semua partai politik di Mesir telah merusak kehidupan sosial dan politik itu sendiri. Beliau berulang kali memertanyakan partai politik yang hanya tertarik dalam menggapai kekayaan dan kekuasaan anggota mereka, sehingga gagal dalam menawarkan platform atau program yang bermakna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Mesir. Dalam pidato yang disampaikan sebelum Konferensi Kelima Ikhwan, Imam Hasan al-Banna menyerukan kepada penguasa Mesir bahwa sistem perwakilan bisa berjalan tanpa adanya partai politik sama sekali.

Imam Hasan Al-Banna sangat percaya bahwa partai politik telah menjadi ancaman nyata, menghambat perkembangan masyarakat Mesir. Dengan demikian ia yakin bahwa dengan melarutkan partai-partai, Mesir akan mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk tumbuh dan maju. Ketika Nasser berkuasa pada 1952, Nassser membubarkan semua partai politik. Tapi dalam kurang dari dua tahun, Nasser pun kemudian mempersempit dakwah Ikhwan.

Kematian Imam Hasan al-Banna merupakan satu hal tragis bagi Ikhwan, karena ia adalah tokoh sentral dalam gerakan ini, dan merupakan pemimpin Mesir yang dihormati, mempunyai karisma dan keterampilan kepemimpinan. Ia memperoleh simpati dan dukungan dari orang-orang berpengaruh. Dan Ikhwan, sejak kesyahidan Imam Hassan al-Banna, terus mempertahankan hal itu. Bukan hanya tumbuh lebih kuat di Mesir, tetapi menjalar ke semua negara. Kebangkitan nyata Islam saat ini berutang secara langsung ataupun tidak langsung terhadap Ikhwan. (sa/ ikhwanweb)

HABIS