Berbisnis Agar Dapat Mengurus Anak-Anak Sendiri

Mempunyai anak dan tinggal berjauhan dari sanak saudara membuat Zen dan Sukma merasa tidak tenang meninggalkan sang buah hati untuk bekerja. Mereka kerap kali berganti pengasuh untuk menjaga si buah hati, namun tetap tidak pernah ada yang cocok dan bertahan lama, sehingga terakhir mereka terpaksa menitipkan anaknya di tempat penitipan anak yang berada tidak jauh dari kontrakan mereka. Kondisi tersebutlah yang akhirnya mendorong Zen dan Sukma untuk membuat usaha agar dapat bekerja dari rumah sambil memantau perkembangan anaknya.

Akhirnya pada Juli 2007 lahirlah Nadira House menjual aneka macam jilbab/kerudung yang dipasarkan secara online dengan modal awal Rp 800.000. Menjual jilbab menjadi pilihan usaha karena Zen melihat istrinya sering membeli jilbab, “waktu itu saya mikirnya praktis aja, karena istri sering membeli jilbab jadi kalo misalnya barang tidak laku bisa dipake istri…” ujarnya sambil tertawa. Dan memilih berjualan online karena membuat usaha secara online jauh lebih murah dan praktis dibandingkan harus menyewa ruko atau toko.

Pada awal membuat Nadira House, Zen dan Sukma masih tetap bekerja. Mereka mulai berjualan disela-sela waktu istrirahat dan jam tidur mereka. Sepulang bekerja dan setelah anak tidur mereka baru mulai mengerjakan bisnisnya dengan mengupdate produk-produk untuk dijual ke web www.nadirahouse.com dan memasarkannya melalui milis-milis. Hal ini biasanya mereka lakukan hingga pukul 2 dini hari. Sukma biasanya menerima order sambil sembunyi-sembunyi di kantor, sedangkan untuk pengiriman ia serahkan kepada suaminya Zen. Zen memanfaatkan waktu istrirahat siang untuk kembali ke rumah mengambil produk yang dipesan dan kemudian mengirimkannya baru kemudian kembali ke kantor.

Setelah enam bulan berjalan, akhirnya Sukma mantap memutuskan untuk resign dan fokus pada Nadira House meski dari sisi financial keuntungan dari bisnisnya itu baru setengah dari gaji yang tiap bulan ia dapatkan. Sukma berpikir sambil ngantor saja bisa mendapatkan keuntungan setengah dari gajinya apalagi jika fokus mengelola bisnisnya sambil bisa mengasuh anaknya sendiri yang pada saat itu baru berusia 1,5 tahun. Sukma yang memiliki nama lengkap Sukmasari adalah lulusan IPB jurusan Ilmu Komputer sedangkan suaminya Zenial Budiman adalah lulusan ITB jurusan Tehnik Sipil. Karena masing-masing adalah sarjana, mereka sempat merasa malu ketika awal-awal merintis bisnisnya mereka harus bersusah-susah seperti pedagang umumnya yang membawa barang-barang jualan berkarung-karung dengan menggunakan motor. Tetapi rasa malu itu hanya hinggap sebentar karena tergantikan oleh nikmatnya menjadi pengusaha yang dapat bekerja sambil mengasuh anak.

Satu tahun berjalan, setelah dirasakan bisnisnya semakin berkembang, Zen kemudian menyusul Sukma untuk resign dari pekerjaannya. Jadilah mereka berdua kompak bekerja dari rumah membesarkan bisnis grosir jilbabnya itu sambil mengerjakan bisnis online lainnya.

Membangun bisnis Nadira House diungkapkan oleh Sukma benar-benar bermodal dari barang-barang yang telah mereka miliki saja. Misalnya komputer, printer, kamera, tripod itu sudah mereka miliki sebelumnya sehingga dengan berbisnis menjadikan barang-barang tersebut menjadi produktif bukan barang komsumtif. Untuk urusan pembuatan web dan maintenance dilakukan oleh Zen, belajar SEO pun dilakoninya secara otodidak agar Nadira House bisa masuk dalam jajaran utama di Search Engine.

