Madinah Iman, Biro Haji dan Umroh Pertama yang Akan Masuk Bursa Saham

Banyak biro Haji dan Umroh yang dikelola secara konservatif, namun tidak di Madinah Iman. Di tangan Haadiy Fatahillah, Madinah Iman menawarkan paket umroh dan haji serta pelayanan yang tidak dimiliki oleh biro lain. Selain itu, Madinah Iman berambisi menembus bursa saham pada tahun 2016.

Mudah dan Mubarakah
Berdiri pada tahun 2000, selama sembilan tahun dikelola dengan cara konservatif. Artinya, letak perbedaannya hanya pada fasilitas hotel dan harga. Akibatnya, tidak banyak ruang untuk kreatif. Namun, ketika tiba saatnya pergantian komposisi pemegang saham dan perubahan manajemen, ruang kreatif itu pun terbuka lebar di Madinah Iman.

Haadiy, General Manager PT Madinah Iman Wisata yang juga lulusan FE UI, membuat gebrakan dan ingin mendobrak pasar. Dengan motto ‘Mudah dan Mubarokah’, Madinah Iman menawarkan kemudahan pembayaran dan juga affordability. Selain itu, Madinah Iman mengakomodasi kebutuhan semua segmen pasar dengan berbagai paket yang ditawarkan. Sebut saja, Umroh Kecerdasan Finansial, Umroh Long Week-end untuk para eksekutif, dan Umroh Ramadhan dengan harga miring.
“Affordable itu nggak selalu harus murah dan nggak berarti mahal itu nggak affordable, yang pasti terjangkau oleh orang,” ujar Haadiy yang pernah ke Mesir untuk belajar Bahasa Arab.

Misalnya saja, Umroh Ramadhan yang juga dikenal dengan umroh i’tikaf. Para jamaah dapat menikmati suasana Ramadhan di Masjid Nabawi dengan harga yang lebih murah dari umroh reguler. “Di sepuluh hari terakhir Ramadhan, kita bisa dua kali umroh, dengan biaya lebih murah dari umroh reguler. Itu bisa kita berikan. Namanya umroh i’tikaf. Para jamaahnya bisa menginap di masjid Nabawi, jadi tidak perlu bayar hotel,” ungkap Haadiy.

Bukan Jualan Kecap
Madinah Iman Wisata bukanlah penjual kecap nomor satu. Diakui Haadiy yang lama terjun sebagai konsultan bisnis, kelebihan Madinah Iman terletak pada pelayanannya.
“Kita bekerja untuk Allah, kita mengantarkan tamu-tamu Allah, tidak ada yang lebih mulia dari itu. Yang membuat ini semua dream job karena kita menjembatani orang ke tanah suci, secara pribadi. Jadi, saya bisa kapan saja ke tanah suci. Itu yang sangat menarik. Kedua, ini kesempatan untuk memberikan kepada para calon jamaah nilai-nilai ruhiyah yang seharusnya mereka dapatkan,” kata Haadiy seraya menyebutkan banyak travel yang hanya memikirkan sisi finansialnya saja sementara sisi ruhiyahnya, pengabdiannya, mengantarkan tamu Allah ke sana itu tidak terpatri dalam hatinya.
Haadiy pun menyatakan, seharusnya tidak seperti itu, kita tidak membisniskan ibadah tapi mengibadahkan bisnis.

Dengan pengalamannya sebagai konsultan bisnis, Haadiy membangun konsep dan strategi sambil melirik peluang di tengah ketatnya persaingan di bisnis travel.Tak heran, strategi yang diambil Haadiy dan Madinah Iman ketika menemui kendala di awal usaha adalah dengan menggaet beberapa instansi yang sudah mempunyai nama. Misalkan, Madinah Iman mengandalkan Bank Syariah Mandiri sebagai partner dalam hal pembiayaan para costumernya. Lalu, Madinah Iman juga bekerja sama dengan Safir Senduk & rekan, serta eramuslim.com.

Kendala bagi Haadiy adalah suatu tantangan untuk terus sukses, seperti prinsip yang dianutnya, ‘just do it and you’ll get duit’. Haadiy memulai karier bisnisnya sejak kuliah dengan mencoba berbagai macam usaha seperti fotokopi, penyewaan alat-alat pesta, hingga membuka warung ayam bakar. Meski tidak ada satu pun usaha tersebut yang survive hingga saat ini, Haadiy bersyukur, pengalaman berbisnisnya menjadi satu racikan dalam menjalani usaha yang sedang digarapnya sekarang, yaitu di Madinah Iman.

