Hadapi Kelompok Mujahidin, Pemerintah Libya Minta Tambahan Bantuan Militer Ke Amerika Serikat

Black smoke billows across the sky after a petrol depot was set ablaze during clashes between rival militias near Tripoli's international airport, on the outskirts of the capital, on August 13, 2014. Since mid-July, the country has been rocked by deadly inter-militia fighting for control of key facilities including Tripoli's international airport. Benghazi in the east, Libya's second city, has also seen battles between Islamists and the forces of a renegade general. AFP PHOTO/STR        (Photo credit should read -/AFP/Getty Images)
Black smoke billows across the sky after a petrol depot was set ablaze during clashes between rival militias near Tripoli’s international airport, on the outskirts of the capital, on August 13, 2014. Since mid-July, the country has been rocked by deadly inter-militia fighting for control of key facilities including Tripoli’s international airport. Benghazi in the east, Libya’s second city, has also seen battles between Islamists and the forces of a renegade general. AFP PHOTO/STR (Photo credit should read -/AFP/Getty Images)

Eramuslim – Komando militer Amerika Serikat khusus untuk Afrika “AFRICOM” mengungkapkan adanya permintaan terbaru dari PM sementara Libya Fayez Al Sarraj, dalam rangka perang melawan kelompok mujahidin Islam.

Permintaan tambahan dukungan militer diajukan PM Fayez Al Sarraj dalam pertemuan dengan Komandan AFRICOM, Thomas Valdhauser, dan delegasi khusus AS untuk Libya, Jonathan Weiner, di kota Stuttgart pada hari Rabu (24/08) kemarin.

AFRICOM menjelaskan bahwa pertemuan kedua belah pihak di Jerman membahas keinginan Pemerintah Rekonsiliasi Nasional dibawah PM Fayez Al Sarraj meminta kontribusi lebih kepada AS untuk membantu membangun kekuatan militer dan pertahanan Libya di masa mendatang.

1 Agustus 2016, untuk pertama kalinya pesawat tempur Amerika ikut ambil bagian dalam misi perebutan kota Sirte dari tangan mujahidin Libya. Dalam keterangan resminya pemerintah AS menjelaskan bahwa serangan udara ke kota Sirte adalah permintaan resmi dari Pemerintah Rekonsiliasi Nasional dibawah PM Fayez Al Sarraj.

Perlu diingat bahwa konflik bersenjata di Libya bermula ketika Mayjen Khalifa Haftar yang memegang posisi senior di pasukan anti-Gaddafi pada perang revolusi tahun 2011 meluncurkan perang melawan dewan transisi GNC (Kongres Nasional Umum) 2012, setelah dewan transisi dikuasai oleh mayoritas kelompok mujahidin Islam.

Selain mendapat dukungan dari pemerintah kudeta Mesir, Haftar juga meminta Barat untuk membantu merebut kekuasaan dan merubah persepsi dunia internasional dengan menyebut mujahidin Libya sebagai kelompok teroris Negara Islam. (Aljazeera/Ram)