Karena berbisnis secara online, Nadira House dapat diakses oleh berbagai orang di belahan manapun, sehingga pelanggan-pelanggan Nadira House justru lebih banyak di luar Pulau Jawa seperti Kalimantan, Irian, bahkan dari luar negeri seperti Amerika, Inggris, Swedia, Qatar, Jepang dan Prancis. Bahkan pelanggan dari Prancis yang merupakan warga negara Prancis asli saat ini telah menjadi reseller Nadira House. Awalnya ada kebanggaan tersendiri ketika produk Nadira House dapat dilirik oleh orang-orang dari luar negeri, tetapi dari segi bisnis terutama untuk pembayaran dan pengiriman cukup merepotkan karena kadang ada kekurangan atau kelebihan pembayaran yang tidak dapat dikembalikan sehingga dijadikan deposit jika lebih bayar atau utang jika kurang bayar yang bisa dikurangi/ ditagihkan pada saat mereka belanja kembali.

Kepercayaan pelanggan terhadap Nadira House secara tidak langsung terbentuk karena adanya testimoni yang ditulis oleh pelanggan Nadira House sendiri dan Nadira house juga secara jelas mencantumkan alamat rumah tempat usaha dan nomor telepon yang semuanya dapat dihubungi. Bahkan terkadang ada pelanggan dari luar kota yang tengah berkunjung ke Jakarta sengaja untuk mampir ke Nadira House untuk melihat langsung dan berbelanja.

Diakui Zen, menjalankan usaha ada naik turunnya. Zen sempat down ketika seorang karyawan pertamanya yang telah satu tahun bekerja memutuskan untuk resign karena ingin melanjutkan studinya, dan tidak lama menyusul karyawan lainnya mengundurkan diri. Namun karena Nadira House adalah sumber penghasilan utama saat itu, akhirnya mereka terus bangkit dan memulai lagi mengembangkan Nadira House seperti awal sampai akhirnya mereka mendapatkan karyawan lagi. “Alhamdulillah, setelah dua orang resign, saya mendapatkan gantinya malah 3 orang sekaligus, dan omzet pun malah terus bertambah” begitu tuturnya. Dengan 3 orang karyawan pekerjaan pun menjadi lebih efektif dan efisien sehingga update dan penanganan customer lebih cepat.

Kepada karyawan, Zen menanamkan agar selalu ramah pada customer dan selalu menjaga kualitas barang, jangan sampai ada barang yang rusak atau cacat terkirim ke customer. Untuk meningkatkan kinerja karyawannya, Zen memberikan bonus sekian persen dari omzet setiap bulannya untuk karyawan, yang dikumpulkan selama satu tahun dan diberikan bersamaan dengan THR. Zen pun sengaja memilih karyawan yang bertempat tinggal tidak jauh dari rumahnya yang juga sebagai tempat usaha, karena selain menghemat biaya transport karyawan pun dapat leluasa pulang saat istirahat untuk melihat anaknya.

Saat ini Nadira House telah memiliki lebih dari 100 jenis produk yang dijual dan diupdate terus dengan omzet yang mencapai lebih dari Rp 100 juta per bulan, bahkan di musim lebaran omzet penjualan bisa mencapai lebih dari Rp 200 juta per bulan. Untuk menghadapi persaingan Nadira House selalu berusaha untuk menjual produk yang unik, karena berbisnis di internet orang dapat dengan mudah membandingkan dan berpindah pada situs lainnya. Namun Zen mengaku optimis Nadira House dapat terus berkembang karena sekarang ini semakin banyak orang yang mengakses internet dan memilih berbelanja via internet, terutama bagi orang-orang yang berada di luar Pulau Jawa.

Per tahun 2010 kemarin Nadira House telah mendaftarkan namanya ke HAKI, karena saat ini Nadira House telah menjual produk-produk dengan brand Nadira, salah satunya adalah kerudung paris Nadira. Sukma melihat perjalanan usahanya saat ini telah berkembang dari awal sebagai agen, kemudian meningkat menjadi distributor dan saat ini tengah merintis menjadi produsen. Sama halnya dengan kondisi finansialnya yang pada awal masih mengontrak rumah dan menggunakan motor saat ini telah mampu membeli rumah dan mengganti motor dengan mobil.

Target selanjutnya adalah memiliki ruko sendiri sebagai tempat usaha. Zen dan Sukma sangat bersyukur telah memilih jalan berbisnis online. ”Sebelumnya tidak terbayang bisa menghasilkan seperti ini jika hanya terus menjadi karyawan dan tidak memaksakan diri keluar dari zona nyaman itu” ungkap Sukma. Dan yang sangat dirasakan adalah kebersamaannya bersama keluarga dan dapat mengurus dan mendidik anak-anaknya sendiri. Hal itu pula yang selalu menjadi visinya dalam menjalankan usaha, untuk memiliki lebih banyak waktu bersama anak-anak dan menjadi penyalur rezeki untuk orang lain disekitar. (wn)