Salah satu strategi Haadiy dalam menarik pelanggan adalah dengan kemudahan pembayaran.
“Kita ingin memberikan kemudahan dalam segala hal, pembayaran, kita bikin yang kredit. Mungkin kalau dahulu, orang itu harus punya tabungan Rp15 juta yang siap dipakai untuk umroh. 9 hari habis, selesai. Seseorang yang baru memulai karier dengan gaji Rp1,5-2 juta dia sudah bisa umroh, dibayar setiap bulannya dari potongan gajinya,” ungkap Haadiy.

Setiap calon jamaah Madinah Iman yang mengajukan kredit langsung diarahkan ke Bank Syariah Mandiri. Jadi, bisa berangkat duluan, bayar belakangan. Inilah salah satu kemudahan yang jarang ditemukan di travel lain. “Misalnya, ingin berangkat umroh Ramadhan besok, tinggal isi formulirnya, apabila disetujui oleh bank, bisa berangkat. Hanya dengan Rp500 ribu/bulan, bisa umroh dua kali di bulan ramadhan. Itu yang kita tawarkan,” ujarnya.

Sebisa mungkin, Madinah Iman melayani para customer seperti melayani para tamu Allah dan menuntun mereka dengan bimbingan yang diberikan para ustadz, tentunya harus sesuai dengan sunnah. Dengan demikian, dua hal itu, keikhlasan dan ketepatan cara beribadah juga merupakan ‘strong point’ dari Madinah Iman.

Dengan sudut pandang seorang konsultan bisnis, Haadiy menilai, banyak perusahaan yang sudah ‘settle’ berjalan dengan kacamata kuda.
“Saya melihat ada kejumudan, cara berpikir yang konservatif di bisnis travel. Saya melihatnya sebagai suatu peluang, orang-orang para konservatif semua, ya saya harus kreatif,” tutur Haadiy. Ia pun menilai, kejumudan itu terjadi karena perusahaan yang sudah lama berjalan merasa tidak ada ada yang perlu dibenahi karena sudah mapan. Sementara, Haadiy melihat dan mengubah pola pikir konservatif itu menjadi sebuah ruang kreatif.

Menembus Bursa Saham
PT Madinah Iman Wisata mentargetkan dapat menembus bursa saham pada tahun 2016 dan menjadi perusahaan biro haji dan umroh Tbk pertama di Indonesia. Secara finansial dan permodalan, Madinah Iman memang tidak terlalu banyak mengalami kendala. Suntikan modal dari para owner cukup untuk ‘menghidupi’ bisnis ini. Namun, Madinah Iman mentargetkan untuk ‘go public’ lewat bursa saham dan menjadi Tbk sebagai simbol bonafiditas perusahaan. Selain itu, Haadiy juga menuturkan, bursa saham adalah sumber pendanaan yang paling murah, cepat, dan liquid.

Sembari menanti untuk menjajaki bursa saham, Madinah Iman terus menggeliat dengan memperluas cabangnya. Saat ini, telah ada dua cabang, yaitu di Simatupang dan Makassar dengan kantor pusat terletak di Cikini. Madinah Iman juga berencana membuka cabang di Balikpapan. Di dua kota besar tersebut (Makassar dan Balikpapan), Madinah Iman bekerja sama dengan pesantren Darul Istiqomah di Makassar dan Hidayatullah di Balikpapan.

Selain memacu profit, Madinah Iman juga memfasilitasi kegiatan sosial seperti meluncurkan program umroh gratis bagi sepuluh ustadz atau guru di pelosok kampung yang layak untuk menunaikan umroh.
“Kita tahu, angka 10 itu belum apa-apa tapi mudah-mudahan ini bisa jadi ‘trigger’ bagaimana nanti ke depan perusahaan-perusahaan besar bisa juga melakukan ini,” ungkap Haadiy.

Madinah Iman yang beromset ribuan dollar ini tidak ingin dinilai sebagai menara gading, yaitu bisnis yang ‘middle-up’ saja, tapi juga mampu merangkul berbagai segmentasi pasar. Jadi, bagi Anda yang sudah terpanggil untuk mengunjungi tamu Allah, segera hubungi kantor Madinah Iman terdekat atau klik link Madinah Iman di eramuslim.com. Kantor Pusat Madinah Iman Wisata: Jalan Cikini I No. 7 A/D Menteng, Jakarta Pusat, telp. 021 3141 102 atau 021 7058 8305. (Ind)