Dzikr Clothing, Kisah Mualaf yang Ingin Berdakwah Lewat Kaos

Banyak cara mendapat hidayah, bisa lewat buku, teman, atau pun selembar kaos. Nah, dari yang disebutkan terakhirlah, seorang mualaf bernama Febby Dwiantara ingin mensyiarkan dakwah Islam ke banyak orang. Siapa sangka, “dakwah sederhananya” malah dapat diandalkan menjadi bisnis menguntungkan.

Silaturahim Menuai Rezeki

Banyak bersilaturahim, anjangsana, dan menambah teman rupanya juga dapat mendatangkan rezeki. Seperti yang dialami Febby saat mengikuti pameran Inacraft di Jakarta Convention Center tahun 2009 lalu.

Febby waktu itu masih bekerja sebagai desainer di sebuah perusahaan Event Organizer di Bandung yang salah satu bisnisnya adalah memproduksi kaos muslim. Rupanya, karena sering mengikuti pameran, Febby banyak kenal dengan karyawan di JCC, terutama di Masjid Al-Ijtima’ yang berada di basement JCC.

Salah satu karyawan tersebut kepincut dengan kaos bikinan Febby dan minta dibuatkan dengan harga yang lebih murah. Dari situ, ide untuk memproduksi kaos muslim sendiri mulai terbersit di benak Febby.

Febby Dwiantara terlahir dari keluarga Hindu di Bali. Ayahnya termasuk orang penting di desanya. Selayaknya tradisi Bali yang menganut patrilineal, ayah Febby pun berharap dapat mewarisi budaya dan adat keluarga Bali, seperti menjaga pura, kepada anak laki satu-satunya, yakni Febby.

Namun, takdir berkata lain. Semenjak berkenalan dengan teman-teman muslim di kampusnya, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, Febby semakin bimbang dalam menekuri agama yang dianutnya selama ini. Dalam kegamangan itu, ia sempat ke gereja, dan banyak membaca buku tentang Islam juga. Rupanya, Allah swt memberi hidayah kepadanya lewat teman-teman satu kost-nya.

Ada beberapa teman yang rajin sholat dan itu membuat Febby semakin tertarik kepada Islam. Akhirnya, sebelum hijrah ke Bandung untuk bekerja, Febby mengikrarkan dua kalimat syahadat. Tak berapa lama di Bandung, Febby menikah dan pindah ke Jakarta.

Saat itu, kaos bikinannya dengan brand Dzikr Clothing sudah mulai dirintis sejak September 2009. Agen pertamanya adalah karyawan JCC tadi yang langsung order 100 kaos. Melalui poster yang ditempelnya di Masjid al-Ijtima’, seseorang dari Singapura pun tertarik untuk menjadi agen.

Tak tanggung-tanggung, ia mengorder kaos-kaos Febby dengan harga eceran Rp75 ribu karena di Singapura akan dijual dengan harga 3 kali lipat (sekitar Rp250 ribu). Mulai saat itu, Febby pun kebanjiran order.

Dakwah Lewat T-Shirt

T-Shirt memang bisa menjadi alat propaganda yang efektif. Seperti di Israel yang para remajanya menggunakan kaos sebagai media propaganda anti-Palestina, Febby pun ingin agar kaos bikinannya dapat berguna sebagai media syiar Islam.

Pria yang baru dapat momongan ini tidak ingin berdakwah dengan cara konvensional, seperti taklim, khutbah, dsb. Sebaliknya, lewat desain kaos yang dibuatnya dengan sederhana, sedikit kata-kata tapi bermakna, membuat orang lebih terpincut untuk kembali ke nilai-nilai Islam.

Dalam hal content desain, Febby juga tidak bisa macam-macam. Ia hanya mendesain yang kira-kira sudah ia lakukan, misalnya sedekah, sholat dhuha. Sadar sholat tahajudnya masih bolong-bolong, Febby belum berani mengeluarkan desain bertema tahajud. Begitulah atmosfir dakwah yang diserap Febby dalam bisnisnya, yang juga ingin ditularkannya ke orang lain.

Febby (kedua dari kiri) bersama rekan-rekan artis saat pameran di Yogyakarta. Banyak artis yang jadi pelanggan Dzikr Clothing, selain Mpok Nori dan Mail ‘OB’, Gilang Ramadhan dan Uje juga mengenakan Dzikr Clothing

Desain kaos-kaos bikinan Febby beragam, mulai dari plesetan dengan menggunakan simbol yang mirip dengan logo-logo terkenal hingga kata-kata sederhana yang dinukil dari hadits maupun para ulama.

Pernah ada seseorang yang sering merengut, begitu baca tulisan di kaos Dzikr Clothing, “Smile for your sister is shodaqoh”, dia langsung berubah menjadi ceria. Itulah hidayah, bisa datang dari mana saja. Febby pun senang jika kaos bikinannya dapat mengantarkan seseorang menggapai hidayah. Namun, lain halnya dengan pembajakan.

Pernah suatu kali, Febby memergoki orang yang memakai kaos dengan desain Dzikr Clothing tapi dengan warna kaos yang beda. Meski agak kesal dan mulai ‘ngeh’ bahwa ada pesaing, Febby tetap bersyukur dan menjalani bisnisnya dengan mempercayai bahwa rezeki itu di tangan Allah swt, tiap-tiap manusia sudah ditetapkan rezekinya dan tidak akan tertukar.

Demi terus berusaha menjemput rezeki, Febby mengoptimalkan web Dzikr Clothing dan memperkenalkan brand miliknya dengan mengikuti pameran-pameran di seluruh Indonesia. Dari pameran tersebut, banyak yang mendaftar menjadi agen dan brand awareness masyarakat terhadap Dzikr Clothing juga semakin tinggi, bahkan ada seorang bule (turis luar negeri) t-shirtholic yang tertarik dengan kaos Dzikr Clothing padahal dia non-muslim.

Mengenai produksinya, Febby mengandalkan sebuah konveksi di Bandung yang siap membuat puluhan lusin kaos yang didesain oleh Febby. Dengan menggunakan bahan kaos yang bermutu tinggi serta teknik sablon yang berupa-rupa, tak heran, jika Febby mematok harga jual kaosnya berkisar Rp75 ribu hingga Rp 150 ribu (untuk kaos couple).

Kaos Dzikr Clothing tak hanya untuk laki-laki (ikhwan), ada pula kaos untuk wanita (akhwat) dengan desain khusus sesuai tema seputar wanita. Selain itu, ada juga kaos couple yang dijual sepaket karena desainnya khusus.

Dari pameran ke pameran serta web yang dikelolanya, Febby dapat menggandeng beberapa agen yang menjadi sumber-sumber penghasilannya. Setidaknya, sudah ada 7 agen dan 5 outlet Dzikir Clothing yang tersebar di Jakarta, Tangerang, Depok, Bandung, Surabaya, Solo, Sidoarjo, dan Singapura.

Meski baru setahun berdiri, Febby dapat menangguk omset hingga puluhan juta dari bisnis kecil-kecilannya tersebut. Ke depannya, Febby akan berinovasi dengan mengeluarkan produk Dzikirs, yakni untuk mewadahi segmen anak-anak dan sekaligus keluarga.

Febby percaya, bisnis kaos distro bikinannya tetap diminati pada tahun-tahun mendatang mengingat pasar anak muda di Indonesia masih sangat banyak. (ind)